Solusi Investasi Akhirat Anda

Perbedaan umatku adalah rahmat

إخْتِلافُ أمَّتِي رَحْمَة

“Perbedaan umatku adalah rahmat”

Derajat Hadits : Palsu

Komentar:

Syareat Islam sangatlah jelas, gamblang, tidak ada kabut padanya karena sumbernya satu yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan di dalam Hadits,

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ بِشْرِ بْنِ مَنْصُورٍ وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ السَّوَّاقُ قَالاَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِىٍّ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَمْرٍو السَّلَمِىِّ أَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ يَقُولُ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ « قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِى إِلاَّ هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ (رواه أحمد وابن ماجه و الحاكم).

“Kami diberitahu oleh Ismail bin Bisyr bin Mansur dan Ishak bin Ibrahim as-Sawaq, keduanya mengatakan: Kami diberitahu oleh Abdurrahman bin Mahdi dari Muawiyah bin Sholeh dari Dhomroh bin Habib dari Abdurrahman bin Amr as-Salimy bahwa dia mendengan ‘Irbadh bin Sariyah mengatakan: ‘Rasulullah menasehati kami dengan sebuah nasehat yang menjadikan air mata bercucuran dan hati bergetar. Kami berkata: ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya ini adalah nasehat perpisahan, apa yang engkau wasiatkan kepada kami? Beliau bersabda: ‘ Sungguh telah aku tinggalkan kalian di atas (cahaya) yang putih, malamnya bagaikan siangnya, tidaklah ada yang menyimpang darinya sepeninggalku, kecuali ia akan binasa. Barangsiapa diantara kalian yang hidup nanti akan melihat perpecahan yang sangat banyak. Oleh karena itu kalian harus berpegang dengan apa yang sudah kalian ketahui dari sunahku dan sunah khulafaur rosyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegangilah sunah tersebut dengan gigi geraham… ” (H.R Ahmad, Ibnu Majah, dan al-Haakim).

Mari kita perhatikan penggalan sabda beliau di atas: “ Sungguh telah aku tinggalkan kalian di atas (cahaya) yang putih, malamnya bagaikan siangnya, tidaklah ada yang menyimpang darinya sepeninggalku, kecuali ia akan binasa”. Ini menunjukkan bahwa pedoman Islam itu sangat jelas, gamblang, tidak kontradiktif dan hanya satu yaitu segala hal yang telah diajarkan Nabi. Maka, tidak mungkin akan mengakibatkan perbedaan atau perpecahan. Jelaslah, Hadits palsu di atas menyelisihi Hadits shahih ini.

Kenapa dalam kenyataannya banyak terjadi perselisihan atau perbedaan pemahaman kalau memang ajaran Nabi sangat gamblang? Jawabannya adalah:

1. Tidak ada perbedaan paham di antara para Sahabat dalam masalah aqidah. Jadi, tidak ada perbedaan paham dalam masalah-masalah ushul (prinsip)

Dari sini bisa dipastikan bahwa jika ada kelompok atau jam’iyyah yang memiliki pemahaman aqidah berbeda dengan aqidah para sahabat, maka bisa dipastikan mereka itu bukan Ahlussunnah wal Jama’ah. Seperti: Syi’ah, Khawarij, Mur’jiah, Sufi dan lain-lain.

2. Tidak ada perbedaan di antara para Sahabat dalam masalah ibadah. Perbedaan mereka hanyalah dalam masalah-masalah yang sifatnya cabang (fiqh) bukan pokok. Dan perbedaan dalam masalah fiqh ini telah dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

حدثنا عبد الله بن يزيد المقرئ المكي حدثنا حيوة بن شريح حدثني يزيد بن عبد الله بن الهاد عن محمد بن إبراهيم بن الحارث عن بسر بن سعيد عن أبي قيس مولى عمرو بن العاص عن عمرو بن العاص  : أنه سمع رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : إذا حكم الحاكم فاجتهد ثم أصاب فله أجران وإذا حكم فاجتهد ثم أخطأ فله أجر (رواه البخارى)

