Disebutkan di dalam riwayat,
عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ الأَنْصَارِىِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الْبِرِّ وَالإِثْمِ فَقَالَ « الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ » (صحيح مسلم)
Dari Nawas bin Sam’an Al-Anshory. Dia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan dosa. Beliau menjawab: “Kebaikan adalah baiknya akhlak, dan dosa adalah sesuatu yang bergejolak di dalam dada kamu, dan kamu tidak menginginkan ada orang yang mengetahuinya” (Shahih Muslim)
Apakah demikian pengertian kebaikan dan dosa? Tentu bukan. Di sini Nabi tidak menjawab dengan definisi melainkan dengan contoh. Kebaikan sangatlah banyak jenis macam dan rupanya. Di antara kebaikan yang sangat banyak itu Nabi menyebut baiknya akhlak. Ini menunjukkan akhlak yang baik posisinya sangatlah diperhatikan di dalam Islam.
Disebutkan di dalam riwayat Abdullah Ibnu Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا (رواه البخارى و مسلم)
Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya (HR. Bukhari dan Muslim)
Saya mencoba memahami Hadits ini dengan tadabbur saya pribadi. Kalau salah saya memohon ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Kenapa orang yang paling baik bukan orang yang paling baik aqidahnya? Bukankah aqidah itu landasan semua amalan untuk diterima dan tidaknya? Kenapa orang yang paling baik bukan orang yang paling baik peribadahannya? Bukankah tujuan manusia diciptakan itu untuk ibadah? Kenapa malah yang disebutkan oleh beliau orang yang paling baik adalah orang yang paling baik akhlaknya?
Di dalam menjalani kehidupan beragama, manusia tidak lepas dari tiga perkara; aqidah, ibadah dan akhlak. Saya menggambarkan tiga perkara tersebut bagaikan rumah kita yang terdiri dari:
- Pondasi
- Dinding, pintu, jendela, atap, dan apapun yang dibangun di atas pondasi
- Tata ruang, taman, aquarium, pemilihan warna, penempatan perabot dan semacamnya yang merupakan faktor keindahan.
Nah, pondasi itu gambaran dari aqidah. Dinding, pintu, jendela, dan atap adalah ibadah. Tata ruang, taman, aquarium, pemilihan warna, penempatan perabot adalah akhlak. Perhatikanlah! Tata ruang, taman, pemilihan warna dan semacamnya menjadi tidak berarti jika pondasi, dinding, pintu, atap dan semacamnya bermasalah. Jika semuanya tidak ada masalah maka tata ruang, taman, pemilihan warna benar-benar merupakan penyempurna rumah kediaman yang penghuninya akan sangat betah di dalamnya.
Penghuni rumah tidak akan betah jika kondisi rumah berantakan tidak indah meskipun pondasi, dinding, pintu, jendela dan lainnya kokoh.
Demikianlah di dalam kehidupan beragama. Setelah aqidah dan ibadah kokoh dan baik, maka seorang muslim dituntut untuk berhias dengan akhlak. Jadi, maksud sabda Nabi bahwa sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya adalah secara otomatis setelah aqidah dan ibadahnya tidak bermasalah. Allahu A’lam.
Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ (رواه الترمذى)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika melamar kepada kalian orang yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata” (HR. At-Tirmidzi)
Ini menunjukkan setelah aqidah dan ibadah, maka akhlak tidak boleh terlewatkan. Seseorang tidak diperbolehkan hanya baik aqidah dan ibadahnya |
a. Akhlak adalah penyebab terbanyak yang memasukkan seseorang ke dalam Surga.
Disebutkan di dalam riwayat,
عن أبي هريرة قال : سئل رسول الله صلى الله عليه و سلم : ما أكثر ما يلج به الناس الجنة قال : تقوى الله و حسن الخلق (رواه الترمذى)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya apakah yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam Surga? Beliau menjawab: “Takwa kepada Allah dan Akhlak yang mulia” (HR. At-tirmidzi)
Mari kita perhatikan informasi-informasi dari Nabi!
Bukankah orang terhambat masuk Surga karena memutuskan silaturrahim.
Bukankah orang mati syahid terhambat masuk Surga karena hutang yang belum dibayar
Bukankah Surga anak di bawah kaki Ibu? Dia akan terkendala hingga memperbaiki birrul walidain
Bukankah Ahli shalat dan puasa terkendala masuk Surga karena buruk kepada tetangga
Bukankah istri yang taat kepada suami yang dipersilahkan memasuki Surga melalui pintu yang dikehandakinya?
Bukankah seseorang diampuni Allah dan dimasukkan ke dalam Surga karena menyingkirkan ranting pohon yang mengganggu di jalan?
b. Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Disebutkan di dalam riwayat,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه أبو داود و الترمذى)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Saya memahami Hadits ini sebagaimana saya terangkan di atas bahwa hal ini sudah barang tentu tidak melewatkan sisi aqidah dan ibadah.
c. Orang yang berakhlak mulia bisa menyamai derajat ahli shalat dan puasa.
Disebutkan di dalam Hadits,
عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللَّهُ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ :إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ (سنن أبى داود)
Dari Aisyah rahimahallahu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlanya yang baik menyamai derajat ahli puasa dan ahli shalat.” (Sunan Abu Daud)
Disebutkan di dalam kitab Aunul Ma’bud (Maktabah Syamilah), orang ahli puasa dan shalat malam adalah dua macam orang yang senantiasa beruapaya keras melawan kenyamanan kondisi. Nah, orang yang berakhlak mulia disamakan dengan keduanya karena adanya kesamaan dari sisi upaya kerasnya di mana dia senantiasa berupaya keras dengan sebaik-baiknya sikap dan prilaku setiap kali bergaul dengan manusia.
d. Orang yang berakhlak mulia dijamin dengan Surga paling tinggi.
Disebutkan di dalam Hadits,
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ (سنن أبى داود)
“Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.” (HR. Abu Dawud)
Allahu Akbar, orang yang membaguskan akhlak dijamin Nabi dengan rumah di Surga tertinggi. Ini menunjukkan betapa akhlak yang mulia memiliki kedudukan tinggi di dalam Islam |
e. Posisi orang yang berakhlak mulia paling dicintai dan paling dekat dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam di Hari Kiamat.
Disebutkan di dalam Hadits,
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَىَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ « الْمُتَكَبِّرُونَ » (سنن الترمذى )
Dari Jabir bin Abdillah -raḍiyallāhu ‘anhu- secara marfū’, (Nabi bersabda), “Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik budi pekertinya di antara kalian. Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak bicara dan bergaya dalam bicara. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami sudah tahu orang yang banyak bicara dan bergaya dalam bicara, lantas apakah yang dimaksud dengan bermulut besar?” Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang sombong. (Sunan At-Tirmidzi).
Adakah yang tidak mau menjadi orang yang paling dicintai dan paling dekat posisinya dengan Nabi shalllallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Kiamat. Ayo! Senantiasi memperbaiki akhlak kita |
Judul buku : Husnul Khuluq
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc.Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)