1. Cara duduk di antara dua sujud
Dari Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau berkata:
فَإِذَا جَلَس فِي الرَكعَتَين جَلَس على رجلٌه اليسرى، ونصب اليمنى، وإذا جلس في الركعة الآخرة، قدم رجلٌه اليسرى، ونصب الأخرى، وقعد على مقعدته
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan duduk di atas lantai.”(HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226)
2. Boleh dengan cara iq’aa-u (إقعاء)
Iq’aa-u (إقعاء) adalah duduk di atas dua tumit yang kedua telapak kakinya diberdirikan semuanya. Seorang tabi’in, Thawus bin Kaisan rahimahullah mengatakan:
قُلنا لابنِ عباسٍ في الإقعاءِ على القدَمينِ . فقال : هي السنةُ . فقلنا له : إنا لنراهُ جفاءً بالرجلِ . فقال ابنُ عباسٍ : بل هي سنةُ نبيِّكَ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ
“Kami bertanya mengenai duduk iq’aa-u kepada Ibnu Abbas, ia berkata: itu sunnah. Thawus berkata: kami memandang bentuk duduk tersebut adalah bentuk yang tidak pantas pada kaki. Ibnu Abbas berkata: justru itu sunnah Nabimu Shallallahu’alaihi Wasallam.” (HR. Muslim)
3. Posisi tangan
- Di atas kedua paha.
Disebutkan di dalam Hadits Ibnu Umar,
كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى، وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ، وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى (صحيح مسلم)
“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika duduk di dalam shalat meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya. Beliau menggenggam seluruh jari-jemarinya dan mengisyaratkan dengan jari yang setelah jempol (jari telunjuk). Beliau meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya” (Shahih Muslim)
- Di atas kedua lutut
Disebutkan dalam riwayat Ibnu Umar juga,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ، وَرَفَعَ إِصْبَعَهُ الْيُمْنَى الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ، فَدَعَا بِهَا وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ بَاسِطَهَا عَلَيْهَا» (صحيح مسلم)
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika duduk di dalam shalat meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya. Beliau mengangkat jari kanannya yang setelah jempol (jari telunjuk) dan berdoa dengannya, sementara tangan kirinya dibuka di atas lututnya” (Shahih Muslim)
4. Posisi jari-jemari tangan kanan
Dalam bab ini terdapat dua perbedaan pendapat di antara para ulama
- Jari-jemari tangan kanan dibuka sebagaimana jari-jemari tangan kiri. Ini pandangan fuqoha dan jumhur ulama.
- Posisinya seperti ketika tasyahhud, yaitu: mengisyaratkan dengan jari telunjuk. Ini pandangan Imam Ibnul Qoyyim dan Syaikh Utsaimin.
Inilah nash tentang tentang masalah ini yang para ulama terjadi perbedaan sudut pandang tentangnya, selanjutnya terjadi perbedaan kesimpulan hukum.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبَِّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا جَلَسَ فِ الصَّلاَةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَرَفَعَ إِصْبَعَهُ الْيُمْنَ الَّتِ تَلِى الإِبْهَامَ فَدَعَا بَِا وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى بَسِطُهَا عَلَيْهَا. (صحيح مسلم)
“Rasululah saw. apabila duduk dalam salat meletakkan tangannya di atas kedua lututnya, dan beliau mengangkat telunjuknya yang sebelah kanan yang sebelah ibu jari, beliau berdoa dengan itu, dan tangan kirinya di atas lututnya dalam keadaan terhampar (tidak digenggam} (Shahih Muslim)
Judul buku : Variasi Bacaan & Gerakan Shalat Sholat
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc.Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)