Solusi Investasi Akhirat Anda

Kapan memperbarui wudhu yang disunnahkan?

(https://islamqa.info/ar/answers/31897/)

Teks Arab

                السؤال: هل يمكنني أن أتوضأ علي وضوئي فآخذ ثوابا أكبر ؛ لأنني سمعت أن هذا الأمر مكروه؟

الجواب: الحمد لله.

أولاً :يسن تجديد الوضوء على الوضوء ، عند جماهير العلماء بما فيهم الأئمة الأربعة ، وقد دل على ذلك عدة أحاديث ، منها :

ما أخرجه البخاري (214) ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (يَتَوَضَّأُ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ) زاد الترمذي (58) (طَاهِرًا أَوْ غَيْرَ طَاهِرٍ) .

قال النووي رحمه الله : “ اتفق أصحابنا على استحباب تجديد الوضوء ، وهو أن يكون على وضوء ثم يتوضأ من غير أن يحدث..” انتهى .

ينظر “المجموع” (1/495) ، والمغني (1/96) ، والموسوعة الفقهية (10/155) .

ثانياً :متى يستحب التجديد ؟ فيه أقوال لأهل العلم رحمهم الله ، قال النووي رحمه الله : أصحها في المذهب : “ إن صلى بالوضوء الأول فرضاً أو نفلاً..” انتهى

وقال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله في “الشرح الممتع” : “ وتجديد الوضوء يكون مسنوناً إذا صلى بالوضوء الذي قبله ، فإذا صلى بالوضوء الذي قبله فإنه يستحب أن يتوضأ للصلاة الجديدة .

مثاله : توضأ لصلاة الظهر وصلى الظهر ، ثم حضر وقت العصر وهو على طهارته ، فحينئذ يسن له أن يتوضأ تجديداً للوضوء ؛ لأنه صلى بالوضوء السابق ، فكان تجديد الوضوء للعصر مشروعاً ، فإن لم يُصَلِّ به ؛ بأن توضأ للعصر قبل دخول وقتها ؛ ولم يُصَلِّ بهذا الوضوء ، ثم لما أذن العصر جدد هذا الوضوء ، فهذا ليس بمشروع ؛ لأنه لم يصل بالوضوء الأول..” انتهى .

والله أعلم

Terjemahan teks Arab

Pertanyaan: Apakah boleh bagiku untuk berwudhu lagi sementara saya masih punya wudhu demi meraih pahala besar. Karena saya dengar perkara ini hukumnya makruh.

Jawab: Alhamdulillah.

Pertama: Disunnahkan memperbarui wudhu menurut jumhur ulama juga menurut para imam yang empat. Ada banyak Hadits yang menunjukkan demikian itu, di antaranya: Apa yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari no. 214

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَتَوَضَّأُ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ ( زاد الترمذي رقم 58 : طَاهِرًا أَوْ غَيْرَ طَاهِرٍ) .

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berwudhu setiap kali hendak shalat (At-Tirmidzi no. 58 menambahkan: baik dalam keadaan suci atau tidak)

An-Nawawi rahima hullah berkata: Teman-teman kami sepakat atas dianjurkannya memperbarui wudhu. Yaitu melakukan wudhu dalam keadaan belum batal[selesai]. Lihat “Al-Majmu’” 1/495, “Al-Mughni” 1/96, “Al-Mawsu’ah al-Fiqhiyyah 10/155.

Kedua: Kapan disunnahkan pembaruan wudhu? Ada beberapa pendapat di antara kalangan ahli ilmu rahima humullah. Imam An-Nawawai rahima hullah berkata: Yang paling tepat dalam madzhab adalah jika seseorang telah shalat dengan wudhu yang pertama baik fardhu ataupun nafilah… [selesai].

Syaikh Ibnu Utsaimin rahima hullah berkata di dalam Asy-Syarh al-Mumti’: Memperbarui wudhu disunnahkan jika seseorang telah melakukan shalat dengan wudhu yang telah dilakukan sebelumnya. Jika seseorang shalat dengan wudhu  yang telah dilakukannya maka disunnahkan bagi dia untuk shalat dengan memperbarui wudhunya. Contoh: Seseorang berwudhu untuk shalat Zhuhur dan ia telah melakukan shalat Zhuhur. Lalu datanglah waktu Ashar, dan  dia masih dalam keadaan suci maka disunnahkan untuk memperbarui wudhu karena ia telah shalat dengan wudhu sebelumnya. Jadi, pembaruan wudhu untuk shalat Ashar disyareatkan. Tetapi jika seseorang belum shalat dengan wudhu yang telah dilakukannya maka tidak disyareatkan untuk memperbarui wudhu. Contoh: Seseorang telah berwudhu untuk shalat Ashar sebelum datangnya waktu Ashar dan dia belum menggunakan wudhu tersebut untuk shalat lalu ketika adzan Ashar berkumandang ia memperbarui wudhu, maka seperti ini tidak disyareatkan karena belum menjalankan shalat dengan wudhu yang sebelumnya…. [selesai]. Allahu A’lam

Judul buku : Terkadang Ditanyakan 16

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)