Solusi Investasi Akhirat Anda

PEGAWAI, SURGA MERINDUKANMU (Jujur dan Profesional, Bag. 2)

3. Jujur dan Profesional
Tentang pelaksanaan kerja/tugas, Al-Qur’an menyebutkan dua kata kunci yaitu jujur dan profesional. Keduanya harus ada, tidak boleh hanya salah satunya. Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika suatu perusahaan hanya diisi oleh orang-orang yang jujur tetapi tidak profesional, atau sebaliknya hanya diisi oleh orang-orang yang profesional tetapi tidak jujur? Sudah pasti kerugian dan kehancuran. Disebutkan tentang Nabi Musa ‘alaihissalam ketika diminati untuk dijadikan pegawai,

قَالَتْ إِحْدَىٰهُمَا يَٰٓأَبَتِ ٱسْتَـْٔجِرْهُ ۖ إِنَّ خَيْرَ مَنِ ٱسْتَـْٔجَرْتَ ٱلْقَوِىُّ ٱلْأَمِينُ (القصص:26)

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai bapakku jadikanlah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya (QS. Al-Qoshosh: 26)

Nabi Musa ‘alaihissalam disebut sebagai ٱلْقَوِىُّ (yang kuat/profesional) dan ٱلْأَمِينُ (jujur)

Demikian juga Nabi Yusuf ‘alaihissalam untuk menjadi penanggungjawab atas perbendaharaan kerajaan disebutkan sebagai حَفِيظٌ (yang menjaga/jujur) dan عَلِيمٌ (yang berpengetahuan/profesional), sebagaimana firman-Nya,

قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ ۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ (يوسف:55)

Yusuf berkata: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga (jujur), lagi berpengetahuan (profesional) (QS. Yusuf: 55)
Demikian juga ‘Ifrith disebutkan sebagai ٱلْقَوِىُّ (yang kuat/profesional) dan ٱلْأَمِينُ (jujur), sebagaimana firman-Nya,

قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ ٱلْجِنِّ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّى عَلَيْهِ لَقَوِىٌّ أَمِينٌ (النمل:39)

“ ‘Ifrith dari golongan jin berkata: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat (profesional) untuk membawanya lagi dapat dipercaya (jujur)” (QS. An-Naml:39)
* Jujur
Jujur adalah sifat mendasar bagi muslim. Allah ta’ala berfirman,

لِّيَجْزِىَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدْقِهِمْ وَيُعَذِّبَ ٱلْمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَّحِيمًا (الأحزاب: 24)

Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang jujur karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Ahzab: 24)
Perhatikanlah ayat di atas! Allah ta’ala menyebut muslim dengan sebutan ash-shodiq (orang yang jujur) ketika dipertentangkan dengan orang munafik. Kenapa demikian? Untuk menegaskan bahwa sebagaimana sifat mendasar orang munafiq adalah dusta, maka sifat mendasar muslim adalah jujur.
Jujur membawa kebaikan di dalam segala hal. Karena ia menenangkan semua pihak, baik kepada perseorangan, team, orang banyak dan juga kepada diri sendiri. Karena tidak ada pihak manapun yang dirugikan atau dizholimi. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ الصِّدقَ يَهدي إلى البِرِّ وإنَّ البِرَّ يَهدي إلى الجنَّةِ وإنَّ الرَّجلَ ليصدقُ ويتحرَّى الصِّدقَ حتَّى يُكتبَ عندَ اللَّهِ صدِّيقًا (رواه البخارى ومسلم عن عبد الله بن مسعود)

“Sesungguhnya jujur itu menghantarkan kepada kebaikan. Sesungguhnya kebaikan itu menghantarkan kepada Surga. Dan sungguh ada seseorang yang jujur dan terus mengupayakan kejujuran hingga dicatat di sisi Allah ta’ala sebagai SHIDDIQ (orang jujur)” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)
Disebutkan di dalam Hadits lain,

دعْ ما يُريبُكَ إلى ما لا يُريبُكَ فإنَّ الصدقَ طُمأنينةٌ وإنَّ الكذبَ رِيبَةٌ (رواه أحمد والترمذى والنسائى عن الحسن بن علي بن أبي طالب )

