Solusi Investasi Akhirat Anda

Mencari Pusaka Yang Hilang

Di dalam al-Qur’an Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah” (QS. An-Nisa: 131). Ayat ini menunjukkan bahwa takwa adalah wasiat/pusaka Allah kepada seluruh manusia. Realitanya banyak manusia yang meninggalkannya. Maka, jadilah ia pusaka yang hilang dari kehidupan manusia. Mari kita mencarinya.

Taqwa berasal dari وقى – يقى – وقاية kata yang berarti menjaga. Yang dimaksud adalah seseorang melakukan sesuatu untuk bisa menjaga dirinya dari azab Allah. Apa yang harus dia lakukan? Tidak lain adalah menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. Semakin seseorang bertakwa berarti semakin dia memperhatikan perintah dan larangan-Nya. Semakin dia meningkatkannya lagi, maka semakin tajam pula perhatiannya dalam masalah perintah dan larangan Allah. Dia tidak sekedar memperhatikan perintah yang wajib wajib saja tetapi juga sangat memperhatikan yang sunnah-sunnah atau keutamaan-keutamaan sekecil-kecilnya. Dia tidak sekedar berhati-hati dari larangan yang haram haram saja, tetapi juga yang makruh makruh dan yang tidak utama bahkan perkara mubah tetapi berlebihan, sudah pasti akan dia tinggalkan. Demikianlah Allah memerintahkan: “Bertakwalah kepada Allah sesuai kemampuanmu (os. At-Taghabun: 16). “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benamya bertakwa” (QS. Ali Imran: 102). Thala bin Habib mengatakan, “Takwa adalah kamu mengerjakan ketaatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah seraya mengharap pahala dari Allah, dan kamu meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan bimbingan cahaya dari Allah seraya merasa takut terhadap siksaan dari Allah.” Umar bin Abdul Aziz berkata, ketakwaan kepada Allah bukan sekedar dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan.”

Ada seseorang peserta asuransi, ketika dijelaskan kepadanya bahwa praktek asuransi tersebut tidak syar’i karena mengandung ghoror dan riba, maka langsung seketika itu ia menyatakan keluar sebagai peserta meskipun dengan resiko uang yang disetorkan yang telah mencapai

Rp.40.000.000,- harus hangus alias hilang. Subhanallah. Seorang santri mahasiswa Thaybah, telah lulus S1 ITS dan diterima bekerja di suatu perusahaan. Namun, ketika mulai bergabung langsung tidak betah dan gelisah. Kenapa? Karena susah untuk mendirikan shalat berjamaah dan shalat Jum’at. Akhirnya tidak lama kemudian, dengan bangga dia keluar dan mencari pekerjaan di tempat lain yang kondusif untuk ubudiyah. Subhanallah. Seorang mahasiswa Thaybah S1 ITS bekerja di suatu perusahaan dengan gaji menawan, ketika dia mengetahui bahwa perusahaannya tersebutmemproduksi barang legal tetapi dengan cara memalsukan merek, dia pun langsung resign. Ini sebagian contoh kecil orang-orang yang menjaga pusaka Allah dengan baik. Apakah mereka menyesal? Apakah mereka merasa rugi? Sama sekali tidak. Karena mereka yakin dengan firman Allah: “Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan menjadikan baginya solusi olan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangko-sangka’ (QS. Ath- Thalaq:2-3).

Tentang surat Ath-Thalag: 2-3 ini ada orang yang salah menerapkannya. Sebagian mereka setelah dinasehati lalu keluar dari pekerjaan haramnya mengatakan: “Saya sudah keluar dari pekerjaan haram karena takwa kepada Allah, lho kog ga ada jalan keluarnya…. Katanya Allah akan memberi jalan keluar dan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Buktinya mana? Saya sudah pontang-panting mencari pekerjaan baru, tapi gak dapet-dapet, sampai tabungan saya sudah menipis… mana janji Allah?… Ucanan semacam ini menunjukkan bahwa dia tidak yakin dengan janji Allah tetapi sebaliknya malah menguji janji Allah. Allahu Akbar na’udzu billah mindzalika. Ucapan semacam ini sama dengan ucapannya orang-orang

munafik dalam perang Ahzab, “Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”. Ketika itu kaum muslimin ditimpa goncangan yang sangat hebat; musuh menyerang dari berbagai penjuru. Kondisinya sangat menyesakkan kaum muslimin. Hal ini Allah kisahkan dalam QS. Al-Ahzab: 10-12: “Ketika mereka musuh) datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatanmu dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan (menggambarkan betapa dahsyatnya perasaan takut dan gentar ketika itu, Red) dan kamu menyangka Allah dengan bermacam- macam persangkaan. Di situlah orang- orang mukmin diuji dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang dahsyat. Ketika itu orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata; Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”

