Solusi Investasi Akhirat Anda

Memahami Takdir Bagian 1

Ada sekitar 30 orang yang bertaubat dari suatu kelompok keagamaan kemudian membentuk majlis bersama saya, mereka mengungkapkan bahwa dulu mereka diajari suatu paham agar tidak beriman kepada takdir. Menurut pemahaman kelompok tersebut bahwa kalau ahli Surga telah ditakdirkan dan ahli neraka juga telah ditakdirkan maka berarti Allah zhalim. Lebih lanjut, alasannya kata mereka adalah bahwa berarti orang yang telah ditetapkan sebagai Ahli Surga jika dia berbuat maksiat dan dosa-dosa maka tidak ada pengaruh apapun, karena dia pasti masuk Surga. Sebaliknya orang yang telah ditakdirkan sebagai ahli neraka maka berbuat keshalihan apa pun tidak akan bermanfaat karena pasti masuk neraka. Ini kan kezholiman. Dengan demikian beriman kepada takdir berarti menuduh Allah itu zhalim. Jadi kita tidak boleh mengimani takdir, demikian penjelasan mereka lebih lanjut.

Apakah demikian pemahaman tentang takdir? Sekali-kali tidaklah demikian. Ingin tahu pembahasannya? Ayo ikuti di rubrik BAHASAN UTAMA

A. Pengertian takdir

Secara bahasa, makna takdir adalah kadar. la berasal dari kataقدر  (qa-da-ra). Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَقَدْرَ فِيهَا أَقْوَاتَها (فصلت:10)

“..dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan. penghuninya” (QS. Al-Fusilat: 10)

Secara syar’i, takdir adalah penentuan kadar segala sesuatu sebelum terjadinya dan penulisannya di lauhul mahfudz

B. Hukum beriman kepada takdir

Hukumnya adalah wajib. Disebutkan dalam Hadits Zaid bin Tsabit,

وَلَو كَانَ لَكَ جَبَلُ أُحُدٍ أَو مِثلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا أَنفَقتَهُ فِي سبيل اللهُ مَا قَبلَهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ وَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَإِنَّكَ إِنْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ ( رواه أحمد)

“….. Jika Anda memiliki emas sebesar gunung Uhud atau seperti gunung Uhud yang Anda menginfakkannya di jalan Allah niscaya Allah tidak akan menerimanya dari Anda sehingga Anda beriman kepada takdir; Anda mengetahui bahwa apa yang menimpa Anda tidak akan meleset dari Anda, dan apa yang meleset dari Anda tidak akan menimpa Anda. Dan jika Anda mati di atas selain ini niscaya Anda masuk Neraka(HR. Ahmad)

C. Kandungan takdir

Iman kepada takdir meliputi empat (4) perkara;

1. Mengetahui

2. Mencatat

3. Menghendaki

4. Menciptakan

1. Mengetahui

Berbeda dengan manusia yang ilmunya meliputi sesuatu yang sudah terjadi, ilmu Allah meliputi semua hal termasuk sesuatu yang belum terjadi. Dia ‘Azza wa Jalla mengetahui semua yang akan terjadi pada semua makhluk dengan sangat rinci sejak diciptakannya hingga hari kiamat. Daun per helainya, binatang per ekor, buah per butir, pohon per batang, manusia per jiwa, angin per hembusannya dan lain-lain. Contoh tentang seseorang, bagaimanakah kondisinya sejak lahir hingga wafatnya; berkaitan dengan pekerjaannya, kesehatan, profesi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan, perbuatan-perbuatannya dan lain-lain termasuk perjalanannya akankah meniti jalan ahli Surga atau ahli Neraka. Semuanya sudah Allah ketahui.

2. Mencatat

Apapun yang akan terjadi pada semua makhluk sejak diciptakannya hingga hari kiamat, Allah ‘Azza wajalla mengetahui semuanya dan mencatatnya di lauhul mahfudz. Mari kita pahami dengan seksama!

Ketika seseorang di lauhul mahfudz dicatat sebagai ahli Surga, apakah berarti Allah memaksakannya agar berbuat ketaatan-ketaatan yang akan menghantarkannya ke Surga?