”Tinggalkanlah sesuatu yang membuatmu ragu, dan kerjakanlah sesuatu yang tidak membuatmu ragu. Sesungguhnya jujur itu ketenangan dan dusta itu kegalauan” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan An-Nasa’i dari Hasan bin Ali bin Abi Tholib)
Jujur merupakan salah satu sikap yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap manusia dalam beraktivitas apapun, termasuk saat bekerja/berbisnis. Sikap jujur akan melahirkan kepercayaan antara satu orang dan lainnya. Sikap jujur juga menjauhkan rasa curiga, benci, keretakan dan juga menjauhkan kekhawatiran akan rusaknya sebuah kepercayaan yang dibangun.
Orang yang jujur sangat disenangi oleh siapa pun. Perilaku jujur juga menjadi pondasi dalam menjaga kepercayaan antar mitra kerja. Selain itu kejujuran akan memudahkan Anda dekat dengan atasan. Kejujuran juga akan terpandang lebih terhormat dari orang yang memiliki sikap kecurangan.
Pegawai/ karyawan yang jujur akan dimudahkan dalam segala urusan. Baik itu pekerjaan atau kehidupannya. Ciri dari sebuah kejujuran adalah ia ikhlas dalam menjalankan pekerjaannya tanpa mengeluh dan selalu lapang dada.
Tidak semua orang dapat bertindak jujur apalagi pegawai/ karyawan yang berhubungan dengan jenis pekerjaan yang melibatkan kepercayaan, seperti mengelola uang, memberi informasi yang benar dan lain sebagainya.
Jujur dan profesional (yang akan dibahas di bawah ini) akan menghantarkan pada integritas Anda. Jadi, bukan suatu alasan Anda tidak berlaku jujur dalam keadaan apa pun, tidak tergoda dengan urusan yang melibatkan ketidakjujuran. Integritas bagi seorang pekerja wajib dipegang teguh walaupun amat sulit dilakukan. Berikut ini saya nukilkan kisah tentang kejujuran yang luar biasa tentang seseorang yang takut memakan hak orang lain dari Hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam untuk bisa diambil ‘ibrah-nya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْتَرَى رَجُلٌ مِنْ رَجُلٍ عَقَارًا لَهُ فَوَجَدَ الرَّجُلُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ فِي عَقَارِهِ جَرَّةً فِيهَا ذَهَبٌ فَقَالَ لَهُ الَّذِي اشْتَرَى الْعَقَارَ خُذْ ذَهَبَكَ مِنِّي إِنَّمَا اشْتَرَيْتُ مِنْكَ الْأَرْضَ وَلَمْ أَبْتَعْ مِنْكَ الذَّهَبَ وَقَالَ الَّذِي لَهُ الْأَرْضُ إِنَّمَا بِعْتُكَ الْأَرْضَ وَمَا فِيهَا فَتَحَاكَمَا إِلَى رَجُلٍ فَقَالَ الَّذِي تَحَاكَمَا إِلَيْهِ أَلَكُمَا وَلَدٌ قَالَ أَحَدُهُمَا لِي غُلَامٌ وَقَالَ الْآخَرُ لِي جَارِيَةٌ قَالَ أَنْكِحُوا الْغُلَامَ الْجَارِيَةَ وَأَنْفِقُوا عَلَى أَنْفُسِهِمَا مِنْهُ وَتَصَدَّقَا (رواه البخارى ومسلم)

“Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata; Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang membeli sebidang tanah dari orang lain kemudian laki-laki yang membeli tanah itu mendapatkan sebuah guci yang di dalamnya ada emas. Orang yang membeli tanah itu berkata; “Ambillah emas milikmu karena aku hanya membeli tanah dan bukan membeli emas”. Si penjual berkata; “Yang aku jual adalah tanah dan apa yang ada di dalamnya”. Akhirnya kedua orang itu meminta pendapat kepada seseorang, lalu orang yang dimintai pendapat itu berkata; “Apakah kalian berdua mempunyai anak?. Laki-laki yang satu berkata; “Aku puya anak laki-laki”. Dan yang satunya lagi berkata: “Aku punya anak perempuan”. Maka orang yang dimintai pendapat berkata; “Nikahkanlah anak laki-laki itu dengan anak perempuan itu dan berilah nafkah untuk keduanya dari emas tadi dan juga shadaqahkanlah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua orang dalam Hadits ini menujukkan kejujuran yang luar biasa. Bukankah sangat mudah bagi pembeli tanah untuk langsung memiliki emas temuannya itu dengan mengedapankan alasan bahwa dirinya telah membeli tanah, maka sudah barang tentu include apapun yang di dalamnya.
Demikian pula si penjual. Sangat luar biasa kejujurannya. Dia tidak memanfaatkan kesempatan atas kejujuran si pembeli. Dia tidak bersikap “aji mumpung” bahkan langsung menolak dan mengedepankan pandangannya bahwa menjual tanah itu include dengan apapun yang ada di dalamnya.
* Profesional
Profesional adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Profesionalitas meliputi beberapa karakter:

  1. Bangga pada pekerjaan dan menunjukkan komitmen pribadi pada kualitas
  2. Berusaha meraih tanggung jawab
  3. Mengantisipasi dan tidak menunggu perintah untuk menunjukkan inisiatif
  4. Mengerjakan apa yang perlu dikerjakan untuk merampungkan tugas
  5. Melibatkan diri secara aktif dan tidak sekadar bertahan pada peran yang telah ditetapkan untuk mereka
  6. Selalu mencari cara untuk membuat berbagai hal menjadi lebih mudah bagi orang-orang yang mereka layani
  7. Ingin belajar sebanyak mungkin mengenai bisnis orang-orang yang mereka layani
  8. Mendengarkan kebutuhan orang-orang yang mereka layani
  9. Belajar memahami dan berpikir seperti orang-orang yang mereka layani sehingga bisa mewakili mereka ketika orang-orang itu tidak ada di tempat
  10. Pemain dalam team
  11. Memahami mana saja perkara yang merupakan konsumsi internal atau eksternal
  12. Loyalitas, sense of belonging dan dedikasi
  13. Terbuka terhadap kritik-kritik yang membangun mengenai cara meningkatkan diri.
  14. Mengedepankan sinergitas team dan membuang jauh-jauh sikap ego.

Dalam dunia kerja, menjadi seorang yang profesional bukanlah hal yang mudah. Dengan menerapkan beberapa hal di atas, maka dapat membantu terciptanya profesionalisme dalam ruang lingkup pekerjaan dan membuat hasil pekerjaan lebih memuaskan.

Judul buku : PEGAWAI, SURGA MERINDUKANMU

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)