Janganlah seperti orang munafik. Mereka melakukan aktivitas- aktivitas ukhrawi bukan terdorong oleh takwa tetapi karena pandangan dan pujian orang lain dan demi suatu kepentingan. Mereka adalah orang- orang oportunis. Banyak sekali zaman sekarang orang-orang yang oportunis. Mereka mendirikan panti asuhan, panti jompo, dan badan-badan social lainnya tetapi demi suatu popularitas. Mereka menyumbang berbagai macam sumbangan dan melakukan kepedulian sosial tetapi demi mendapatkan simpati. Ketika popularitasnya tidak naik dan gagal mendapatkan simpati, mereka marah- marah bahkan sebagian mereka menarik kembali sumbangan sumbangan yang telah diberikan kepada suatu warga. Allah al- Musta’an. Allah “azza wa jalla mengingatkan kita tentang orang- orang oportunis dalam al-Qur’an: Ada orang-orang munafik yang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sungguh bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan’ Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya dia atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan. Nya itu baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang dzalim” (QS. At-Taubah: 107-109)

Nabi ﷺ memperingatkan ummatnya agar senantiasa menjaga ketakwaan dalam menghadapi 2 perkara; dunia dan wanita. Keduanya berpotensi besar dalam menghancurkan ketakwaan seseorang. “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau indah), dan Sesungguhnya Allah menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang di dalamnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, waspadalah terhadap dunia (harta) dan terhadap wanita. Sebab, fitnah pertama kali yang timbul di kalangan Bani Israil disebabkan wanita” (HR. Muslim). Betapa dunia sangat memikat hati, sehingga untuk mendapatkannya manusia sering kehilangan akal sehatnya. Demi Jabatan, harus mengorbankan sahabat sebagai gantinya berkawan dengan musuh. Lihat saja fenomena perpolitikan yang ada, semua perkara haram bisa menjadi halal. Adu domba, menfitnah, ghibah, menipu, dusta, dan saling menjegal adalah pemandangan yang biasa. Demi warisan, harus bermusuhan dengan ayah, ibu, kakak adik dan family lainnya. Demikian pula dengan wanita. Allah menciptakan mereka sebagai pendamping kaum lelaki untuk meraih kemuliaan hidup dan sebagai pemeran utama di dalam rumah untuk mencetak generasi generasi robbani. Karena ketiadaan takwa keberadaan mereka telah berubah fungsi. Mereka dieksploitasi sedemikian rupa untuk kepentingan- kepentingan duniawi, hampir tidak ada bidang kehidupan apa pun kecuali telah menjadikan kemolekan tubuh wanita sebagai daya pikat. Iklan-iklan produk di televisi, SPG-SPG Sales Promotion Girl) di pameran-pameran atau show room, Lady escort (wanita- wanita untuk mengegolkan deal-deal bisnis), wanita-wanita penghibur dan lain-lain. Kondisi yang demikian benar- benar telah menjatuhkan martabat kaum wanita ke dalam jurang kehancuran. Aurat dan kecantikan yang seharusnya ditutup kecuali hanya untuk suaminya saja kini telah berubah menjadi barang obralan yang siapa saja bisa menikmatinya. Anehnya, semuanya dibungkus dengan dalih emansipasi wanita. Sadarlah wahal para wanita, kalian telah ditipu!! Sadarlah wahai para lelaki, wanita adalah pendamping kalian bagi kesempurnaan hidup bukan barang murahan. “Dunia itu perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita yang sholehah” (HR. Muslim)

Tidak ada perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lainnya di hadapan Allah ﷻ. Allah hanya menilai ketakwaannya. Yang paling bertakwa, dialah yang paling mulia di sisi Allah . Dia berfirman: Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa (QS. al-Hujurot: 13). Apa yang akan dibanggakan oleh orang kaya ketika harta kekayaan tidak menjaminnya di sisi Allah? Apa yang akan dibanggakan oleh pejabat ketika kedudukannya tidak menjaminnya di sisi Allah? Apa yang akan dibanggakan oleh lelaki ganteng dan wanita cantik ketika parasnya tidak menjaminnya di sisi Allah ﷻ. Orang yang menyadari hal ini tidak mungkin sombong betapapun hebatnya dia. Saya sangat terkesan dengan salah seorang guru saya. Beliau orang yang cukup terpandang dan disegani oleh banyak orang. Tetapi subhanallah tawadhu’nya, Ucapan beliau yang sempat saya dengar kurang lebihnya seperti ini: “Saya tidak pernah membedakan siapapun yang datang bertamu ke rumah saya. Jika saya menyuguhkan minuman untuk seorang pejabat dengan tatakan gelas maka demikian pula kepada tukang atau kull bangunan. Jika saya menyuguhkan hidangan istimewa untuk pejabat, maka seperti itu pula yang saya hidangkan untuk tukang becak”. Beliau bisa hangat di dalam bergaul dengan siapa pun. Sikap mulia seperti ini tidaklah terwujud melainkan dari ilmu yang telah menjiwainya bahwa seluruh manusia siapapun dan bagaimanapun keadaannya memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah. Hanya takwa yang membedakan di antara mereka. Masihkah kita di dalam bergaul hangat kepada sebagian tetapi dingin kepada sebagian yang lain??

