Solusi Investasi Akhirat Anda

Nama Allah Al-Hayyu (الحَيُّ)

A. Penyebutan Nama Allah Al-Hayyu (الحَيُّ) di dalam Nashْ

  • Di dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak lima kali. Di antaranya:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ [البقرة: 255]

وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ  [طه: 111]

  • Penyebutan di dalam Hadits,

يا حي يا قيوم برحمتك أستغيث ، أصلح لي شأني كله ، ولا تكلني  إلى نفسي طرفة عين (المستدرك على الصحيحين للحاكم)

B. Makna Al-Hayyu (الحَيُّ) Secara Bahasa

Al-Hayyu (الحَيُّ) artinya hidup, kebalikannya mati.

C. Makna Al-Hayyu (الحَيُّ) Sebagai Nama Allah

Allah adalah Dzat Yang Hidup Kekal. Dia Al-Hayyu tidak mengalami kematian dan kebinasaan. Maha Suci Allah dari sifat kurang tersebut.

Ath-Thobari di dalam Tafsirnya mengatakan: Allah Al-Hayyu (الحَيُّ) maksudnya Dzat yang tidak mati dan tidak binasa sebagaimana mati dan binasanya orang yang dijadikan sesembahan selain Allah dan orang yang mengklaim sebagai tuhan selain Allah. Hal ini merupakan hujjah bagi siapapun bahwa apa yang rusak berarti akan sirna, dan apa yang mati pasti tidak kekal maka tidak patut untuk disembah dijadikan sebagai tuhan. Jelaslah, Tuhan dan yang berhak disembah adalah Allah Al-Hayyu karena Dia tidak musnah, binasa dan mati [selesai].

Hidupnya Dia Al-Hayyu tidak mengalami ngantuk dan tidak pula tidur. Karena tidur itu saudaranya mati dan merupakan kekurangan bagi sempurnanya hidup. Jadi, hidupnya merupakan kesempurnaan karena tidak tertempeli sifat yang akan mengurangi kesempurnaan-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ قَامَ فِينَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّورُ وَفِي رِوَايَةِ أَبِي بَكْرٍ النَّارُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِه (رواه مسلم) 

Dari Abu Musa dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri menerangkan kepada kami lima perkara dengan bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan tidak seharusnya Dia tidur. Dia berkuasa menurunkan timbangan amal dan mengangkatnya. Kemudian akan diangkat kepada-Nya (maksudnya dilaporkan) segala amalan pada waktu malam sebelum (dimulai) amalan pada waktu siang, dan begitu juga amalan pada waktu siang akan diangkat kepada-Nya sebelum (dimulai) amalan pada waktu malam. Hijab-Nya adalah Cahaya. -Menurut riwayat Abu Bakar, ‘Api’. Andaikata Dia menyingkapkannya, pasti keagungan Wajah-Nya akan membakar makhluk yang dipandang oleh-Nya.” (HR. Muslim)

Imam Ibnul Qoyyim mengatakan: Hidupnya Allah Al-Hayyu adalah sesempurna-sempurnanya hidup. Hidup yang melazimkan sifat kesempurnaan bagi-Nya dan menafikan segala hal yang mengurangi kesempurnaan hidup-Nya dari berbagai sisi apapun. Dan, setiap yang hidup pasti berkehendak dan berkemampuan. Semakin sempurna hidup maka semakin sempurna pula kehendak dan kemampuannya. Allah Al-Hayyu yang sempurna hidup-Nya. Sehingga Dia adalah satu-satunya Dzat yang berkuasa atas segala sesuatu dan berbuat apapun yang dikehendaki-Nya. Imam Bukhari mengatakan dari Nuaim bin Hamad: Hidup adalah berbuat, maka setiap yang hidup pasti berbuat, dan tidak ada yang membedakan antara hidup dan mati kecuali perbuatan dan kehendak [selesai].

D. Tadabbur

1. Jika seorang hamba mengenali Tuhannya Allah Al-Hayyu dan bahwa Dia Hidup sempurna secara mutlak yang mencakup seluruh sifat-sifat kesempurnaan akan menjadikan hamba semakin mencintai Tuhannya, mengagungkan-Nya dan mentauhidkan-Nya yang kemudian membuahkan pada hati perasaan lega, nyaman, tenang dan bahagia sebagai penolak kegundahan, kegelisahan dan kecemasan. Tadabbur semacam ini juga disampaikan oleh Imam Ibnul Qoyyim. 

2. Barangsiapa yang beriman bahwa Tuhannya Al-Hayyu itu Hidup sempurna secara mutlak yang tidak pernah mati selama-lamanya. Jangankan mati binasa, ngantuk dan tidur saja tidak. Maka, dia akan meningkatkan tawakkal kepada-Nya dalam segala urusannya di setiap tempat dan zaman. Allah lah tempat perlindungannya baginya. Ketergantungan kepada selain Allah dalam hal apapun telah terputus. Dia menyadari betul bagaimana mungkin menyandarkan diri kepada makhluk yang lemah dan akan mati. Allah ‘Al-Hayyu berfirman:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا  [الفرقان: 58]

Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya (QS. Al-Furqon: 58)

3. Sebesar-besarnya perkara untuk disandarkan (tawakkal) kepada Allah adalah urusan hidayah, keteguhan di atas iman dan tidak tergelincir darinya. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertawassul terkait dengan kondisinya, kebutuhannya dan kepasrahannya kepada Allah dengan nama-Nya Al-Hayyu (الحَيُّ). Karena Dia tidak pernah mati di dalam menjaga keimanannya. Beliau juga bertawassul dengan nama Al-Hayyu (الحَيُّ) di dalam memohon perlindungan agar tidak tergelincir dari iman. Disebutkan di dalam riwayat, 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقُولُ « اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِى أَنْتَ الْحَىُّ الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ (رواه مسلم)

Ya Allah, sesunguhnya hanya kepada-Mu lah aku berserah diri, hanya kepada-Mu lah aku beriman, hanya kepada-Mu lah aku bertawakal, hanya kepada-Mu lah aku kembali, dan hanya karena-Mu lah aku memusuhi musuh-musuh-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada keagungan-Mu yang tiada Tuhan selain Engkau- dari Engkau menyesatkanku. Engkaulah yang hidup dan tidak akan pernah mati, sedangkan jin dan manusia pasti akan mati.” (HR. Muslim)

4. Dengan memahami Allah Al-Hayyu (الحَيُّ) dan menyadari bahwa  seseorang pasti akan mati meskipun umurnya panjang, niscaya dia akan lebih memprioritaskan untuk kehidupan yang hakiki yaitu di Akherat nanti. Dia benar-benar menyadari bahwa Allah Al-Hayyu (الحَيُّ) tidak memberikan hidup abadi di dunia melainkan di Akherat nanti. Akhirnya, jadilah dia orang yang zuhud terhadap dunia. Disebutkan di dalam Al-Qur’an:

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ  [العنكبوت: 64]

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS. Al-Ankabut: 64)

5. Mengimani sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah mengharuskan kita untuk mengimani dampak-dampak dari sifat-sifat kesempurnaan tersebut. Hal ini menghantarkan kita untuk ber-ta’abbud kepada Allah dengan nama-Nya Al-Hayyu (الحَيُّ).

6. Di antara doa yang ma’tsur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Hadits Anas bin Malik terkait nama Allah Al-Hayyu (الحَيُّ),

يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ  (سنن الترمذى)

“Wahai Dzat Yang Maha Hidup, Wahai Dzat Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu)!! Dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan” (Sunan At-Tirmidzi)

Juga dalam Hadits Anas bin Malik yang lainnya,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ إِنِّي أَسْأَلُكَ (سنن النسائي)

“Ya Allah!! Aku mohon kepada-Mu, sesungguhnya bagi-Mu lah segala pujian. Tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Mu., Yang Maha Pemberi nikmat. Wahai Pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Wahai Robb Yang Maha Agung dan Maha Pemurah. Wahai Dzat Yang Hidup Wahai Rabb yang mengurusi segenap makhluk, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu” (Sunan An-Nasa’i)