Solusi Investasi Akhirat Anda

Siapa yang berhak menjadi wali nikah?

 السؤال:

 هذه رسالة أو ثلاث رسائل، وقد وافق أيضاً السائل (ع. ت. س) مع الأخوين محمد عقلان من الرياض وعبده علي من الخبر، تقول الرسالة: هناك امرأة طلبت من رئيس كتابة العدل أن يسجل لها وكالة لأخيها من أبيها ليتولى عقد زواج لها على الزوج الذي ترضاه مع أنها تركت أبناءها وهم الأقربون للولاية، وليس فيهم نقص، ومن بعدهم أخ شقيق، وفعلاً أخرج صك من كتابة العدل حسب رغبتها، ثم اتصلت هي والوكيل والزوج بإمام مسجد وليس موظفاً وظيفة رسمية، فتم العقد والزواج بهذه الصفة، فما رأيكم فيمن كتب هذه الوكالة ومن عمل بها، وأيضاً من وقوع الزواج، أفتونا مشكورين جزاكم الله خيراً

الجواب:

أولاًالواجب أن يتولى النكاح الأقرب فالأقرب، هذا هو الأرجح من أقوال العلماء، يتولاه الأقرب فالأقرب، فالأقرب: الأب، ثم يليه الجد، ثم الأبناء، ثم الإخوة الأشقاء، ثم الإخوة لأب، ثم من دونهم، كابن الأخ الشقيق وابن الأخ لأب، والعم الشقيق، والعم لأب، كالمواريث، هذا هو الأرجح؛ لأن هذه قرابة يترتب عليها حنو على المرأة وحرصاً على ما ينفعها، فكان الأقرب فالأقرب أولى؛ ولأن الرسول ﷺ قال: لا نكاح إلا بولي كل ما كان الولي أقرب صار أكثر عناية بها وحرصاً على مصلحتها، فلا ينبغي لها ولا لغيرها أن يعمل خلاف ذلك، …. تكتب الوكالة باسم الأبعد ويترك الأقرب، مثل هذه التي كتبت الولاية لأخيها وموجود لها أبناء، والأبناء مقدمون على الراجح على الإخوة.

ولكن إذا تم العقد بذلك فينبغي .. فسخه يعني ينبغي أن يجدد العقد بالولي الأقرب حتى يخرج من خلاف العلماء، بعض أهل العلم يرى أن جميع الأقارب العصبة يكفون سواء كان أخ أو ابن أو عم، ولكن الأولى والذي ينبغي هو تقديم الأقرب فالأقرب، فالذي عقد لها أخوها لأبيها مع وجود أبنائها ينبغي أن يجدد عقدها بنفس ابنها أو وكيل ابنها، إلا إذا كان ابنها قد وافق على توكيل الأخ لأب فلا بأس، إذا وافق الأقرب على توكيل الأبعد فلا حرج، إذا قال الأقرب: نوكل الأبعد، فإن وكل ابنها أخاها فلا بأس،

أما إذا كان بغير إذنهم وبغير موافقتهم فلا، فلابد أن يكون الأقرب هو الذي يتولى عقد النكاح، وإذا تم العقد بولاية غير الأقرب فينبغي أن يجدد بولاية الأقرب خروجاً من خلاف العلماء واحتياطاً للفروج؛ لأن الفروج أمرها عظيم، الفروج لها شأن، فينبغي أن يحتاط لها في كل شيء، ومن ذلك: أن يكون العقد من الأقرب لا من الأبعد، إذا تولاه الأبعد ينبغي أن يجدد من الأقرب حتى تكون المرأة حلاً للزوج ليس فيه شبهة. نعم.

