Solusi Investasi Akhirat Anda

Nama Allah Al-‘Aziz (العَزِيْز)

A. Penyebutan Nama Allah Al-‘Aziz (العَزِيْز) di dalam Nash

Disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 93 kali. Kebanyakan ia berdampingan dengan nama Allah yang lain. Di antaranya:

وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (البقرة: 260) 

أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ (ص: 9) 

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ (آل عمران: 4)

وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ (الشعراء: 9) 

ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (يس: 38)

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (فاطر: 28) 

B. Makna Al-‘Aziz (العَزِيْز) Secara Bahasa

Ia berkisar pada makna: kuat, kokoh, menang, tidak ada tandingannya, mulia, bernilai tinggi, perkasa, dan jarang adanya. Disebutkan di dalam Al-Qur’an,

وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ (ص: 23) 

“Dan dia mengalahkanku di dalam perdebatan” (QS. Shod: 23)

فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ [يس: 14]

“Mereka mendustakan keduanya, lalu Kami kuatkan dengan orang yang ketiga” (QS. Yasin: 14)

وعَزَّ الشيْءُ

“Sesuatu itu jarang

C. Makna Al-‘Aziz (العَزِيْز) Sebagai Nama Allah

1. Allah adalah Dzat yang tidak ada sesuatu pun yang melemahkan-Nya. Dia ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا (فاطر: 44) 

“Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi” (QS. Fathir: 44)

Perhatikanlah! Ketika orang-orang Yahudi dengan kekuatannya hendak membunuh Nabi Isa ‘alaihissalam, Allah angkat dia ke suatu tempat yang dikehendaki-Nya. Sementara seseorang dari kalangan mereka Allah serupakan seperti Nabi Isa. Akhirnya, dia lah yang mereka bunuh. Allahu Al-‘Aziz. Tidak ada kekuatan apapun yang melemahkan-Nya. Disebutkan dalam Al-Qur’an,

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا () بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (النساء: 157، 158) 

“Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Bahkan Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya dengan jasad dan ruhnya dalam keadaan hidup, dan membersihkannya dari orang-orang kafir. Dan Allah Maha Perkasa dalam kerajaan-Nya, juga Maha Bijaksana dalam pengaturan dan ketetapan qadha Nya” (Surat An-Nisa: 157-158)

2. Allah adalah Dzat yang tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya dan menandingi-Nya. Dia ‘Azza wa Jalla berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (الشورى: 11)

“Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Asy-Syuro: 11)

3. Allah adalah Dzat yang senantiasa menang (berkuasa), tidak pernah dikalahkan. Dia ‘Azza wa Jalla berfirman, 

وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (يوسف: 21)

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya” (QS. Yusuf: 21)

Perhatikanlah! Kisah Musa ‘alaihissalam. Ketika itu Fir’aun melarang ada bayi lelaki yang dibiarkan hidup. Yang dibiarkan hidup hanya bayi wanita saja. Karena dia tahu bahwa nantinya akan ada Nabi di tengah-tengah mereka yang akan mencabut kerajaannya. Allah Al-‘Aziz hendak menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang kafir membencinya. Maka, lahirlah Musa. Dengan kesempurnaan kekuasan-Nya dan tidak ada siapapun yang mengalahkan-Nya, dia justru tinggal di istana Fir’aun dan bahkan dengan pengasuhan dan pemeliharannya. Kemudian ketika dia dan panglimanya, Haman juga bala tentaranya hendak membunuhnya, Allah hancurkan mereka semua.

