Solusi Investasi Akhirat Anda

Husnul Khuluq Kepada Allah

PEMBAGIAN KHUSNUL KHULUQ

Husnul Khuluq artinya akhlak yang baik. Ia terbagi menjadi dua: . a]. khusnul khuluq kepada Allah dan b]. khusnul khuluq kepada sesama manusia.

a] Khusnul Khuluq kepada Allah

Berakhlak mulia kepada Allah mencakup tiga (3) perkara:

  1. Mempercayai seluruh pemberitaan-Nya. Baik yang sudah terjadi atau yang belum terjadi.
  2. Menerima seluruh syariat-Nya secara totalitas.
  3. Meridhoi seluruh ketetapan-ketetapan-Nya yang tidak menyenangkan kita.

1. Mempercayai seluruh pemberitaan-Nya. Baik yang sudah terjadi atau yang belum terjadi.

□ Yang sudah terjadi: berita tentang dihancurnya ummat-ummat penentang para Rasul. Seperti: kaum ‘Ad, kaum Tsamud, Ashabul Aikah, Ashabul Hijr, penciptaan langit dan bumi dalam enam hari, dihancurkannya Fir’aun dan pengikutnya, dibenamkannya Qorun dan hartanya ke dalam bumi, permintaan iblis untuk dipanjangkan umur hingga hari Kiamat dan lain-lain.

□ Yang belum terjadi: berita tentang akan keluarnya Ya’juj dan Ma’juj dari benteng yang sangat kokoh, fitnah terbesar Dajjal, terbitnya matahari dari Barat menjelang hari Kiamat,  dihancurnya alam semesta ini pada hari Kiamat, Tingginya nikmat Surga, dahsyatnya siksa Neraka dan lain-lain.

2. Menerima seluruh syariat-Nya secara totalitas

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (النساء:65)

Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga menjadikan kamu sebagai hakim di dalam perkara yang mereka perselisihkan sehingga mereka tidak ada rasa kebencian di dalam hati mereka terhadap keputusan yang engkau berikan, dan mereka menerima sepenuhnya (Qs. An-Nisa:65)

Apapun ketetapan Allah yang disampaikan melalui Rasul-Nya, maka muslim yang berakhlak mulia akan segera merespon dengan SAMI’NA WA ATHO’NA. Ia tidak memilah-memilih syariat yang sesuai dengan kehendaknya. Tetapi ia menerima keseluruhannya dengan “legowo” karena kehendak dirinya telah ditundukkan di bawah kehendak-Nya. Disebutkan di dalam Hadits,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ  (شرح السنة للبغوي)

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: Tidaklah beriman seseorang di antara kalian hingga hawa (kehendak)nya mengikuti apa yang saya bawa” (Syarhussunnah lil Baghowy)

Setelah kita memahami penjelasan di atas, mari kita lihat fenomena-fenomena berikut ini:

√√ Bagaimanakah dengan orang yang mencari-cari dalih untuk membenarkan praktik ribawi?

√√ Bagaimanakah dengan wanita yang tidak terima bagian warisannya separo dari lelaki?

 √√ Bagaimanakah dengan lelaki yang mencukur jenggotnya padahal telah mengetahui tentang keharamnnya?

√√ Bagaimanakah dengan orang yang mendengarkan musik padahal telah mengetahui tentang keharamannya?

√√ Bagaimanakah dengan lelaki yang tidak shalat berjamaah di masjid padahal telah mengetahui ancaman dari Nabi bagi yang meninggalkannya?

√√ Bagaimanakah dengan orang yang tidak berhenti dari bid’ah padahal telah mengetahui konsekwensi syahadat “wa asyhadu anna Muhammada-r- Rasulullah”.

√√ Bagaimanakah dengan wanita yang menghalang-halangi suaminya yang sholeh untuk berpoligami? Dan lain-lain.

Apakah mereka berakhlak mulia?

3. Meridhoi seluruh ketetapan-ketetapan-Nya yang tidak menyenangkan kita

Bagaimana ukuran seseorang itu ridho dengan taqdir Allah yang tidak menyenangkan seperti; sakit, miskin, rugi, kehilangan, bangkrut, kecelakaan, kematian, dan lain-lain? Ketika seseorang ber-istirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un), bisa bersabar dengan tidak stress, tidak niyahah lalu  meminta kepada Allah agar mushibah yang menimpanya mendatangkan pahala yang berlipat ganda dan menghapus dosa, meminta ganti kepada Allah dengan ganti yang lebih baik dan menyadari bahwa semuanya telah digariskan oleh Allah untuk suatu hikmah. Inilah ukuran bahwa seseorang ridho dengan takdir Allah. Dan inilah akhlak mulia.

 Dzikir dan doa yang bisa dibaca agar hati “plong dan legowo” dengan takdir-Nya:

قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ

Allah telah mentakdirkan dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.

Hal ini berdasarkan Hadits,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم:  الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ ( صحيح مسلم)

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Pada masing-masing ada kebaikan. Berbuatlah dengan semangat terhadap apa saja yang bermanfaat bagi Anda, minta tolonglah kepada Allah dan janganlah lemah. Jika Anda ditimpa sesuatu maka janganlah mengatakan “seandainya aku berbuat begini dan begini niscaya begini dan begini”. Akan teapi ucapkanlah:

 قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ,

karena sesungguh ucapan “seandainya” membuka amalan syetan. (Sunan Muslim)

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا

“Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah berilah aku pahala atas musibah ini dan gantilah untukku  yang lebih baik darinya.

Hal ini berdasarkan Hadits,

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ  أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ( صحيح مسلم)

Dari Ummu Salamah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah lalu mengucapkan sebagaimana yang Allah perintahkan

“إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا” 

Melainkan Allah akan menggantikan untuknya yang lebih baik darinya (Shahih Muslim)

إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

Sesungguhnya milik Allah lah apa yang Dia ambil, milik-Nya lah apa yang Dia beri, segala sesuatu di sisi-Nya telah ditetapkan ajalnya maka bersabarlah dan berharaplah pahala

Hal ini berdasarkan Hadits Bukhari dan Muslim,

عَنْ أَبِى عُثْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِى أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ – رضى الله عنهما – قَالَ أَرْسَلَتِ ابْنَةُ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِلَيْهِ إِنَّ ابْنًا لِى قُبِضَ فَائْتِنَا . فَأَرْسَلَ يُقْرِئُ السَّلاَمَ وَيَقُولُ : إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ (رواه البخارى و مسلم)

Dari Abu ‘Utsman, ia berkata: Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu memberitahukanku: Seorang putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang untuk menyampaikan kepada beliau shallallahu ‘alihi wa sallam “putraku meninggal dunia maka maka datanglah kemari. Beliau pun menyampaikan salam untuknya (putrinya) dan berpesan:

 إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلٌّ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ

“Sesungguhnya hak Allah adalah mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. Segala sesuatu yang di sisiNya dibatasi dengan ajal yang ditentukan. Oleh karena itu, bersabarlah dan carilah ridha Allah.” (HR. Bukhari: 2/80, Muslim: 2/632).

Judul buku : Husnul Khuluq

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc.Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)

Majalah Bulan September, 2019