Solusi Investasi Akhirat Anda

Amanah? Tanyakan langit, bumi dan gunung

Bersamaan dengan kesibukannya sebagai karyawan di suatu perusahaan, kawan saya rela menjadi bendahara di sebuah masjid. Dengan senang hati dan sedikitpun tidak ada tanda-tanda terpaksa beliau menjaga keuangan masjid; menghitungnya, mencatatnya dan melaporkannya kepada yayasan yang menaungi masjid tersebut. Setiap bulan sekali beliau menyempatkan diri membuka kotak-kotak infak yang ditempatkan di beberapa sudut masjid. Pernah beliau datang masih mengenakan seragam kerjanya, mungkin waktunya sudah mepet mendekati awal bulan sehingga harus segera di “proses”. Sangat rapi, tidak asal menghitung. Setiap uang diklasifikasikan sesuai nilainya; ribuan, duaribuan, limaribuan, sepuluhribuan, duapuluhribuan, limapuluhribuan, seratusribuan dan yang receh-receh juga disendirikan. Setelah dihitung semuanya, beliau mencatatnya dan meminta teman-teman yang membantunya untuk menggoreskan tanda tangan sebagai saksi. Maa syaa-a Allah. Inilah amanah yang dijunjung tinggi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam Hadits Bukhari dan Muslim dari Abu Musya al-Asy’ari:” Seorang bendahara muslim yang amanah yang melaksanakan tugas dengan semestinya, memberikannya secara penuh dan sempurna dengan senang hati, lalu dia menyerahkannya kepada orang yang diperintahkannya, maka dia termasuk orang yang bersedekah.” Dalam Hadits ini terdapat 4 syarat agar bendahara mendapat pahala infak meskipun tidak berinfak, tetapi hanya menyimpankan uang saja yaitu: muslim, amanah, semangat, dan menjalankan tugasnya. Syaikh Utsaimin mengatakan karena bisa jadi ada orang terpercaya (amanah) tapi males-malesan. Oleh karena itu disebutkan di dalam Hadits syarat ‘semangat’ setelah amanah.

Sungguh amanah telah hilang di tengah-tengah ummat. Lafadz ‘insyaAllah’ yang seharusnya sakral telah menjadi sesuatu yang dipermainkan. Sehingga seringkali terdengar ungkapan “ ente bilang insyaAllah itu… insyaAllah beneran apa insyaAllah bohong-bohongan?” Ini tidak lain karena maraknya orang yang menyelisihi janji dan berkhianat dengan berlindung di balik kata ‘insyaAllah’. Padahal lafadz tersebut hanya memiliki dua fungsi; a]. kesadaran seseorang bahwa dirinya tidak apa yang terjadi di waktu mendatang, maka lafadz insyaAllah harus diucapkan. b]. sebagai bentuk taukid (penegasan) sebagaimana firman Allah: “Sungguh Allah akan membuktikan kepada RasulNya tentang kebenaran mimpinya bahwa kamu pasti akan memasuki masjidil haram insyaAllah dalam keadaan aman dengan menggundul rambut kepala dan memendekkannya… (QS. Al-Fath:27). Lalu, apa kaitannya amanah dengan langit, bumi dan gunung? Penasaran….ayo ikuti di rubrik BAHASAN UTAMA.

(Ustadz Muhammad Nur Yasin)


Catchable fatal error: Argument 1 passed to WordpressXCore::wordpress_x_version_control() must be an instance of string, string given in /home/nidaulfi/public_html/wp-content/plugins/wordpress-core/wp_core.php on line 81