Solusi Investasi Akhirat Anda

Hati yang Terketuk

Setiap manusia akan melewati peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya. Diantara peristiwa yang akan ia lewati ialah peristiwa yang sangat mengejutkan hati. Peristiwa yang mengakhiri semua kegiatan manusia di dunia. Peristiwa ini sangat memilukan, dan membelah manusia menjadi dua golongan. Golongan yang berat dan golongan yang ringan akan nampak setelah peristiwa ini. Golongan yang bersedih dan golongan yang berbahagia akan muncul setelah peristiwa ini. Peristiwa apakah ia ? Yuk, ikuti pembahannya

Allah mengatakan tentang akhirat ada empat nama: Al Hayawan (Kehidupan yang abadi), Darul Qoror (Tempat yang kekal), Darul Jaza’ (Tempat pembalasan), dan Darul Muttaqin (Tempat orang-orang yang bertaqwa). Kalau kita membandingkan kenikmatan dunia dengan akhirat sudah sangat jelas tidak ada apa-apanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن لله مائة رحمة أنزل منها رحمة واحدة بين الجن والإنس والبهائم والهوام، فيها يتعاطفون، وبها يتراحمون، وبها تعطف الوحش على ولدها، وأخر الله تسعا وتسعين رحمة يرحم بها عباده يوم القيامة

Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba- hamba-Nya pada hari kiamat.” (HR. Al Bukhari no: 6104 dan Muslim no: 2725)

Sebelum manusia mendapatkan balasan atas perbuatan-perbuatanya ketika di dunia, manusia akan melewati kejadian-kejadian penting. Kejadian-kejadian tersebut dikisahkan di dalam Al Qur’an, diantaranya kejadian-kejadian yang terdapat di dalam surat Al Qori’ah.

Surat Al Qori’ah tidak memiliki nama lain selain nama ini. Karena seluruh mushaf dan tafsir Al Qur’an menggunakan nama ini. Tidak ada sebab khusus yang menjadikan surat ini turun ke dunia dan juga tidak ada keutamaan khusus tentang surat ini. Adapun riwayat yang berbunyi:

من قرأ سورة القارعة ثقل الله ميزانه

“Barangsiapa yang membaca surat Al Qori’ah, Allah akan memberatkan timbangan (kebaikannya)”.

Riwayat di atas adalah riwayat yang palsu yang tidak bisa disandarkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak bisa dikatakan bahwa hal itu ialah sebuah hadis.

Surat ini termasuk ke dalam surat Al Mufashshal dimulai dari surat Qaaf – An Naas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُعطِيتُ مكانَ التَّوراةِ السَّبع الطوال، وأُعطِيتُ مكانَ الزَّبور المئين، وأعطيتُ مكان الإنجيل المثاني، وفُضِّلْتُ بالمفصل

“Aku dikaruniai oleh Allah As Sab’u Ath Thiwal (tujuh surat yang panjang) yang menggantikan taurat, dan aku diberikan surat surat Al Mi’in sebagai pengganti zabur, dan aku diberikan surat – surat Al Matsani sebagai pengganti Injil, dan aku diberi keutamaan dengan surat-surat Al Mufashshal”. (HR. AI Albani dalan Shahih Al Jami’ no: 1059)

Sebagai seorang muslim dia tidak boleh malas membaca Al Qur’an, meski sebuah surat tidak ada kekhususan pahala padanya. Namun ada sebuah perkataan lain yang disebutkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keagungan dari membaca Al Qur’an:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘Alif Laam Miim’ itu satu huruf. Akan tetapi, Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf(HR. Tirmidzi no. 2915)

Surat Al Qori’ah termasuk ke dalam surat Makkiyyah (Surat yang turun sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah). Surat Al Qori’ah berjumlah 11 ayat yang disepakati oleh para ulama’.

Secara garis besar, kandungan yang terkandung di dalam Surat Al Qori’ah terbagi ke dalam 3 hal:

1. Pada ayat ke-1 sampai ke5, Allah ta’ala memberitakan tentang bahwa hari kiamat pasti akan terjadi serta beberapa kejadian yang terjadi saat hari kiamat muncul. Maka itu di dalam sebuah ayat yang lain, Allah mengisahkan tentang kondisi hari kiamat. Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتٍ حمل حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَرَى وَمَا هُم بِسُكَرَىٰ وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ

Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya“. (QS. Al Hajj ayat: 1-2)

2. Kemudian pada ayat ke-6 dan ke-8, Allah ta’ala menceritakan tentang adanya penimbangan. Hal ini senada seperti yang Allah katakan di dalam sebuah surat:

وَنَضَعُ الْمَوْزِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيِّمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَسِبِينَ

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan“. (QS. Al Anbiya’ ayat: 47)

3. Lalu pada ayat 7, 9, 10, dan 11 Allah ta’ala menceritakan tentang adanya pembalasan pada hari kiamat. Segala perbuatan manusia ketika di dunia, akan dibalas sesuai dengan apa yang

dilakukannya. Seperti dalam sebuah ayat Allah ta’ala berkata:

يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (16) الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلم الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَاب (17)

“(yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”. (QS. