Solusi Investasi Akhirat Anda

Nama Allah Al-Wakiil dan Al-Kafiil

Nama Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل)

A. Penyebutan Nama Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل) dalam Nash

  • Al-Wakiil (الوَكِيل)

Disebutkan sebanyak 14x di dalam Al-Qur’an. Diantaranya,

وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا  [الأحزاب: 3]

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا  [الإسراء: 65]

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ [آل عمران: 173]

  • Al-Kafiil (الكَفِيل)

Disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak sekali, yaitu:

وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ  [النحل: 91]

B. Makna Nama Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل) Secara Bahasa

  • Al-Wakiil (الوَكِيل)

Disebutkan di dalam kamus Lisanul ‘Arab,

وكلت أمرى إلى فلان أي: ألجأته إليه واعتمدت فيه عليه،

Saya serahkan urusanku kepada Fulan dan aku sandarkan perkara tersebut kepadanya.

ووكل فلان فلانا: إذ استكفاه أمره ثقة بكفايته أو عجزا عن القيام بأمره نفسه

Si Fulan A mewakilkan kepada si Fulan B. Artinya: Si Fulan A merasa yakin terhadap si Fulan B bahwa dia akan memenuhinya dengan baik dalam suatu urusan yang dirinya lemah/tidak mampu.

Syaikh Muhammad bin Ali Asy-Syinqithy di dalam postingan youtube di hadapan para jamaah juga menjelasakan dengan penjelasan yang kedua di atas.

Ar-Roghib di dalam Al-Mufrodat menjelaskan: At-tawkiil (التوكيل) artinya: Anda menyandarkan kepada selain Anda sebagai wakil Anda. Dan, kata Al-Wakiil (الوَكِيل) yang berpola Al-fa’iil (الفعيل)  secara makna berpola Al-fa’uul (الفعول) yang bermakna: yang diserahi/disandari untuk suatu urusan.

  • Al-Kafiil (الكَفِيل)

Ibnul A’robiy berkata: Al-Kafiil (الكَفِيل) disebutkan juga dengan Al-Kaafil (الكَافِل) artinya Adh-Dhomiin (الضَمِين)/Adh-Dhoomin (الضَامِن) yaitu menanggung atau menjamin.

Ar-Roghib berkata: Al-Wakiil (الوَكِيل) seringkali dimaknai dengan Al-Kafiil (الكَفِيل) tetapi Al-Wakiil (الوَكِيل) maknanya lebih umum, karena setiap Al-Kafiil (الكَفِيل) pasti Al-Wakiil (الوَكِيل). Tetapi tidak setiap Al-Wakiil (الوَكِيل) sebagai Al-Kafiil (الكَفِيل).

C. Makna  Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل) Sebagai Nama Allah

  • Al-Wakiil (الوَكِيل)

Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) maksudnya Dia Dzat Yang diserahi segala urusan makhluk-Nya di mana Dia lah Yang menciptakan seluruh makhluk, mengatur urusan mereka, menanggung rizki dan kebutuhan mereka, Dzat Yang Menghidupkan dan Mematikan mereka. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an,

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ  [الأنعام: 102]

Itulah Allah, Tuhan kalian, tidak ada sesembahan selain Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia. Dia lah Al-Wakiil atas segala sesuatu (QS. Al-An’am:102)

Imam Ath-Thobari rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini: Allah terhadap apapun yang telah diciptakan-Nya Maha Mengawasi, Maha Menjaga dan senantiasa memberikan rizki dan seluruh kebutuhan mereka. Dia senantiasa mengatur dan mengurus mereka dengan kekuasaan-Nya.

Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata: Pemberitahuan olehNya bahwa Dia Al-Wakiil (الوَكِيل) atas segala sesuatu  menunjukkan peliputan ilmu-Nya terhadap segala sesuatu, sempurna kekuasaan-Nya di dalam pengaturan, dan juga menujukkan sempurna pengaturan dengan hikmah-Nya di mana Dia  menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

Pada kesempatan lain Syaikh As-Sa’di mengatakan: Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) maksudanya Dia lah Dzat Yang diserahi untuk mengurus makhluk-Nya dengan ilmu-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya serta hikmah-Nya yang menyeluruh. Dia lah Yang Menjamin para wali-Nya, memudahkan urusan-urusan mereka dan menghindarkan mereka dari kesulitan-kesulitan dan mencukupi mereka di dalam urusan-urusan mereka [selesai].

Allah sebagai Al-Wakiil (الوَكِيل) adakalanya bersifat umum dan adakalanya bersifat khusus. Yang bersifat khusus itu sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh As-Sa’di di atas: Dia lah Yang Menjamin para wali-Nya, memudahkan urusan-urusan mereka dan menghindarkan mereka dari kesulitan-kesulitan dan mencukupi mereka di dalam urusan-urusan mereka. Inilah yang merupakan makna ayat QS. Ali Imran: 173,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ  [آل عمران: 173]

Orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) ketika ada manusia mengatakan kepada mereka: “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka”. Ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mengatakan: “Cukuplah Allah bagi kami, Dia lah sebaik-baik Al-Wakiil” (QS. Ali Imron:173)

  • Al-Kafiil (الكَفِيل)

Ketika menjelaskan QS. An-Nahl:91,

وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا

 Ibnu Jarir Ath-Thobari mengatakan: Kalian telah menjadikan Allah sebagai Penjamin kalian atas apa yang kalian telah janjikan.

