Solusi Investasi Akhirat Anda

Hukum hasil dari harta titipan yang diputar?

الموضوع : حكم ما ينتج عن الوديعة من زيادة بسبب تصرّف الوديع

السؤال: ما حكم أرباح المال المودع في البنك أمانة لشخص ما، كأن يؤمنني شخص على مبلغ معين، وأضعه أنا في البنك، ويتحصل على هذا المبلغ أرباح، هل يجوز أن آخذها وأردّ له المبلغ كما هو؟

الجواب:

الحمد لله، والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله

الواجب في الوديعة الحفظ، ولا يحلّ التصرف فيها باستثمارٍ وتجارة؛ لأنّ الوديع مؤتمن على المال، وهو أمانة عنده لا يجوز له التصرف فيه، فإذا تصرف فيه كان آثماً مع ضمانه للمال، أي انتقلت الوديعة من يد أمانة إلى يد ضمان، وما كان تحت يد الأمانة لا يطالب به إلا بالتعدي والتقصير، وأما ما تحت يد الضمان فيطالب بها في جميع الأحوال.

وكل ما ينتج عن الوديعة من زيادة بسبب تصرّف الوديع، كأن يحصل ربحٌ للمال المودَع، فقد اختلف فيه فقهاء المذاهب الأربعة، والذي ذهب إليه فقهاء الحنابلة أنّ هذا الناتج كلّه لصاحب المال؛ لأنه ربح ماله، ولا يستحقّ المودَع شيئاً لأنه غاصب، جاء في [مطالب أولي النهى 4/ 64] من كتب الحنابلة: “لو اتّجر مودَع في الوديعة؛ فالربح لمالك على الصحيح من المذهب”.

وعليه؛ فيجب على من أودعت عنده وديعة أنْ يحفظها، وإذا تصرّف فيها كان آثماً وضامناً لها، والربح الناتج عن أصل المال يكون حقاً لصاحب المال، ونفتي بذلك صيانة لأموال الناس من الاعتداء عليها، وتجنباً للنزاعات التي قد تحصل بسبب ذلك. والله تعالى أعلم.

رقم الفتوى: 3574 / التاريخ : 15-07-2020 / التصنيف: الوديعة /نوع الفتوى: بحثية /المفتي : لجنة الإفتاء

https://www.aliftaa.jo/Question2.aspx?QuestionId=3574#.YlP4B8hBzIU

 Hukum hasil dari harta titipan yang diputar?

Pertanyaan: Apa hukum profit dari harta yang dititipkan di bank sebagi amanah dari seseorang. Misal, ada orang yang meng-amanah-kan kepadaku suatu harta dengan nilai tertentu. Lalu saya menaruhnya di bank. Dari nominal harta tersebut menghasilkan keuntungan. Bolehkah saya mengambilnya dan harta si pemilik dikembalikan sejumlah nilai yang dititipkan?

Jawab:

الحمد لله، والصلاة والسلام على سيدنا رسول الله

Yang dituntut dari seseorang atas barang titipan adalah menjaganya. Tidak halal dipergunakan untuk dikembangkan atau dijadikan modal perdagangan. Karena orang yang dititipi berarti terpercaya untuk menjaga harta. Di sisinya barang titipan adalah amanah yang tidak diperbolehkan untuk diberdayakan. Jika seseorang memberdayakannya maka dia berdosa dan terbebani dhiman (jaminan) atas harta tersebut. Artinya ada perpindahan konsekwensi dari amanah ke dhiman. Dengan amanah seseorang tidak menanggung resiko apa-apa kecuali kalau teledor. Adapun dhiman, seseorang tertuntut untuk sanggup menanggung resiko secara keseluruhanna.

Setiap keuntungan dari barang titipan yang diberdayakan oleh orang yang dititipi, maka ulama berbeda pendapat tentangnya. Pendapat yang dipegang oleh para Fuqoha Hanabilah adalah keuntungannya menjadi hak si pemilik harta. Karena keuntungan tersebut adalah hasil dari diberdayakannya harta yang dititipkan. Orang yang dititipi tidak memiliki hak sedikitpun karena telah meng-ghosob-nya. Disebutkan di dalam “Matholib Ulin Nuha 4/64” salah satu dari kitab-kitab Hanabilah: “Jika orang yang dititipi memberdayakan barang titipan maka yang benar keuntungannya itu bagi si pemilik harta”

Jadi, wajib bagi orang yang dititipi suatu barang untuk menjaganya. Jika dia memberdayakannya maka berdosa dan terbabani dhiman (tanggungan). Profit dari harta yang dititipkan tersebut adalah hak bagi pemilik harta. Dia harus menjaga harta tersebut jangan sampai teledor yang bisa menghantarkan kepada perselisihan. Allahu Ta’ala a’lam

Tambahan faedah ilmu dari fatwa Syaikh Bin Baz.

حكم استثمار الوديعة دون علم صاحبها

السؤال: أودع عندي أحد الأشخاص نقودًا، فاستفدت من هذه النقود واستثمرتها، وعندما جاءني صاحب المال رددت له ماله كاملًا، ولم أخبره بما استفدته من ماله، هل تصرفي جائز أم لا؟

الجواب: إذا أودع عندك أحد وديعة، فليس لك التصرف فيها إلا بإذنه، وعليك أن تحفظها فيما يحفظ فيه مثلها، فإذا تصرفت فيها بغير إذنه فعليك أن تستسمحه، فإن سمح، وإلا فأعطه ربح ماله، أو اصطلح معه على النصف أو غيره، والصلح جائز بين المسلمين، إلا صلحًا حرم حلالًا أو أحل حرامًا[1].

https://binbaz.org.sa/fatwas/19002/

Hukum memberdayakan barang titipan agar mendatangkan keuntungan tanpa sepengetahuan pemiliknya?

Pertanyaan: Ada seseorang menitipkan uang kepada saya. Lalu saya manfaatkan dengan dikembangkan agar mendatangkan keuntungan. Ketika si pemilik uang datang, saya kembalikan kepadanya sejumlah uang persis sesuai nominal yang dititipkan. Saya tidak memberitahukan bahwa saya telah memanfaatkan uangnya. Apakah tindakanku dibenarkan atau tidak?

Jawab: Jika ada seseorang yang menitipkan kepada Anda suatu harta  maka Anda tidak diperbolehkan memanfaatkannya kecuali dengan izinnya. Anda harus menjaganya sebagaimana adanya. Jika Anda telah memanfaatkannya tanpa izinnya maka Anda harus meminta keridhoan darinya. Jika dia meridhoi maka tidak ada masalah dengan profitnya bagi Anda. Jika tidak, maka Anda harus mengembalikan seluruh profit dari harta yang dititipkan tersebut. Atau Anda meminta shulh (perdamaian), misalnya minta direlakan bagian separonya atau berapanya. Dan, shulh itu diperbolehkan di antara kaum muslimin. Kecuali shulh untuk mengharamkan perkara halal atau sebaliknya menghalalkan perkara haram.

Judul buku : Terkadang Ditanyakan 6

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya