Solusi Investasi Akhirat Anda

PANDUAN PRAKTIS HAJI & UMROH (Bag. 9 Seputar Masalah Mina dan Arofah)

  • Seputar Masalah Mina dan Arofah

24. Disunnahkan berangkat ke Mina tanggal 8 Dzulhijjah itu di pagi hari. Disebutkan di dalam Hadits Jabir,

عن جابرِ بنِ عبدِ الله رَضِيَ اللهُ عنهما في حديثه الطَّويلِ في صِفَةِ حجَّةِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: فلما كان يومُ التَّرْوِية توجَّهوا إلى مِنًى، فأهلُّوا بالحج، وركِبَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، فصلَّى بها الظُّهرَ والعصرَ والمغربَ والعشاءَ والفَجرَ، ثم مكث قليلًا حتى طلَعَتِ الشَّمسُ (رواه مسلم)

“Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhuma…. Nabi shallahu’alaihi wasallam ketika pagi hari Tarwiyah bertolak menuju Mina. Beliau shallahu’alaihi wasallam berkendara. Beliau shallahu’alaihi wasallam shalat di sana Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh. Beliau masih di situ hingga matahari terbit” (HR. Muslim)


25. Disunnahkan mandi sebelum wukuf di Arofah. Sebagaimana disebutkan di dalam Hadits,

عن عليٍّ رَضِيَ اللهُ عنه، لَمَّا سُئِلَ عن الغُسْلِ قال: يومَ الجُمُعة، ويومَ عَرَفةَ، ويومَ النَّحْر، ويومَ الفِطْر (رواه البيهقى وصححه الألباني)

“Dari ‘Ali radhallahu’anhu, ketika ditanya tentang mandi. Dia menjawab: Hari Jum’at, hari ‘Arofah, Hari Nahr, Hari Fithri” (HR. Baihaqi, dishahihkan oleh Al-Albani)


26. Masjid Namiroh tidak semuanya bagian dari Arofah. Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dengan menukil dari beberapa ulama di antaranya Syaikh Abu Muhammad al-Juwainy, Al-Qodhi Husain bahwa bagian depan masjid itu ujung lembah Arofah bukan wilayah Arofah. Yang termasuk Arofah adalah bagian belakangnya. Jadi, yang wukuf di bagian depan masjid wukufnya tidak sah. Wukuf di bagian belakanglah yang sah.

27. Tidaklah benar pernyataan bahwa mengambil tempat untuk wukuf di sekitar Jabal Rahmah adalah sunnah di mana Nabi shallahu’alaihi wasallam melakukannya di situ. Padahal Nabi shallahu’alaihi wasallam telah menegaskan sebagaimana di dalam Hadits Jabir,

وقَفْتُ ها هنا بعَرفةَ، وعرَفةُ كلُّها مَوقِفٌ، (رواه مسلم)

“Saya wukuf di sini di Arofah. Dan ‘Arofah seluruhnya adalah tempat wukuf”. (HR. Muslim)

28. Disunnahkan khutbah di Arofah, disebutkan di dalam Hadits Jabir,

عن جابِرِ بنِ عبدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عنهما في حديثِه الطَّويلِ في صِفَةِ حَجَّةِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: حتى إذا زاغَتِ الشَّمسُ أمَرَ بالقصواءِ، فَرُحِلَتْ له، فأتى بطنَ الوادي، فخطَبَ النَّاسَ، وقال: إنَّ دماءَكم وأموالَكم حرامٌ عليكم، كحُرمَةِ يومِكم هذا، في شَهْرِكم هذا، في بلَدِكم هذ (رواه مسلم)

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhu….. Ketika matahari tergelincir beliau shallahu’alaihi wasallam memerintahkan agar ontanya disiapkan, beliaupun berangkat. Beliau mendatangi dasar lembah dan berkhutbah di hadapan manusia. Beliau bersabda: Sesungguhnya darah kalian, harta kalian haram atas kalian sebagaimana haramnya hari ini, di bulan ini, di negri ini” (HR. Muslim)


29. Hukum meninggalkan Arofah sebelum Maghrib. Syaikh Utsaimin, Syaikh Fauzan dan ulama lainnya rahimahullah menjelaskan bahwa jika seseorang meninggalkan Arofah sebelum terbenamnya matahari maka hendaknya kembali lagi ke Arofah lalu meninggalkannya ketika sudah terbenam matahari. Kalau tidak, maka terkena fidayah [selesai].


Nabi shallahu’alaihi wasallam terus berada di Arafah hingga matahari terbenam. Disebutkan di dalam Hadits Jabir,

فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ (رواه مسلم)

“Beliau shallahu’alaihi wasallam wukuf di Arofah hingga matahari terbenam” (HR. Muslim)

  • Seputar Masalah Muzdalifah

30. Syaikh Bin Baz rahimahullah menegaskan bahwa sekedar lewat di Muzdalifah tanpa mabit di sana, tidaklah sah. Dia harus membayar fidyah. Tetapi jika dia kembali lagi untuk mabit di Muzdalifah meskipun hanya sebentar lalu meninggalkannya setelah tengah malam maka tidak mengapa. Tidak ada fidyah.


31. Tidak ada ketentuan bahwa mengambil kerikil untuk lontar jumroh harus dari Muzdalifah. Jadi, diperbolehkan di mana saja di tanah Haram. Nabi shallahu’alaihi wasallam sendiri mengambil batu di Mina. Sebagaimana dalam riwayat Ibnu Abbas,

قال لي رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم غداةَ العَقَبةِ وهو على راحلته: هات الْقُطْ لي، فلَقَطْتُ له حَصَياتٍ هن حَصى الخَذْفِ، فلما وضعتهن في يده، قال: بأمثالَ هؤلاءِ وإيَّاكم والغُلُوَّ في الدِّينِ؛ فإنَّما أهلَكَ مَن كان قَبْلَكم الغُلُوُّ في الدِّينِ (رواه النسائى وأحمد)

“Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda kepadaku pada pagi hari ‘Aqabah (hari melempar jumrah pertama dalam rangkaian ibadah haji), dan saat itu beliau berada di atas kendaraannya:’Kemarilah, ambilkan (kerikil) untukku’ Maka aku ambilkan untuk beliau kerikil-kerikil, dan kerikil-kerikil itu (yang aku ambil) adalah kerikil-kerikil yang digunakan untuk melempar ketapel, maka ketika aku letakkan di tangan beliau, beliau berkata:’Dengan (kerikil) yang seperti mereka. Waspadalah kalian dari sikap ghuluw dalam beragama, karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah ghuluw dalam beragama” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)

Judul buku : PANDUAN PRAKTIS HAJI & UMROH Dilengkapi 40 permasalahan penting

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)