D. Perbedaan Antara Nama Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل)

Pengertian secara bahasa sudah dijelaskan di atas bahwa Al-Wakiil (الوَكِيل) maknanya lebih umum, karena setiap Al-Kafiil (الكَفِيل) pasti Al-Wakiil (الوَكِيل). Tetapi tidak setiap Al-Wakiil (الوَكِيل) sebagai Al-Kafiil (الكَفِيل).

Untuk memudahkan pemahaman kita ambil contoh dalam kehidupan kita. Siapakah yang diserahi seluruh urusan para pegawai; gaji, kesejahteraan, insentif, bonus-bonus, THR mereka , dan lain-lain? Tentu Pemilik perusahaan tersebut. Nah, pemilik perusahaan ini disebut Al-Wakiil (الوَكِيل). Jika dia memenuhi seluruh hak para pegawai maka selain Al-Wakiil (الوَكِيل) juga sebagai Al-Kafiil (الكَفِيل).

Ketahuilah! Tidak ada siapapun yang secara mutlak dari berbagai sisi sebagai Al-Wakiil (الوَكِيل) yang otomatis juga sebagai Al-Kafiil (الكَفِيل), kecuali Allah. Maka Dia lah Tuhan. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia.

E. TADABBUR

1. Ketika sudah kita pahami bahwa makna Al-Wakiil (الوَكِيل) adalah Dzat yang memegang seluruh urusan makhluk; mewujudkan, memberi rizki, menyediakan seluruh apapun yang merupakan faktor keberlangsungan hidup, mendatangkan hal-hal yang manfaat dan menghindarkan hal-hal yang mudhorot, maka semua ini mengharuskan hamba hanya beribadah /menghambakan diri kepada-Nya, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Apapun yang merupakan bentuk ibadah seperti cinta, pengagungan, roja’. Khouf, pujian, syukur harus hanya ditujukan kepada Allah saja.

2. Keharusan meningkatkan tawakkal kepada Allah dalam segala urusan.

3. Siapa yang Nabi Ibrahim serahi urusan sehingga api menjadi dingin baginya?

Siapakah yang Nabi serahi urusan sehingga seluruh orang kafir yang mengepungnya tertidur pulas, beliau keluar rumah dengan aman?

Siapa yang Nabi Musa serahi urusan sehingga laut berubah menjadi daratan. Beliau dan kaumnya pun selamat dari kejaran Fir’aun dan pasukannya?

Siapa yang Nabi Isa serahi urusan sehingga orang-orang Yahudi tidak menjumpainya karena beliau telah diangkat ke langit sebelum kedatangan mereka. Yang akhirnya mereka membunuh dan menyalib rekannya sendiri yang wajahnya diserupakan menyerupai beliau?

Semuanya itu diserahkan kepada Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل)

4. Pemahaman terhadap nama Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل) menguatkan kita untuk tidak bersandar kepada sebab (سَبَب)/ikhtiar, tetapi menyandarkan kepada yang menyebabkan (مُسَبِّب)

5. Memahami poin no. 4 di atas, haruslah menjadikan kita untuk semakin berhati-hati untuk tidak terjerumus ke dalam syirik khofiy (syirik yang samar). Seperti yang terjadi pada kebanyakan ungkapan dalam percakapan seharian sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu. Ketika menjelaskan QS. Al-Baqoroh:22,

فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ  [البقرة: 22]

Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (QS. Al-Baqoroh:22)

Beliau mengatakan: mengadakan sekutu-sekutu itu perbuatan syirik, suatu perbuatan dosa  yang lebih sulit untuk dikenali daripada semuat kecil yang merayap di atas batu hitam dalam kegelapan malam. Yaitu seperti ucapan Anda: ….. Kalau bukan karena angsa yang ada di rumah ini, niscaya datanglah para pencuri…. [selesai]. Ini tentu contoh sesuatu yang biasa dalam ungkapan keseharian bahkan merupakan perkara ilmiyyah. Namun, merupakan kesyirikan karena penyandarannya kepada sebab/ikhtiar tidak kepada musabbib. Ketahuilah angsa sekedar sebagai sebab saja, adapun yang menyebabkan selamat dari pencurian adalah musabbib [Dzat yang menyebabkan , Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل)]. Contoh-contoh ungkapan yang serupa:

Siapa dulu dong sopirnya, pantas aja gak telat?!

Siapa dulu dong dokternya, pantes aja cepat sembuh?!

Masakannya enak kan, siapa dulu dong safe nya?!

Orang yang memahami nama Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل) akan berhati-hati sehingga tidak terjerumus ke dalam syirik khofiy tersebut.  

6. Penyerahan dan penyandaran secara totalitas kepada Allah merupakan di antara tanda keimanan yang benar. Disebutkan di dalam Al-Qur’an,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ [الأنفال: 2]

Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka bertambah kuat imannya dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal (QS. Al-Anfal:2)

7. Memahami nama Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل) seharusnya menjadikan kita tidak pernah gelisah atau gejolak hati dalam masalah rizki dan lainnya, melainkan hati tetaplah tenang. Dan ridho terhadap apa yang telah Allah bagikan  bahwa Allah Dzat Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana di mana ketetapan-Nya adalah yang terbaik. Disebutkan di dalam Al-Qur’an,

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ [الشورى: 27]

Dan sekiranya Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Tetapi Dia menurunkan dengan kadar yang Dia kehendaki. Sungguh Dia Maha Teliti terhadap keadaan hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syuro:27)

8. Memahami nama Allah Al-Wakiil (الوَكِيل) dan Al-Kafiil (الكَفِيل) seharusnya menjadikan roja (rasa harap) kepada Allah semakin meningkat sehingga keyakinan kita akan pencukupan dan jaminan dari Allah juga semakin kuat.

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)