Solusi Investasi Akhirat Anda

PEGAWAI, SURGA MERINDUKANMU (Untuk Pemilik Usaha, Utamakan Meraih Jalan-Jalan Keberkahan, Bag. 5)

10. Untuk Pemilik Usaha, Utamakan Meraih Jalan-Jalan Keberkahan
Keberkahan itu perkara yang sangat penting. Keberkahan artinya diliputi dengan kebaikan-kebaikan.

  • Tubuh dikatakan berkah, jika kondisi fit dan tidak fitnya terkondisikan untuk mendatangkan pahala.
  • Rumah dikatakan berkah jika keberadaannya menjadikan penghuninya nyaman untuk berbuat kebaikan-kebaikan, bagaimanapun kondisinya.
  • Umur dikatakan berkah jika menjadikan pemiliknya terdorong kuat untuk berbuat ketaatan-ketaatan pada waktu-waktu yang dilaluinya.
  • Harta dikatakan berkah, jika banyak dan sedikitnya bisa menjadikan siapapun yang terkait dengannya diliputi kebaikan dan jauh dari kemungkaran. Misalnya: Harta yang didapatkan seseorang bisa menjadikan istri shalehah, putra- putri shalih shalihah, makanan menyehatkan badan, dan faslitas dirasakan nyaman untuk ibadah. Ia mudah untuk dialokasikan pada hal-hal kebaikan, sebaliknya sulit untuk dialokasikan pada hal-hal kemungkaran. Itulah harta yang berkah.
Nah, bagaimanakah agar bisnis dan penghasilan seseorang berkah?

Tema ini saya khususkan untuk pengelola bisnis yang memiliki sejumlah pegawai atau karyawan. Jawabannya adalah: utamakanlah meraih jalan-jalan keberkahan, diantaranya:
a. Sesuaikan“waktu manusia” dengan “waktu Allah ta’ala”.
Jangan dibalik, “waktu Allah ta’ala” yang disesuaikan dengan “waktu manusia”. Misalnya jam masuk dan keluar kerja disesuaikan dengan waktu shalat sehingga Anda dan karyawan Anda yang lelaki bisa shalat di awal waktu dan berjamaah di masjid.
b. Tidak memilih karyawan non muslim dengan pertimbangan agar etos kerja terjaga.
Ada sebagian pengusaha yang memiliki pandangan bahwa karyawan muslim akan menghentikan pekerjaan pada waktu-waktu shalat yang mengakibatkan berkurangnya efektivitas kerja selama beberapa menit, yaitu pada waktu-waktu shalat; Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh. Juga pada saat puasa Ramadhan, efektivitas kerja bisa terganggu selama satu bulan. Inilah pandangan mereka. Hal ini menjadikan mereka lebih memilih orang-orang non muslim sebagai karyawannya. Subhanallah….. Apa artinya kehilangan beberapa menit atau beberapa saat. Lagi pula, jika Anda merasa dirugikan bukankah masalah jam kerja bisa diatur dengan kesepakatan bersama?
Justru dengan karyawan muslimlah, Anda membantu pemenuhan hajatnya seperti menyekolahkan putra-putrinya demi kaderisasi keshalihan generasi, berinfaq di masjid, berdonasi untuk panti asuhan, dan “proyek-proyek ukhrowi” lainnya. Dan, dengan karyawan muslimlah Anda membantu keberadaannya yang terikat dengan Allah ta’ala sebagai hamba yang harus menghambakan diri kepada-Nya. Dan, tidak kalah penting ia akan selalu mendoakan dengan kebaikan-kebaikan untuk Anda dan memanjatkannya kepada Tuhan Yang Haq. Yang semua ini tidak akan Anda dapatkan pada karyawan yang non muslim. Allah ta’ala berfirman,

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمْ رَٰكِعُونَ (المائدة: 55)

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah) (QS. Al-Maidah: 55)
c. Adakan kajian rutin untuk pegawai/karyawan.
Adakan kajian rutin untuk pegawai/karyawan. Misalnya sepekan sekali, dua pekan sekali atau sebulan sekali. Atau pada waktu-waktu yang memungkinkan. Hakekat kajian tidak lain adalah upaya mengkondisikan ummat muslim pada khouf, roja’ dan mahabbah kepada Allah ta’ala. Ia tidak lain adalah upaya mengkondisikan ubudiyah ummat Islam agar senantiasa tersadarkan pada rambu-rambu syareat yang harus dijalaninya. Ia tidak lain adalah diperdengarkannya ayat-ayat al-Qur’an dan penjelasannya yang memiliki fungsi sebagai obat rohani sekaligus obat jasmani. Semuanya itu akan berdampak sangat positif pada bisnis atau perkantoran Anda.
Allah ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ[الأعراف: 96]