Bismillah wollhamdulillahi Rabbil

Salam… Washshalatu wassalomu ala asyrofilanbiya’wal mursalin….

Tidak ada kata yang sering kita dengar dan tidak ada wasiat yang sering juga kita dengar selain kata “Taqwa”. Bahkan kata tersebut sangat sering disebutkan Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firmanNya

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepoda Allah dengan sebenar-benarnya taqwa. Dan janganlah kalian mati kecuali kalian dalam keadaon muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

Juga firmanNya yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah. Dan berkatalah kalian dengan perkataan yang benar. Semoga Allah memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RosulNya maka dia mendapatkan kemenangan dengan kemenangan

yang besar.” Al-Ahzab, 70)

Selain itu Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk senantiasa membekali dirinya dengan ketaqwaan dalam keadaan apapun. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat yang ke 197

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

“Dan berbekallah kalian, Maka sungguh sebaik-baik bekal adalah Taqwa, dan bertaqwalah kepadaku wahai orang – orang yang memiliki akal.”

Rasulullah juga berpesan kepada kita melalui sabdanya,

اتق الله حيتما كنت

“Bertaqwalah kalian dimanapun kalian berada.” (HR. Tirmidzi)

Namun wahai saudaraku… sayang seribu sayang, banyak sekali diantara kita yang sering mendengar kata-kata taqwa akan tetapi pada dasarnya perbuatan kita sangat jauh dari apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang hamba yang bertaqwa dengan ketaqwaan yang benar. Seperti halnya meneghibah, mencela takdir, gemar bergelut dengan perdagangan yang dipenuhi syubhat, masih bergelimang dengan berbagai macam transaksi ribawi… dan lain sebagainya yang dimana perbuatan tersebut bukanlah perbuatan yang mencerminkan bagusnya kualitas taqwa pada diri kita.

Dikarenakan taqwa bukanlah perkara yang mudah wahai saudaraku, dan taqwa bukanlah semata-mata perbuatan yang terlihat atau tampak pada anggota badan kita. Bahkan taqwa sejatinya adalah amalan hati seorang hamba. Walaupun pada umumnya apa yang terdetik pada hati seseorang akan nampak pula pada amal perbuatan orang tersebut. Sebagaimana Rasulullah berpesan pada kita melalui sabdanya,

الا وان في الجسد مضغة إذا صلحت

صالح الجسد كله وإذا فسدت فسد

الجسد كله، ألا وهي القلب

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dalam jasad itu terdapat segumpal daging yang dimana jika ia sehat maka seluruh jasad akan sehat pula, dan jika ia rusak maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Benarlah apa yang telah disabdakan Rasulullah, bahwa ketika hati seorang hamba penuh dengan ketaqwaan, maka dia akan senantiasa berhati-hati dalam kehidupannya, baik itu dalam perbuatannya maupun dalam setiap perkataannya. Karena tidak mungkin seorang hamba yang hatinya dipenuhi ketaqwaan kepada Allah lalu dia bertingkah laku layaknya seekor singa di hutan, menindas yang tidak berdaya, berbuat sesuai apa yang diinginkannya tanpa harus memikirkan apa yang terjadi pada saudara yang lainnya. Serta tidak mungkin dia berkata yang menyakiti saudaranya yg lain. Sebaliknya, ketika hati seseorang dipenuhi rasa dengki dan hasad, maka setiap perilakunya tidak akan sama dengan apa yang dikatakan oleh mulutnya. Perilakunya seolah menunjukkan dia adalah orang yang berpegang teguh terhadap sunnah, akan tetapi ketika berkata, mulutnya tidak luput dari mencela, memaki, menggunjing serta memfitnah saudaranya yang lain. Naudzubillahi min dzalik..

