(https://answers.mawdoo3.com/)
Teks Arab
هل يجوز التراجع عن البيع بعد الاتّفاق؟
والجواب هو: إنّ البائع والمشتري إذا اتّفقا وتمّ البيع برضاهما، وكان ذلك مستوفياً للشروط والأركان؛ لم يكن لأحدهما حقّ التراجع عن البيع أو فسخه بعد الاتّفاق بدون رضا الطرف الثاني، لقول النبي -صلى الله عليه وسلم-: (البَيِّعانِ بالخِيارِ ما لَمْ يَفْتَرِقا). [أخرجه البخاري]
وبناءً عليه إذا تمّ الاتّفاق على بيع وشراء سلعةٍ ما، وتوفّرت الأركان من القبول والإيجاب، ثمّ طلب المشتري أو البائع فسخ العقد أو التراجع عنه، فالبيع مُتَحقِّقٌ ويحقّ للطرف الثاني رفض التراجع.
متى يحقّ للبائع أو المشتري التراجع عن البيع؟
يجوز التراجع عن البيع بعد الاتّفاق في حال اشترط أحدهما خيار الفسخ بسبب أمرٍ ما، وهذا الأمر -أي الخيارات في البيع- تفاصيله متعدّدة يمكنك القراءة حولها، ولكن أوضّح لك مقصودي من خلال المثال الآتي؛ فلو اشترط البائع مثلاً خيار فسخ العقد إذا لم يُعطِهِ المشتري النقد في زمنٍ محدّد، ثم انقضى ذلك الزمان دون أن يقبض البائع منه؛ كان له حقّ فسخ البيع.
هل يجوز التراجع عن البيع بعد الاتفاق برضا العاقديْن؟
يجوز التراجع عن البيع بعد الاتّفاق إذا كان ذلك برضا العاقديْن، وهو ما يُعرف بالشريعة الإسلامية بالإقالة، وهي مستحبّة لأنّ فيها تفريجاً عن المكروب وتيسيراً عليه، فمثلاً قد يشتري أحدٌ سلعة ما، ثمّ يندم على ذلك البيع لعدم حاجته إليه، فإذا رَضي البائع بالتراجع عن البيع صحّ ذلك وكان مأجوراً، فقد قال -صلى الله عليه وسلم-: (مَنْ أَقالَ مُسلِمًا؛ أَقالَ اللهُ عَثْرَتَه). [أخرجه الحاكم، صحيح على شرط الشيخين]
Terjemahan teks Arab
Pertanyaan: Apakah boleh membatalkan jual beli setelah kesepakatan kedua pihak?
Jawab: Sesungguhnya penjual dan pembeli jika keduanya sepakat dan transaksinya selesai dengan keridhoan keduanya maka berarti telah sempurna memenuhi persyaratan dan rukun jual beli. Masing-masing tidak memiliki hak untuk membatalkannya setelah kesepakatan keduanya tanpa keridhoan dari kedua pihak. Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
البَيِّعانِ بالخِيارِ ما لَمْ يَفْتَرِقا. [أخرجه البخاري]
“Penjual dan pembeli itu (memiliki) hak memilih sebelum keduanya berpisah” (HR. Bukhari)
Berdasarkan ini jika kesepakatan atas jual beli suatu barang tertentu telah memenuhi rukun; ijab dan qobul lalu pembeli atau penjual meminta pembatalan akad atau peninjauan kembali, ketahuilah transaksi jual beli telah usai dan mengikat keduanya maka bagi penjual atau pembeli tersebut tidak memiliki hak untuk menolaknya.
Kapan penjual atau pembeli memiliki hak untuk membatalkan jual beli?
Adalah boleh membatalkan jual beli setelah kesepakatan jika salah satu dari keduanya memberikan persyaratan “khiyar fash” (kalau dijumpai ada sesuatu yang bermasalah, maka boleh dikembalikan) dalam hal tertentu. Tetapi masalah “khiyar fash” rinciannya panjang. Silahkan Anda bisa membaca seputar hukum tentangnya. Saya akan menjelaskan kepada Anda melalui pertanyaan berikut ini: Jika seorang penjual mensyaratkan “khiyar fash” (hak membatalkan) bahwa jika pembeli sampai waktu begini dan begini belum melakukan pembayaran. Lalu, waktu yang dipersyaratkan tersebut terlewati dan dia belum mendapatkan pembayaran dari pembeli maka sah baginya untuk membatalkan penjualannya.
Apakah boleh membatalkan jual beli setelah disepakati oleh dua pihak dengan keridhoan keduanya?
Adalah boleh membatalkan jual beli setelah disepakati jika kedua pihak meridhoi. Ini yang dikenal di dalam syariat Islam dengan sebutan IQOLAH. Ia dianjurkan karena merupakan bentuk melapangkan pada suatu kesulitan sehingga akan memudahkannya. Contoh: Seseorang membeli suatu barang. Lalu dia menyesali pembelian tersebut karena tidak membutuhkannya. Jika penjual ridho dengan pembatalan pembeliannya maka yang demikian itu sah dan ia diberi pahala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَقالَ مُسلِمًا؛ أَقالَ اللهُ عَثْرَتَه [أخرجه الحاكم، صحيح على شرط الشيخين]
Barangsiapa yang melakukan iqolah terhadap seorang msulim, maka Allah ta’ala akan menghilangkan kesalahannya (HR. Alhakmi, Shohih ‘ala syarthi-sy-Syaikhoni)
Judul buku : Terkadang Ditanyakan 13
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)