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS. Al-A’rof: 96)
d. Segera memberikan upah sebelum keringatnya kering
Keberkahan bisa tidak Allah ta’ala turunkan atau tunda disebabkan majikan/pengusaha mengabaikan hak-hak pegawai/karyawannya. Contohnya upah atau gaji yang semestinya sudah diberikan tetapi belum diberikan. Bahkan ada di antara mereka yang merengek-rengek dan bolak-balik menuntutnya tetapi tidak diberikan juga. Allahu-l-Musta’an.
Nabi shallahu’alaihi wasallam mengingatkan hal ini di dalam Haditsnya,

أعطوا الأجيرَ أجْرَه قَبلَ أنْ يَجِفَّ عَرَقُه (رواه ابن ماجه عن عبد الله ابن عمر)

“Berilah pegawai upahnya sebelum keringatnya kering(HR. Ibnu Majah dari Abdullah Ibnu Umar)
e. Memperhatikan kemaslahatan keluarga pegawai
Karyawan Anda bekerja, tidak lain karena dorongan tanggungjawab terhadap keluarganya. Untuk itu, perhatikanlah keluarga mereka. Niscaya mereka akan menunjukkan sikap terimakasih dan akan banyak mendoakan kebaikan untuk Anda. Perhatian kepada mereka bisa berupa mengadakan rekreasi bersama, membantu biaya pengobatan, memberikan beasiswa kepada putra-putri yang prestasi, dan lain-lain. Nabi shallahu’alaihi wasallam bersabda,

واللهُ في عونِ العبدِ ما كان العبدُ في عونِ أخيه (رواه مسلم عن أبى هريرة)

“Allah ta’ala senantiasa menolong hamba-Nya selama dia menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
11. Berinfaq setiap hari
Berapapun gaji atau pendapatan Anda banyak atau sedikit, berinfaqlah setiap hari. Karena infaq tidak hanya diperintahkan kepada orang kaya saja. Tentu nominalnya disesuaikan dengan kemampuan dengan tidak memudharatkan Anda dan keluarga Anda. Disebutkan di dalam Al-Qur’an tentang muttaqin (orang yang bertaqwa),

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ (اال عمران:134 )

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah ta’ala menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran: 134)
Setiap hari ada dua Malaikat yang berdoa khusus terkait orang yang berinfaq. Sebagaimana disebutkan di dalam Hadits,

ما مِن يَومٍ يُصْبِحُ العِبادُ فِيهِ، إلَّا مَلَكانِ يَنْزِلانِ، فيَقولُ أحَدُهُما: اللَّهُمَّ أعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، ويقولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا (رواه البخارى ومسلم عن أبى هريرة)

“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun dua Malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil) “ (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Tentu setiap hari Anda ingin termasuk orang yang didoakan oleh Malaikat agar harta yang diinfaqkan diganti dengan yang lebih baik. Untuk itu berinfaqlah setiap hari!!

Kita tidak perlu berpikir bahwa berinfaq hanya akan mengurangi harta. Apa lagi kalau dilakukan setiap hari. Tidak usah berpikir demikian. Cukuplah kita meyakini statemen seseorang yang kebenarannya mutlak dan tidak pernah salah. Bagaimana tidak, seluruh statemennya bersumber dari wahyu Ilahi. Beliau bersabda,

ما نَقَصَتْ صَدَقةٌ مِن مالٍ (رواه مسلم عن أبى هريرة)

“Harta tidak akan berkurang disebabkan shodaqoh” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Betul, memang secara nominal berkurang. Tetapi, bukankah penggantinya jauh lebih besar baik yang bersifat materi ataupun yang immateri berupa keberkahan hidup yang mendatangkan kebaikan dari berbagai aspek.
Apakah pernah terdengar sebuah informasi tentang seseorang yang bangkrut disebabkan banyak berinfaq? PASTI TIDAK PERNAH.
Apakah pernah terdengar sebuah perusahaan yang bangkrut disebabkan banyak melakukan kepedualian sosial? PASTI TIDAK PERNAH.
Yang ada justru sebaliknya. Orang banyak berifaq usahanya menjadi semakin maju. Perusahaan yang banyak peduli sosial menjadi semakin jaya dan berkembang. Allah ta’ala berfirman,

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ta’ala adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah:261)
Dalam ayat lain,

مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥ وَلَهُۥٓ أَجْرٌ كَرِيمٌ

Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah ta’ala pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak” (QS. Al-Hadid: 11)

Judul buku : PEGAWAI, SURGA MERINDUKANMU

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)