PANDUAN PRAKTIS HAJI & UMROH Dilengkapi 40 permasalahan penting
A. TATA CARA HAJI TAMATTU’
1. Mengetahui miqot dan bentuk peribadahannya.
Secara umum warga negara Indonesia jenis haji yang dilakukannya adalah haji tamattu’, maka langsung saja kita bahas pelaksanaan jenis haji ini. |
Orang yang akan berhaji berangkat menuju Makkah di bulan-bulan haji yaitu Syawwal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah. Untuk haji tamattu’ jamaah melakukan umroh terlebih dahulu kemudian haji. Sebelum ber-ihram untuk umroh dari miqot yang telah ditetapkan oleh syariat disunnahkan bagi lelaki dan perempuan untuk mandi sebagaimana mandi junub. Untuk lelaki memakai wewangian pada kepala, badan dan jenggotnya lalu mengenakan baju ihram. Bekas atau pengaruh dari parfum dan wewangian yang berlanjut selama ihram tidaklah mengapa. Disebutkan di dalam Hadits Aisyah,
كأنِّي أنظرُ إلى وَبيصِ الطِّيبِ في رأسِ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ، وَهوَ مُحرِمٌ (رواه البخارى ومسلم)
“Benar-benar seakan-akan aku melihat kilauan minyak wangi di (belahan-belahan) rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan beliau sedang berihram” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan memakai wewangian pada kain ihram sebagaimana sabda beliau ketika ditanya tentang pakaian ihram,
ولا تلبَسوا مِن الثِّيابِ شيئًا مسَّه الوَرْسُ والزَّعفران (رواه البخارى ومسلم عن عبدالله بن عمر
“…… Janganlah kalian mengenakan kain yang terkena waros dan za’faron” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar)
Untuk jamaah haji Indonesia yang ke Madinah terlebih dahulu, maka miqotnya mengikuti penduduk Madinah yaitu di Bir Ali atau Dzul Hulaifah. Di masjid itulah niat ihram dimulai. Jika bertepatan dengan shalat fardhu maka dilakukannya setelah shalat fardhu, atau shalat sunnah apapun di dalamnya seperti Sunnah wudhu, Dhuha, Tahiyyatul masjid dan lain-lain. Ketahuilah tidak ada shalat sunnah ihram karena tidak ada dalil tentangnya. Wanita yang sedang haidh atau nifas tidak melakukan shalat, tetapi hanya berniat ihram untuk umroh dengan membaca,
لبَّيكَ عُمرةً
Setelah itu memperbanyak talbiyah selama di perjalanan hingga menjelang thowaf, bacaannya;
لبَّيكَ اللَّهمَّ لبَّيكَ لبَّيكَ لا شريكَ لك لبَّيكَ إنَّ الحمدَ والنِّعمةَ لك والملكُ لا شريكَ لكَ
Maksimalkan dalam ber-talbiyah. Janganlah melakukan perbuatan yang menghilangkan makna kekhusyu’an dalam talbiyah seperti ngobrol berlebihan, bermain gadget, tidur sepanjang jalan dan lain-lain. Dengan merenungi makna yang terkandung dalam lafazh talbiyah, niscaya Anda akan bertambah khusyu’ dan khidmat.
2. Memasuki kota Makkah
Kalau sudah mendekati Makkah hendaknya para jamaah mandi terlebih dahulu untuk memasuki kota Makkah sebagaimana yang dilakukan Nabi shallahu’alaihi wasallam dalam Hadits Ibnu Umar,
أنَّ ابْنَ عُمَرَ كانَ لا يَقْدَمُ مَكَّةَ إلَّا بَاتَ بذِي طَوًى، حتَّى يُصْبِحَ وَيَغْتَسِلَ ثُمَّ يَدْخُلُ مَكَّةَ نَهَارًا، وَيَذْكُرُ عَنِ النبيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ أنَّهُ فَعَلَهُ (رواه البخارى ومسلم)
“Ibnu Umar radhiallahu’anhu tidak memasuki Makkah hingga bermalam di Dzi Tuwa terlebih dahulu sampai pagi lalu mandi kemudian memasuki Makkah di siang hari. Dia menyebutkan dari Nabi shallahu’alaihi wasallam bahwa beliau melakukannya” (HR. Biukhari dan Muslim)
Untuk memasuki masjidil haram mendahulukan kaki kanan dengan membaca,
بسمِ اللَّهِ والسَّلامُ علَى رسولِ اللَّهِ اللَّهُمَّ اغفِر لي ذُنوبي وافتَح لي أبوابَ رحمتِكَ أعوذُ باللهِ العظيمِ وبوجهِه الكريمِ وسلطانِه القديمِ من الشيطانِ الرجيمِ
a. Melakukan thowaf
Talbiyah berakhir di sini. Thowaf dimulai dari Hajar Aswad dengan mengusapnya dan menciumnya jika berkemudahan. Jika tidak, maka memberikan isyarat kepadanya dengan membaca,
اللهُ أكبرُ atau بسم الله والله أكبر
Lalu mengelilingi Ka’bah dengan menjadikannya di sebelah kirinya atau berlawanan dengan arah jarum jam. Thowaf ini dilakukan sebanyak tujuh putaran. Untuk lelaki, kain bagian atas ditutupkan pada pundak kiri. Untuk pundak kanan dibiarkan terbuka dengan cara kain dilewatkan di bawah ketiak kanannya dan ujungnya diarahkan ke pundak kiri (bisa diikat di situ). Dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad juga. Tidak ada sudut Ka’bah yang diusap kecuali Hajar Aswad dan Rukun Yamani saja. Nabi shallahu’alaihi wasallam tidaklah mengusap kecuali pada keduanya saja. Untuk lelaki pada tiga putaran pertama disunnahkan raml, yaitu mempercepat jalan dengan memendekkan langkah mulai dari Hajar Aswad sampai Rukun Yamani. Adapun dari Rukun Yamani sampai Hajar Aswad berjalan biasa . Doa yang ditentukan hanya pada antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad saja yaitu membaca,
