Dikisahkan, seorang pembesar Tabi’in Ayyub As-Sakhtiyani. Dia orang yang sangat menghindarkan diri dari popularitas. Suatu ketika ia melewati gang-gang jalan. Ketika melewati suatu kaum, dia mengucapkan salam. Dan semua kaum itupun menjawab salamnya. Hal ini yang menjadikannya sedih lalu mempercepat jalannya dan beristir’ja’ (ucapan inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un). Ketika ditanya tentang perkara yang menyedikahkannya, dia menjawab:
Tidaklah mereka semua menjawab salamku melainkan karena mereka semua telah mengenaliku. Saya telah menjadi orang terkenal. Sungguh ini musibah.
Setelah itu dia tidak memperkenankan siapun untuk berjalan mendampinginya. Allahu Akbar. Inilah “sikap ‘uzlah”.
Ketahuilah!! Orang yang memiliki popularitasdi tengah-tengah manusia belum tentu selamat. Sementara orang yang memiliki popularitas di tengahtengah penduduk langit pasti selamat.Saya sendiri seringkali menyampaikan kepada temanteman dalam rangka saling menasehati,
Menjadi orang tidak dikenal itu lebih mudah urusannya daripada orang yang terkenal karena lebih mudah di dalam mengontrol hati. Berbeda dengan orang yang terkenal, ia lebih tinggi tertuntutnya untuk senantiasa mengontrol hati”.
Ingatkah Anda kisah tentang Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tholib? Ketika itu para dhu’afa dan fakir miskin seringkali menjumpai kantong berisi gandum dan bahan makanan lainnya di depan pintu-pintu rumah mereka tanpa diketahui siapa yang menaruhnya. Begitu Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tholib wafat, mereka tidak lagi menjumpai kantong-kantong berisi makanan lagi sebagaimana biasanya. Ketika dijumpai pada punggung jenazah beliau warna kehitaman bekas sering memanggul suatu beban. Akhirnya, diketahuilah bahwa selama ini yang berbuat kemuliaan tersebut adalah beliau. Allahu Akbar. Inilah “sikap ‘uzlah”.
Umar bin Abdul Aziz, ketika ditanya tentang pertumpahan darah yang terjadi di antara para Sahabat, mengatakan:
Itu adalah darah yang Allah mensucikan tangan-tangan kita darinya, maka marilah mensucikan lisan-lisan kita darinya!
Beliau mengajak kaum muslimin untuk menghindarkan diri dari fitnah. Inilah “sikap ‘uzlah”
Orang-orang bertanya kepada Masruq bin Al-Ajda’seorang Tabi’in:
Kenapa Anda tidak membantu Ali bin Abu Tholib radhiyallahu ‘anhu?”
Dia menjawab:
Bagaimana menurut kalian ketika dua pasukan dari kalangan kalian sendiri sudah saling berhadapan, lalu turun Malaikat di hadapan kalian dengan mengatakan
ۚ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًۭا
Janganlah kalian membunuh diri kalian. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadap kalian (QS. An-Nisa:29)
Orang-orang menjawab: “Tentu”. Lebih lanjut dia mengatakan:
“Demi Allah, sungguh Malaikat telah turun kepada mereka melalui lisan Nabiyullah, sungguh kejadian itu adalah mahkamah besar yang tidak mungkin dihapus oleh sejarah”
Lihatlah sikap Masruq bin Al-Ajda’, dia menghindarkan diri dari fitnah. Inilah sikap ‘uzlah.
Judul buku : 30 Materi Kultum
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)