“Abdullah bin Yazid al-Muqri al-Makki memberitahukan kepada kami, Haywah bin Syuraih memberitahuku, Yazid bin Abdullah bin al-Hadi dri Muhammad dari Ibrahim bin al-Harits dari Bisr bin Said dari Abu Qais mantan budak Amr bin al-Ash dari Amr bin al-Ash bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika seorang hakim memutuskan, dia telah berijtihad lalu benar maka baginya dua pahala. Apabila dia memutuskan, dia telah berijtihad lalu salah maka baginya satu pahala’ “ (HR. Bukhari)

3. Perbedaan di antara madzhab; Hanafy, Maliky, Syafi’iy, Hanbaly dan lain-lain adalah dalam masalah fiqih. Dan tidak ada seorangpun dari imam-imam madzhab yang menganjurkan agar berpegang teguh dengan madzhabnya. Semuanya tidak ada yang rela jika dirinya di-taklid-i. Mari kita perhatikan di antara ucapan mereka:

a. Imam Hanafi

إذا قلت قولا يخالف كتاب الله تعالى، وخبر الرسول صلى الله عليه وسلم فاتركوا قولى

“Jika saya mengatakan suatu ucapan yang menyelisihi kitabullah dan hadits nabi shallalalhu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah ucapanku”.

ويحك يا يعقوب، لاتكتب كل ما تسمع منى، فإنى قد أرى الرأي اليوم وأتركه غدا، وأرى الرأي غدا وأتركه بعد غد 

“Celaka kamu Ya’kub, janganlah kamu mencatat setiap yang kamu dengar dariku, karena bisa jadi aku hari ini berpendapat dan besok aku tinggalkan (pendapat itu). Dan bisa jadi besok aku berpendapat lalu besok lusa aku tinggalkan (pendapat itu).

b. Imam Maliki

إنما أنا بشر أخطئ وأصيب فانظروا فى رأيى، فكل ما وافق الكتاب والسنة فخذوه، وكل ما لم يوافق الكتاب والسنة فاتركوه

“Sesungguhnya aku ini manusia yang bisa salah dan bisa benar, maka perhatikanlah pendapatku, setiap yang sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah tinggalkanlah.

c. Imam Asy-Syafi’i

أجمع المسلمون على أن من استبان له سنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يحل له أن يدعها لقول أحد”

“Kaum muslimin telah bersepakat bahwa siapa saja yang sunnah telah jelas baginya, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya demi ucapan seseorang”

كل حديث عن النبى فهو قولى، وإن لم تسمعوه منى 

“Setiap Hadits Nabi adalah pendapatku meskipun kalian tidak mendengarkan dariku”

إذا رأيتمونى أقول قولا وقد صح عن النبى صلى الله عليه وسلم خلافه فاعلموا أن عقلى قد ذهب”

“Jika kalian melihatku menyatakan suatu pendapat, sementara Hadits Nabi menyelisihinya (pendapatku), maka ketahuilah bahwa akalku sedang hilang (ada kesalahan pada akalku)”

Perlu ditegaskan di sini, jelaslah bahwa syareat itu satu, hanya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terjadinya perbedaan pemahaman adalah karena perbedaan sudut pandang yang akhirnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Ini hanya dalam masalah cabang (fiqh) yang ditolerir oleh Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam. Dan dari statemen para Imam madzhab, semuanya tidak ada yang ridha jika ada pendapatnya yang menyelisihi Hadits lalu  tetap diambil.

Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa kita tidak boleh fanatik madzhab. Para Imam madzhab adalah ulama-ulama Ahlussunnah yang ijtihad mereka menjadi acuan di dalam beragama. Tetapi mereka  bukanlah orang ma’shum (terjaga dari kesalahan), maka tidaklah diperbolehkan semua pendapatnya dipegangi.

Hadits palsu di atas sering dijadikan hujjah/dalil bagi kaum muslimin yang bersikukuh memegangi satu madzhab tertentu atau pendapat tokoh tertentu dan tidak memeliki keinginan untuk ruju’/kembali kepada pendapat/ijtihad yang shahih yang sesuai dengan petunjuk Nabi. Dengan lantang mereka mengatakan: “ Perbedaan itu kan rahmat”. Mereka menjadikan hadits palsu ini sebagai senjata  untuk bersikukuh dalam kesalahan. Allahu al-Mustaa’an.

Judul buku : Populer Tapi Dho’if, Populer Tapi Maudhu’ 2

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Suraba