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Adapun pada selain tempat ini tidak ada bacaan yang ditentukan pada seluruh putaran, mulai putaran pertama hingga ketujuh. Boleh membaca apapun yang dikendakinya baik dzikir, doa atau membaca al-Qur’an. Untuk jamaah haji harus diperingatkan dari buku-buku saku yang banyak beredar yang berisikan variasi doa dan dzikir pada setiap putaran. Ini perkara tertolak karena tidak diajarkan oleh Rasulullah shallahu’alaihi wasallam. Beliau bersabda,
مَن أَحْدَثَ في أَمْرِنَا هذا ما ليسَ فِيهِ، فَهو رَدٌّ (رواه البخارى عن عائشة)
Barangsiapa mengada-ngadakan di dalam urusan kami sesuatu yang tidak termasuk bagian darinya maka ia tertolak (HR. Bukhari dari Aisyah)
Perhatikan! Ketika penuh berdesak-desakan ada sebagian orang yang masuk ke dalam hijr Ismail lalu keluar melalui pintu satunya lagi. Ini tidak sah karena dia tidak mengelilingi Ka’bah secara sempurna di mana Hijr Ismail itu bagian dari Ka’bah sementara yang disyareatkan adalah mengelilingi Ka’bah.
Setelah thowaf menuju maqom Ibrahim dengan membaca
وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
disitu shalat sunnah thowaf 2 rakaat dengan kedua pundak tertutup dimana sebelumnya pundak kanan terbuka. Dlakukannya di belakang maqom Ibrahim jika memungkinkan. Kalau tidak, maka di manapun bagian dari masjid. Bacaan yang dianjurkan adalah al-Ikhlash dan al-Kafirun. Disebutkan di dalam Hadits Jabir,
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِاللَّهِ رضي الله عنهما: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَرَأَ فِي رَكْعَتَيِ الطَّوَافِ بِسُورَتَيِ الْإِخْلَاصِ: قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (تحفة الأحوذى)
“Dari Jabir radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallahu’alaihi wasallam membaca pada dua rakaat thowaf dengan dua surat Ikhlas yaitu qul yaa ayyuhal kaafirun dan qul huwallaahu Ahad” (Tuhfatul Ahwadzi)
Seusai shalat menuju Shofa untuk melakukan sa’i.
b. Sa’i
Naik menuju bukit shofa, ketika sudah dekat dengannya membaca,
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَائِرِ اللَّهِ (البقرة: 158)
Tidak perlu dilanjutkan hingga akhir ayat, berdasarkan Hadits Jabir radhiallahu’anhu. Lalu membaca,
أَبْدَأ بِمَا بَدَأَ اللهُ به
Kemudian naik ke atas bukit Shofa hingga melihat Ka’bah atau menghadap ke arahnya. Adapun yang dibaca adalah:
اللهُ أكبَرُ، اللهُ أكبَرُ، اللهُ أكبَرُ
لا إلهَ إلَّا اللهُ وَحْدَه لا شريكَ له، له المُلْك وله الحَمْدُ، وهو على كلِّ شيءٍ قديرٍ
لا إلهَ إلَّا اللهُ وحدَه، أنجَزَ وَعْدَه، ونصَرَ عَبْدَه، وهَزَمَ الأحزابَ وَحْدَه
Setelah membaca rangkaian dzikir di atas dilanjutkan dengan berdoa sekehendaknya. Lalu kembali membaca rangkaian dzikir di atas. Kemudian berdoa lagi sekehendaknya. Ditutup dengan membaca rangkaian dzikir di atas. Jadi, 3x dzikir dan 2x doa. Jangan sia-siakan kesempatan ini untuk berdoa sebanyak-banyaknya.
Berikutnya, turun menuju bukit Marwah dengan berjalan biasa sampai di lampu hijau pertama. Dari lampu hijau ini berlari cepat jika memungkinkan sampai lampu hijau kedua lalu berjalan lagi menaiki bukit Marwah. Di bukit Marwah ini melakukan persis sebagaimana di bukit Shofa, yaitu menghadap ke arah Ka’bah dengan 3x dzikir dan 2x doa. Untuk ayat “Inna-sh-shofa wa-l-marwata min sya’arillah” dan “Abdau bima badallahu bihi” tidak dibaca lagi. Kedua lafazh ini hanya dibaca sekali saja di awal memulai sa’i.
Setelah dari bukit Marwah turun menuju bukit Shofa dengan tata cara yang sama persis dan terus demikian hingga mencapai 7x putaran. Terakhirnya berada di atas bukit Marwah tanpa membaca dzikir dan doa melainkan langsung keluar dari area sa’i untuk memendekkan rambut. Gambar sketsa sa’i berikut ini:
Judul buku : PANDUAN PRAKTIS HAJI & UMROH Dilengkapi 40 permasalahan penting
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)
