Solusi Investasi Akhirat Anda

Bolehkah calon istri mensyaratkan sesuatu sebelum akad nikah? Misal: Tidak mau dimadu, tetap bekerja seperti biasanya. Apakah suami harus memenuhi persyaratan ini?

– إذا تزوجت المرأة العاملة (طبيبة مثلا) واشترطت على زوجها أن تستمر في عملها بعد الزواج وكان ذلك أمام الشهود، ولكنه لم يسجل في عقد الزواج وقد قبل الزوج بذلك . هل يجوز للزوج أن يمنعها من العمل مستقبلا لمجرد التحكم والسيطرة فقط ؟ وهل يجوز له أن يأخذ راتبها كله أم جزءا منه مع عدم موافقتها ؟جزاكم الله عنا كل خير والسلام عليكم .

الإجابة

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد::

فإن الزوجة إذا اشترطت على الزوج – هي أو وليها – أثناء العقد أو قبله شرطاً مما لا يقتضيه العقد ولا ينافيه، وإنما هو أمر خارج عن معنى العقد، كالشروط التي يعود نفعها على الزوجة مثل: أن تشترط أن تستمر في عمل معين، أو لا يخرجها من دارها، أو لا يسافر بها، أو لا يتزوج عليها، فإن اشتراط هذه الشروط لا يؤثر على صحة العقد، ولكن هل يجب على الزوج الوفاء بها؟ اختلف أهل العلم في ذلك على قولين: الجمهور ومنهم مالك والشافعي وأبو حنيفة والليث والثوري لا يوجبون على الزوج الوفاء بها، فيما أوجبه أحمد بن حنبل والأوزاعي وآخرون، وقالوا: إن الزوج إذا لم يف بها كان للزوجة طلب الطلاق قضاء، وهذا القول الأخير هو الراجح لقوله تعالى: (يا أيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود) [المائدة :1]، فأمر تعالى بالوفاء بالعقود وهي العهود، وأوجب وأحقّ ما يوفي به الشخص من الشروط التي اشترطها على نفسه هي الشروط في النكاح، فعن أبي مسعود عقبة بن عامر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “أحق الشروط أن توفوا به ما استحللتم به الفروج” متفق عليه، ولا فرق بين أن يشترط ذلك في العقد أم لا، ما دام الشرط متقدماً على العقد، وعليه فإنه يجب على الزوج أن يوفي بهذا الشرط الذي أخذه على نفسه.
وأما إن اشترط الزوج مبلغاً من المال تدفعه المرأة له نظير سماحه لها بالعمل، فله أن يأخذ ما اشترط عليها، وإذا لم يشترط شيئاً، فلا يأخذ منها شيئاً، ولكن إذا كانت نفسك ترضى .لذلك.
والله أعلم.

https://www.islamweb.net/ar/fatwa/1357/

3, Pertanyaan:  Jika seorang wanita karir akan menikah, dokter misalnya, Dia mensyaratkan kepada calon suaminya agar nanti setelah menikah dirinya tetap bekerja sebagaimana biasanya. Hal ini dilakukan di depan banyak saksi. Calon suami telah menerimanya sebelum akad tapi tidak mencantumkan persyaratan ini di akad nikah. Apakah diperbolehkan si suami nantinya melarang istri bekerja semata-mata karena posisinya sebagai pemutus keputusan dan kepala rumah tangga? Apakah boleh baginya untuk mengambil gajinya keseluruhannya atau sebagiannya tanpa kesepakatan darinya ? Jazakumullahu khairan atas semua kebaikannya. Wassalamu ‘alaikum.

Jawab:

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:

Jika istri atau walinya mensyaratkan kepada calon suami di tengah akad berlangsung atau sebelumnya suatu persyaratan tertentu yang tidak berpengaruh pada sah atau tidaknya akad, maka tidaklah mengapa karena ia perkara di luar akad. Contoh persyaratan yang manfaatnya kembali kepada istri misalnya si istri harus dibiarkan dengan pekerjaan tertentu, tidak diajak  bertempat tinggal kecuali di rumahnya sendiri, tidak diajak safar, dan tidak dimadu. Semua persyaratan ini tidak berpengaruh kepada sah atau tidaknya akad nikah. Tetapi, apakah wajib bagi suami untuk memenuhi persyaratan ini? Para ahli ilmu berpeda pendapat dalam hal ini menjadi dua pendapat:

  1. Jumhur ulama termasuk di dalamnya Malik, Asy-Syafi’i, Abu Hanifah, Laits dan Ats-Tsauri tidak memajibkan bagi suami untuk memenuhi persyaratan tersebut.
  2. Yang mewajibkan adalah Ahmad bin Hanbal, Al-Awza’i dan ulama lainnya. Mereka berkata: Sesungguhnya jika seorang suami tidak memenuhi persyaratan tersebut maka bagi istri boleh meminta cerai demi agar suami memenuhinya. Pendapat inilah yang rojih berdasarkan firman Allah Ta’ala:

يا أيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود [المائدة :1]،

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah janji-janji(QS. Al-Maidah:1)

Maka Allah Ta’ala memerintahkan agar kita memenuhi akad-akad yang telah disepakati dan hukumnya wajib. Dan persyaratan yang paling berhak untuk dipenuhi oleh seseorang adalah persyaratan yang seorang wanita dipersilahkan untuk mensyaratkan atas dirinya yaitu persayaratan di dalam pernikahan.

عن أبي مسعود عقبة بن عامر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “أحق الشروط أن توفوا به ما استحللتم به الفروج” )متفق عليه( 

Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, dia menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Persyaratan yang paling berhak untuk kalian penuhi adalah persayaratan yang dengannya farji dihalalkan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada ;perbedaan apakah persyaratan itu dilakukan di tengah-tengah akad atau tidak. Intinya, persyaratan tersebut dilakukan di awal akad. Maka, suami wajib memenuhi persyaratan ini yang dia telah meng-iya-kannya.

Adapun jika seorang suami mensyaratkan nominal uang tertentu yang harus dibayarkan oleh istri kepadanya maka ini dengan pemahaman bahwa ia telah diizinkan  oleh suami untuk bekerja. Maka, dia boleh mengambil sesuai dengan yang disyaratkan kepada istrinya. Jika tidak mensyaratkan sama sekali, maka suami tidak boleh mengambil uangnya sama sekali. Tapi hal ini terjadi jika Anda meridhoinya (bekerja, Pent.).  Allahu A’lam

Judul buku : Terkadang Ditanyakan 4

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya