Selepas dari pendidikan SMP di kampung kelahiran, Tegal Jawa Tengah, perjalanan hidup saya banyak merantau ke “negri orang”. Dimulai dari Cilacap lalu ke Ponorogo, Kediri, Sinjai dan Bone (Sulawesi Selatan), Jakarta dan Surabaya. Dalam perjalanan merantau tersebut, saya mendapati berbagai macam corak kehidupan manusia. Yang hendak saya angkat di kolom ini adalah orang-orang muslim miskin yang tidak pernah silau dengan kehidupan orang kaya.
Saya kisahkan sebagian kecil saja dari yang saya dapati. Di beberapa daerah Sinjai dan Bone, saya pernah berkunjung dan tinggal di tengah-tengah mereka, komunitas petani miskin. Makanan sehari-hari mereka sangat sederhana, yang terpenting asalkan ada nasi. Masalah lauk-pauk mereka tidak dipusingkan. Apa yang mereka dapati di pekarangan atau kebun atau halaman rumahnya bisa dijadikan lauk-pauk. Kadang bayam kadang daun singkong, kadang kancang panjang dan lain-lain di tambah tempe atau kadang ikan laut. Namun, masyaAllah kehidupan mereka sangat religius. Ungkapan berkesan yang saya dengar dari sebagian mereka adalah: “Ustas (demikian mereka melafadzkan Ustadz), meskipun kehidupan kami gini-gini tapi kami tidak akan tinggalkan ibadah. Dan pendidikan anak-anak kami harus kami utamakan”. Dan, memang mereka sungguh-sungguh berjuang untuk bisa menyekolahkan anaknya di pondok-pondok pesantren. Mereka berusaha mati-matian mengumpulkan duit untuk pendidikan anak-anaknya.
Beberapa tahun kemudian, saya mendengar informasi bahwa banyak dari anak-anak mereka — yang tidak lain adalah santri-santri saya sendiri ketika di pondok pesantren Tuju-Tuju Sinjai — mendapatkan kesempatan “thalabul ‘ilmi” di al-Azhar Kairo. Ada juga yang di Arab Saudi, saya lupa di Madinah Islamic University atau di Ummul Quro’ Makkah. Saya pernah bertemu dengannya di sebuah hotel di Madinah. Allahu Akbar.
Wahai orang mikin, berbahagialah Anda. Karena Anda lebih mulia daripada orang kaya. Biaya pendidikan dan lain-lain bagi orang kaya sangatlah kecil, tetapi bagi Anda adalah sesuatu yang luar biasa sehingga Anda harus banting tulang peras keringat. Maka, pahala Anda lebih berlipat. InsyaAllah.
(Ustadz Muhammad Nur Yasin)