4. Allah adalah Dzat yang Mahaperkasa di atas segala apapun. Baik “di atas” secara eksistensi (di atas ‘Arsy) ataupun secara nilai. Yang dimaksud “di atas’ secara nilai adalah sebagaimana contoh dalam kehidupan manusia bahwa emas di atas perak, real di atas rupiah. Dia ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ (ألأعنام: 18)

“Dan Dia Mahaperkasa di atas para hamba-Nya” (QS. Al-An’am: 18)

5. Allah adalah Dzat yang segala hajat atau kebutuhan makhluk sangat bergantung kepada-Nya. Dia ‘Azza wa Jalla berfirman,

اللَّهُ الصَّمَدُ (الإخلاص: 2)

“Allah lah tempat bergantung segala makhluk” (QS. Al-Ikhlash: 2)

6. Allah adalah Dzat Pemilik kemuliaan. Tidak ada selain-Nya. Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan merendahkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dia ‘Azza wa Jalla berfirman

يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ (المنافقون: 8)

“Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang mulia akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui” (QS. Al-Munafiqun: 8)

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (أل عمران: 26) 

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di Tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Al-Imron: 26)

Perhatikanlah! Nabi Yusuf ‘alaihissalam, ketika saudara-saudaranya berbuat makar sedemian rupa untuk menistakannya ke dalam sumur. Apa yang terjadi? Justru Allah Al-‘Aziz memuliakannya. Dia dijadikan sebagai penguasa di negeri Mesir yang di situlah dia dipertemukan dengan ayahnya yang sekian lama sangat kehilangan dirinya hingga matanya menjadi buta.

Demikian juga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika kuffar Quraisy dengan segala makar dan tindakan represifnya hendak menghancurkan Nabi dan membinasakannya dari permukaan bumi, justru Allah Al-‘Aziz memberikan kemenangan untuk beliau dan dibukakannya negeri-negeri untuk beliau. Sehingga dakwah Islam pun terbentang luas di muka bumi.

وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (الأنفال: 30) 

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya” (QS. Al-Anfal: 30)

D. Makna Nama Allah Al-‘Aziz (العَزِيْز) Ketika Berdampingan dengan Nama Lain

Syaikh Utsaimin rahimahullah mengatakan yang kurang lebihnya: Setiap Nama Allah secara tersendiri sudah merupakan kesempurnaan. Terlebih jika bersandingkan dengan Nama-Nya yang lain, akan menambah kesempurnaan-Nya.“Sempurna di atas sempurna” [selesai]. Contoh: 

العَزِيْزالحَكِيْم

Nama Allah Al-‘Aziz (العَزِيْز) berdampingan dengan Al-Hakiim (الحَكِيْم). Maka, ia menunjukkan kesempurnaan makna pada Nama masing-masing. Terdapat makna ‘izzah (kemuliaan/keperkasaan) pada Al-‘Aziz (العَزِيْز) dan hikmah (penuh hikmah/bijaksana) pada Al-Hakiim (الحَكِيْم). Ketika keduanya berdampingan, maka Dia adalah Dzat Mahaperkasa yang penuh hikmah. Keperkasaan-Nya tidak lantas bebuat semena-mena. Tidak sebagaimana yang terjadi pada makhluk, keperkasaannya seringkali menjadikannya semena-mena, sombong, menindas dan lain-lain. Juga Dia adalah Dzat Mahabijaksana yang Mahaperkasa. Bijaksana-Nya tidak menjadikan diri-Nya lemah dan rendah. Sebagaimana yang seringkali terjadi pada seorang ayah. Bijaksananya yang sedemikian rupa menghantarkan dirinya terhina, tidak punya wibawa, diatur-atur dan semacamnya.

عَزِيزٌ ذُو انتقام

Al-Fakhr demikian juga Abu Hayyan menjelaskan: ‘Aziz (عَزِيزٌ) mengisyaratkan kepada kekuasaan yang sempurna untuk mengadzab, adapun Dzu-n-tiqoom (ذو انتقام) mengisyaratkan kepada tindakan-Nya untuk mengadzab. Jadi, yang pertama sifat dzat, adapun yang kedua sifat fi’il (perbuatan).

الْعَزِيز الْعَلِيم

Al-‘Aziz (العَزِيْز), menunjukkan bahwa seluruh makhluk dalam alam semesta ini tunduk dan patuh di bawah kekuasaan-Nya. Semuanya berjalan sesuai dengan ketetapan-Nya tidak ada yang keluar dari ketetapan tersebut. Adapun Al-‘Alim (الْعَلِيم) menunjukkan bahwa perjalanan dan pergerakan serta keberadaan seluruh makhluk pada alam semesta tersebut diketahui-Nya. Tidak ada sesuatupun yang di luar ilmu-Nya.

Jadi, intinya berdampingnya dua Nama ini  الْعَزِيز الْعَلِيم bermakna segala apapun yang tidak lain adalah makhluk-Nya berada di bawah kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya.

Sungguh penciptaan dan pengaturan alam semesta ini sangat agung, lalu bagaimanakah dengan Penciptanya dan Pengaturnya?!

الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ

Pendampingan nama Al-Wahhab (الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ) pada Al-‘Aziz (العَزِيْز) terdapat pada surat Shod: 9. Yaitu:

أَأُنْزِلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِنْ بَيْنِنَا ۚ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْ ذِكْرِي ۖ بَلْ لَمَّا يَذُوقُوا عَذَابِ ﴿﴾ أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ (ص: 8-9)

Ayat ini menjelaskan tentang penolakan orang-orang kafir terhadap pengkhususan wahyu kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Allah jamin tetap memberikan kepada beliau sebagai orang yang dikehendaki-Nya karena Dia adalah Al-Wahhab (الْوَهَّابِ), dan tidak ada siapapun yang bisa menolak-Nya dan menghalangi-Nya karena Dia adalah Al-‘Aziz (العَزِيْز), Dzat Yang tidak ada siapapun yang bisa mengalahkan-Nya.

Kemudian mari kita perhatikan ayat

 خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ 

di sini Allah menyandarkan خَزَائِنُ رَحْمَةِ (perbendaharaan rahmat) kepada Tuhannya Muhammad. Ini menunjukkan pemuliaan Allah kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana beliau diberikan setinggi-tingginya pemberian yaitu risalah kenabian. Pemuliaan ini dirasakan lebih tinggi lagi ketika Allah menyebutkan pemberian tersebut berasal dari sisi Tuhan yang bersifat Al-‘Aziz al-Wahhab (الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ)

E. Tadabbur

1. Dengan memahami nama Allah ini, sudah seharusnya kadar cinta, pujian dan pengagungan kita kepada-Nya semakin bertambah dan meningkat.

2. Penyandaran segala kebutuhan kita kepada Allah semakin meningkat. Permintaan apapun; pertolongan, perlindungan, dan penjagaan semuanya semata-mata secara kuat hanya disandarkan kepada-Nya. Kita pun seharusnya meningkatkan kesadaran kita betapa menggantungkan suatu kebutuhan kepada manusia adalah salah sasaran karena mereka lemah dan posisinya sama sebagai makhluk yang diatur oleh Allah Al-‘Aziz.

3. Di antara doa ma’tsur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menggunakan nama Al-‘Aziz (العَزِيْز):

• عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقُولُ : اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِى أَنْتَ الْحَىُّ الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ (رواه البخاري و مسلم)

“Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu – tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau – dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Mahahidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati” (HR. Bukhari dan Muslim)

عِزَّتِكَ (kemuliaan) adalah sifat yang terkandung pada nama Al-‘Aziz (العَزِيْز)

عن أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ….. اللهم إني أسألك بعزتك أن تنجيني من النار (المستدرك على الصحيحين للحاكم)

“Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ya Allah! Sungguh aku memohon kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu selamatkanlah aku dari Neraka” (Al-Mustadrok ‘ala- sh- shohihain lil Hakim)

أعوذ بعزة الله و قدرته من شر ما أجد (المستدرك على الصحيحين للحاكم)

“Aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kekuasaan-Nya dari suaatu keburukan yang aku jumpai” (Al-Mustadrok ‘ala- sh- shohihain lil Hakim)