Jawab: Tidak, tetapi Allah mencatatnya berdasarkan ilmu-Nya. Artinya apa yang akan dilakukan orang tersebut per detiknya hingga wafatnya sebagai ahli Surga, Allah telah mengetahuinya. Dan itulah yang Allah catat.

Ketika seseorang di lauhul mahfudz dicatat sebagai ahli Neraka, apakah berarti Allah memaksakannya agar berbuat kemaksiatan-kemaksiatan yang akan menghantarkannya ke Neraka?

Jawab: Tidak, tetapi Allah mencatatnya sebagai ahli Neraka berdasarkan ilmu-Nya. Artinya apa yang akan dilakukan orang tersebut per detiknya hingga wafatnya sebagai ahli Neraka, Allah telah mengetahuinya. Dan itulah yang Allah catat.

Ketika seseorang di lauhul mahfudz dicatat pada umur sekian dan sekian akan berbuat zina, atau mencuri, atau membunuh. Apakah Allah memaksakannya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tersebut?

Jawab: Tidak, tetapi Allah mencatatnya berdasarkan ilmu-Nya. Allah mengetahui persis bahwa dia kelak akan melakukan perbuatan-perbuatan tersebut. Itu lah yang Allah catat.

Allah ‘Azza wa Jalla tidak memaksakan seseorang untuk berbuat ini dan itu. Tidak, tetapi semua yang akan diperbuat oleh seorang hamba, Allah telah mengetahui semuanya dan itulah yang Allah catat.

SEKALI LAGI INGAT BAIK-BAIK!!!!!!

SEGALA HAL TERKAIT DENGAN MAKHLUK YANG TELAH ALLAH ‘AZZA WA JALLA TETAPKAN DI LAUHUL MAHFUDZ ADALAH BERDASARKAN ILMUNYA. DIA AZZA WA JALLA TIDAK MEMAKSAKANNYA

Jangankan Allah ‘Azza wa Jalla, pada manusia saja ada suatu fenomena yang telah diketahui oleh seseorang sebelum terjadi. Contoh: Seorang ahli pembuatan kursi membuat berbagai macam model kursi dengan bahan kayu yang bervariasi. Setelah selesai dia melaporkan hasil pekerjaannya kepada the owner (bossnya) dalam bentuk catatan bahwa:

1. Kursi A tidak akan rusak kecuali setelah melewati masa sekitar 60 tahun. (Bahan bakunya murni jati tua)

2. Kursi B tidak akan rusak. kecuali setelah melewati masa sekitar 30 tahun. (Bahan bakunya jati muda)

3. Kursi C tidak akan rusak kecuali setelah melewati masa sekitar 10 tahun. (Bahan bakunya kayu pinus)

Kemudian terjadilah persis sesuai catatan sang ahli tersebut. Pertanyaannya adalah apakah sang ahli mencatat kursi A, B, C harus sudah rusak dalam masa sekian dan sekian alias memaksakan ataukah mencatat berdasarkan ilmunya?

Jawab: la mencatat berdasarkan ilmunya.

Ini baru ilmu manusia, ada fenomena tertentu yang bisa diketahuinya sebelum terjadi, lalu bagaimana dengan ilmu Allah ‘Azza wa Jalla?

Untuk kandungan yang pertama dan kedua (mengetahui dan mencatat), Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرُ الحج: 70

“Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah kitab (lauhul mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah” (QS. Al-Hajj: 70)

Kapan Allah mencatatnya dalam lauhul mahfudz?

Allah Azza wa Jalla telah. mencatatnya 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم يَقُولُ كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الخلائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ ( رواه مسلم)

“Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah telah menetapkan takdir-takdir makhluknya lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi(HR. Muslim)

3. Menghendaki

Allah lah satu-satunya Penguasa atas alam semesta ini. Maka, tidak ada apa pun yang terjadi di dalamnya termasuk kebaikan dan keburukan kecuali dengan kehendak-Nya ‘Azza wa Jalla. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril :

فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ. قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِهِ ( رواه مسلم)

“…Maka beritahukanlah kepadaku tentang iman. Beliau menjawab: Anda beriman kepada Allah, MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya, Hari Kiamat, dan beriman kepada takdir BAIK dan BURUK-nya(HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa beriman kepada takdir itu meliputi seluruh perkara yang baik dan yang buruk. Karena jika ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya maka berarti ada Penguasa lain atau ada tuhan lain, dan ini mustahil karena Tuhan itu hanya satu. Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan bahwa segala sesuatu dikehendaki oleh Allah ‘Azza wa Jalla, di antaranya:

هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ (آل عمران: 6)

“Dia lah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki(QS. Ali Imran: 6)

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (الأنعام: 112)

“Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan(QS. Al-An’am: 112)

وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (إبراهيم: 27)

Dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki(QS. Ibrahim:27)

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ (القصص: 68)

“Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki(QS. Al-Qoshosh:68)

Tidak ada apapun di alam semesta ini, BAIK dan BURUK, melainkan semuanya itu dengan kehendak Allah

4. Menciptakan

Allah lah satu-satunya Penguasa atas alam semesta ini. Maka, tidak ada apa pun yang berwujud di dalamnya berupa dzat, sifat atau gerakan, yang tampak atau tidak tampak, konkrit atau abstrak melainkan semuanya itu diciptakan oleh-Nya. Jika ada sesuatu tanpa diciptakan oleh-Nya maka berarti ada Pencipta lain atau Tuhan lain, dan hal ini mustahil karena Tuhan hanyalah satu. Banyak ayat-ayat yang menjelaskan di antaranya,

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا ( الفرقان: 2)

Dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat(QS. Al-Furqon:2)

وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ (الصافات:96)

“Allah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat(QS. Ash- Shofat:96)

اَللّٰهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

“Allah Pencipta segala sesuatu(QS.Az-Zumar: 62)

D. Apakah manusia tidak memiliki kehendak dan kemampuan?

Jika merupakan keniscayaan bahwa wujud segala sesuatu itu dikehendaki dan diciptakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, apakah berarti manusia tidak memiliki kehendak dan kemampuan?

Tidaklah demikian. Manusia tetap memiliki kehendak dan kemampuan. Banyak ayat yang menunjukkan hal tersebut,

نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئتُمْ (البقرة: 223)

“Istri-Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu kapan saja dengan cara yang kamu sukai” (QS. Al-Baqoroh: 223)

فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ مَابًا (النبأ: 39)

“Barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil jalan kembali kepada Tuhannya (QS. An-Naba’:39)

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا (البقرة: 286)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampunnya”. (QS. Al-Baqoroh: 286)

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ (التغابن:16)

Bertakwalah kepada Allah menurut kemampuan kalian(QS. At-Taghobun: 16)

Empat ayat ini menunjukkan bahwa manusia juga memiliki kehendak dan kemampuan berbuat.

Bagaimanakah mengkompromikan dua kelompok ayat al-Qur’an yang zhahirnya kontradiktif?

Pada kelompok ayat-ayat di atas dipahami bahwa manusia sedikitpun tidak memiliki kehendak dan kemampuan. Semua yang terjadi adalah dikehendaki dan diciptakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Sementara pada poin (D) keempat ayat al-Qur’an itu menunjukkan bahwa manusia juga memiliki kehendak dan kemampuan. Apakah kedua kelompok ayat-ayat tersebut bertentangan?

Perlu ditegaskan terlebih dahulu bahwa tidak mungkin ada ayat-ayat Al-Qur’an yang bertentangan. Karena Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, maka tidak mungkin ada kekeliruan, kesalahan atau lupa. Kedua kelompok ayat yang zhahirnya kontradiktif itu bisa dipahami sebaik-baiknya dengan melihat ayat yang merupakan titik temunya, yaitu dua ayat berikut ini

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعالَمينَ (التكوير: 29)

“Dan kamu tidak dapat menghendaki kecuali jika dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam(QS.At-Takwir:29)

Ayat ini menunjukkan bahwa:

Kehendak manusia berada di bawah kehendak Allah ‘Azza wa Jalla

Tidaklah manusia berkehendak melainkan karena Allah menjadikannya bisa berkehendak. Kalau Allah Azza wa Jalla tidak menjadikannya berkehendak niscaya manusia tidak pernah bisa berkehendak.

قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (البقرة: 249)

Anda Merasa memiliki kehendak dan kemampuan tidak? Biar tidak penasaran ayo ikuti kelanjutannya pada bagian selanjutnya…

Judul buku : Memahami Takdir

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc.Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)