Jika merupakan keniscayaan bahwa wujud segala sesuatu itu dikehendaki dan diciptakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, apakah berarti manusia tidak memiliki kehendak dan kemampuan?
Tidaklah demikian. Manusia tetap memiliki kehendak dan kemampuan. Banyak ayat yang menunjukkan hal tersebut,
نِسَآؤُكُمْ حَرْثٌۭ لَّكُمْ فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ
“Istri-Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu kapan saja dengan cara yang kamu sukai” (QS. Al-Baqoroh: 223)
فَمَن شَآءَ ٱتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ مَـَٔابًا
“Barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil jalan kembali kepada Tuhannya” (QS. An-Naba’:39)
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”
(QS. Al-Baqoroh: 286)
فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ
“Bertakwalah kepada Allah menurut kemampuan kalian” (QS. At-Taghobun: 16)
Empat ayat ini menunjukkan bahwa manusia
juga memiliki kehendak dan kemampuan
berbuat.
Judul buku : Memahami Takdir
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)