Oleh karenanya taqwa bukanlah semata amalan tubuh akan tetapi taqwa lebih kepada amalan

hati seseorang. Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya taqwa itu disini (Rasulullah menunjuk kepada hati]” (HR. Muslim). Walaupun taqwa termasuk amalan yang sulit akan tetapi Allah memerintahkan kita untuk bertaqwa sesuai dengan kemampuan kita, namun bukan berarti selesai sampai situ saja akan tetapi kita juga selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas laqwa dengan segenap kemampuan diri kita, sebagaimana firmanNya “Bertaqwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuan kalian” (QS. At-Taghobun:16)

Sungguh Maha Pemurah Allah, yang menjadikan disetiap ketaatan kepada Nya selalu berbuah indah. Walaupun taqwa adalah sesuatu amalan yang tidak mudah dan bukan pula suatu amalan yang remeh, akan tetapi Allah menyelipkan berlipat-lipat pahala sebagai buah dari ketaatan-ketaatan hamba-hambaNya yang bersungguh-sungguh dalam bertaqwa kepadaNya.

Beberapa Buah Taqwa

  1. Allah senantiasa bersama orang- orang yang bertaqwa

Allah berfirman,

واتقوا الله واعلموا أن الله مع المتقين 

“Dan bertaqwalah kalian kepada Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa”(QS. Al- Baqarah;194)

  • Allah mencintai pribadi yang bertaqwa

Sesungguhnya meraih cinta Allah adalah dengan bertaqwa kepadaNya, melaksanakan ketaatan kepadaNya dan menjauhi apa yang dilarang olehNya dikarenakan takut akan azabNya yang pedih. Allah berfirman,

فإن الله يحب المتقين

“Maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa” (QS. Ali Imran: 76)

Jika Allah mencintal seoranghamba, maka seluruh penduduk langit dan bumi pun akan mencintai seorang hamba tersebut.

  • Taqwa merupakan solusi dari kesempitan hidup dan sebagai pembuka pintu rizki

Orang bertaqwa tidak akan pernah berlarut-larut terhadap permasalahan hidup karena dirinya selalu diberikan oleh Allah jalan keluar. Sebagaimana janji Allah, “Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah maka Allah akan memberinya jalan keluar (pernasionan)” bukan hanya diberi solusi oleh Allah akan tetapi juga diberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, janji Allah dalam kelanjutan ayat tadi. “dan Allah akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS. Ath-Thalaq:2-3)

4. Taqwa dapat memudahkan suatu urusan yang kita hadapi

Tanpa kita sadari bahwa Allah selalu memudahkan urusan orang-orang yang senantiasa

bertaqwa, firmanNya,

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memudahkan segala urusanya.” (QS. Ath-Thalaq;4)

  • Allah selalu menjadi pelindung bagi pribadi yang bertaqwa

Tidak ada yang dapat memberikan perlindungan kepada seorang hamba dari suatu apapun

kecuali Allahlah yang melindungi hamba tersebut. Sebagaimana dalam firmanNya, “Dan Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Jatsiyah;19)

  • Berjayanya suatu negeri adalahkarena ketaqwaan penduduk negeri tersebut

Taqwa tidak hanya dapat merubah kehidupan seseorang saja, akan tetapi taqwa dapat merubah seluruh kaum suatu negeri jika memang mereka menginginkan negeri mereka menjadi negeri yang berjaya, negeri yang diberkahi oleh Allah. Tidakkah penduduk negeri kita mentadabburi firman Allah,

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Jika sekiranya penduduk suatu negeri mou beriman dan bertaqwa, pasti kami akan

limpahkan keberkahan pada mereka dari langit maupun bumi. Akan tetapi mereka justeru mendustakan (Ayat-Ayat Kami), maka kami timpakan siksaan kepada mereka atas apa yang telah mereka perbuat.”(Al-A’raf:96)

Mari kita bersungguh-sungguh untuk menjadi pribadi yang bertaqwa. Karena Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kita, akan tetapi Allah melihat diri kita dan menilai seluruh hamba-hambaNya dengan melihat pada ketaqwaan kita.

Sebagaimana firmanNya,

 اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling baik ketaqwaannya.”(QS. Al-Hujurat:13)

Semoga kita digolongkan oleh Allah termasuk hamba- hambaNya yang bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa.Amin Yaa Robbal’alamin…

Maroji’:

1. Al-Qur’an Al-Karim

2. Al-Maktabah Asy-Syamilah

3. At-Taqwa; sifatu ahliha wa tsamaratuha fid dunya wal akhirah; Dr. Shalih bin Ibrahim Alusy Syaikh

4. Riyadush Shalihin; Imam An- Nawawi

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)

Majalah Bulan September, 2014 Edisi 27