Solusi Investasi Akhirat Anda

11 Kiat Mendidik Anak – #Kiat 1 (Memprioritaskan Sisi Aqidah)

بسم الله الرحمن الرحيم

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (التغابن :15)

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar” (QS. At-Taghobun: 15).

Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, yang dimaksud “fitnah” adalah ujian dan cobaan agar untuk diketahui siapakah di antara kita yang mentaatiNya  atau bermaksiat kepadaNya. Apakah anak yang sangat  dicintai bahkan ditunggu kehadirannya sejak  berumah tangga menjadikan orangtuanya sebagai hamba yang taat kepada Allah atau malah bermaksiat kepadaNya?

Kebutuhan yang harus dipenuhinya tentu membutuhkan anggaran keuangan, apakah menghantarkannya untuk mengambil jalan pintas seperti korupsi?  Atau bersabar mencari yang halal? Hobi dan keinginan-keinginannnya yang menuntut perhatian khusus dari orang tuanya apakah menjadikannya lalai beribadah? Apakah keberadaannya sebagai amanah bisa disikapi dengan semestinya? Bisakah menyikapi perkembangan per fase-nya? Sanggupkah memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk yang paling mulia? Sanggupkah memenuhi kebutuhan spiritualnya?

Ketahuilah!! 
Ketika amanah ini diemban dengan sukses, maka banyak pihak yang diuntungkan. Pertama, orangtuanya. Selain akan mendapatkan pahala atas pengembanan amanah, orang tua juga akan memiliki aset yang sangat berharga. Di saat semua yang dimilikinya tidak ada yang bisa dibawa ke alam barzah sehingga terputus semua pahala, maka anak shaleh lah– disamping ilmu yang bermanfaat dan shadaqoh jariyah–  yang terus mengalirkan pahala tiada putus. Yang kedua, anak itu sendiri, dengan dijalankannya amanah sebaik-baiknya dia akan tumbuh menjadi anak yang taat beragama. Yang ketiga, umat. Ketika kondisi rumah tangga ( yang tidak lain terdiri dari orangtua dan anak) agamis atau religious maka akan berpengaruh kepada masyarakat sekitar yang selanjutnya dampak positifnya akan membentuk ummat yang kuat yang pada akhirnya menciptakan kondisi Negara yang bertaqwa yang mengundang keberkahan dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Untuk tujuan di atas, tidak ada yang dibutuhkan selain pendidikan yang islami. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ( التحريم :6)

“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka” (QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini berpesan agar orang tua mendidik anak-anaknya. Disebutkan dalam tafsir Ath-Thobari, Ali bin Abi Tholib mengatakan: Didiklah mereka dan ajarilah mereka tentang adab-adab. Tidakkah kita melihat kesyirikan di mana-mana? Lebih ironis lagi, sebagian ritual kesyirikan dipertahankan secara resmi sebagai budaya yang harus dilestarikan. Allahu Akbar!. Tahukan kita bahwa setiap anak terlahir dalam keadaan fithrah. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى)

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nashrani atau Majusi” (HR. Bukhari)

Fithrah artinya Islam dan mentauhidkan Allah. Lalu, ketika anak tumbuh dewasa kenapa menjadi musyrik? Bukankah orangtua menginginkan agar anaknya rajin ibadah? Jangankan memperbanyak ibadah, shalat saja sering ditinggalkan. Dan, penyimpangan-penyimpangan lain yang sangat banyak.

Semuanya itu bermuara dari pendidikan yang tidak benar.
Berbicara tentang pendidikan tentu sangatlah panjang dan membutuhkan buku berjilid-jilid. Namun, yang akan saya hadirkan di sini adalah sebatas kiat-kiat mendasar yang harus diketahui dalam mendidik anak.

  1. Memprioritaskan Sisi Aqidah

Ibaratnya sebuah bangunan, aqidah adalah pondasinya. Jika bangunan memiliki pondasi kokoh maka apapun yang akan didirikan di atasnya seperti tiang, dinding, pintu,jendela, dan atap akan kokoh pula. Bayangkan jika tidak ada pondasi, bisakah tiang, dinding, atap dan lainnya dipasang dengan kokoh? Mustahil. Demikian pula, jika seseorang memiliki aqidah yang kokoh maka  seluruh ibadah dan semua kebaikan akan bermanfaat baginya. Kalau tidak, maka amalan-amalan bisa berguguran. Oleh karena itu Ibnu Abbas sejak kecil sudah mendapatkan asupan aqidah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ (رواه الترمذى)

“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Suatu hari saya di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: Nak, aku akan ajari kamu beberapa kalimat, jagalah Allah niscaya Dia menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu mendapatkanNya di depanmu, Jika kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah seandainya manusia berserikat untuk memberikan suatu manfaat bagi kamu niscaya tidak akan bermanfaat bagimu kecuali hal itu telah dicatat oleh Allah untukmu. Seandainya mereka menimpakan sesuatu bahaya kepadamu niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali hal itu telah dicatat oleh Allah. Pena telah diangkat dan lembaran telah mengering” (HR. At-Tirmidzi)

Perhatikanlah, Ibnu Abbas telah diajari banyak hal dalam masalah aqidah. Diantaranya menjaga syariat Allah, muroqobah (merasakan selalu dilihat Allah), tawakkal hanya kepadanya, dan juga sudah diajarkan masalah takdir.

Oleh karena itu kenalkanlah kepada anak sedini mungkin ketika sudah bisa diajak komunikasi masalah-masalah terkait aqidah. Kenalkanlah mereka tentang Allah dengan nama-nama dan sifatNya. Misalnya ketika mengarahkan perbuatannya,

“Nak ! memaafkan itu bagus,  sebab Allah sayang kepada anak  yang suka memaafkan kesalahan temannya”.

“Nak! Nggak boleh nakal yah, soalnya Allah tidak ridha kepada anak yang nakal”.

Kalau anak bertanya, “Dimana Allah?” jawablah dengan semestinya bahwa Allah itu di atas ‘Arsy. Kalau masih terus bertanya karena penasaran maka jawablah sesuai kadar akalnya.

Kenalkanlah mereka tentang istilah-istilah; pahala, dosa, Surga, Neraka, tauhid, syirik, Malaikat, Nabi, taat, maksiat, tawakkal, takdir, wahyu ilahi, sabda Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, ahlul bait, Sahabat, Khulafaur Rasyidin,  hari kiamat dan lain-lain. Juga, kisahkan kepada mereka tentang kaum-kaum yang diadzab karena durhaka kepada para Rasul.

bersambung…

 


Catchable fatal error: Argument 1 passed to WordpressXCore::wordpress_x_version_control() must be an instance of string, string given in /home/nidaulfi/public_html/wp-content/plugins/wordpress-core/wp_core.php on line 81