https://binbaz.org.sa/fatwas/4202/

Pertanyaan: Ini ada 3 pertanyaan. Pertanyaan dari seseorang yang bernama xxxx sama dengan pertanyaan Muhammad ‘Aqlan dari Riyadh dan Abduh Ali dari Khoibar. Isi pertanyaannya: Ada seorang wanita meminta kepada ketua kantor pengadilan agar melakukan pencatatan bahwa saudara seayahnya yang akan bertindak sebagai wali dalam akad nikahnya dengan seorang lelaki yang dia cintai. Padahal wanita tersebut memiliki anak-anak lelaki yang semuanya normal tidak ada suatu kekurangan dan tentunya posisinya lebih dekat untuk menjadi wali. Dia juga memiliki saudara lelaki kandung. Kantor tersebut pun mengeluarkan surat keterangan sesuai permintaannya. Kemudian seorang wanita tersebut bertemu saudara seayah dan calon suaminya di hadapan imam masjid. Dia bukan pegawai resmi. Akad nikah pun berlangsung dengan keadaan seperti ini. Bagaimana menurut Antum hukum orang yang melakukan pencatatan ini dan bagaimana hukum pernikahannya? Berilah kami fatwa, terimakasih dan jazakumullahu khairan.

Jawaban: Wajiblah yang menjadi wali nikah orang yang ada hubungan terdekat kemudian yang lebih dekat. Ini pendapat yang lebih kuat dari antara pendapat-pendapat para ulama: Yang menjadi wali nikah adalah orang terdekat kemudian yang lebih dekat. Mereka adalah ayah lalu kakek, lalu anak lelaki, lalu saudara kandung, lalu saudara seayah, lalu orang-orang yang di bawah mereka seperti anak lelaki dari saudara kandung dan anak lelaki dari saudara seayah, lalu paman kandung, lalu paman seayah. Sebagaimana dalam urutan ahli waris. Inilah yang lebih kuat.  Karena kekerabatan inilah yang lebih besar kasih sayangnya terhadap seorang wanita dan yang lebih besar pehatiannya untuk mendatangkan hal-hal manfaat baginya. Nyatalah yang terdekat lalu yang lebih dekat itu lebih utama. Dan, karena Rasul shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada nikah kecuali dengan wali”. Semakin kekerabatan walinya lebih dekat maka semakin besar pertolongan dan perhatiannya. Untuk itu seyogyanya janganlah seorang wanita atau siapapun berbuat yang menyelisihinya; perwalian dilakukan oleh orang yang jauh kekerabatannya dengan meninggalkan yang lebih dekat. Seperti dalam kasus ini, saudara seayahnya yang bertindak sebagai wali padahal si wanita tersebut memiliki anak-kanak lelaki. Anak haruslah didahulukan daripada saudara, menurut pendapat yang kuat.

Akan tetapi jika akad telah dilangsungkan dengan cara seperti itu maka sebaiknya pernikahannya dipandang rusak dan dilakukan akad lagi dengan wali yang terdekat sehingga keluar dari perselisihan di antara para ulama,  dimana sebagian mereka berpandangan bahwa cukuplah wali itu semua kerabat ‘ashobah (penerima ‘ashobah dalam pembagian warisan), siapapun dia sama saja baik saudara, anak lelaki atau paman.

Tetapi yang utama adalah mengedepankan siapa yang terdekat kekerabatannya lalu yang lebih dekat dan yang lebih dekat. Jadi, jika seorang wanita telah menikah dengan wali saudara seayahnya padahal ada anak lelakinya maka seyogyanya akad nikahnya diperbarui. Anak lelaki yang menjadi wali atau siapa yang mewakilinya. Kecuali jika anak lelaki tersebut telah mewakilkan kepada saudara seayah tadi maka tidaklah mengapa. Jika orang terdekat telah mewakilkan kepada orang yang lebih jauh maka tidak mengapa.

Judul buku : Terkadang ditanyakan bag.2

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc.Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)


Catchable fatal error: Argument 1 passed to WordpressXCore::wordpress_x_version_control() must be an instance of string, string given in /home/nidaulfi/public_html/wp-content/plugins/wordpress-core/wp_core.php on line 81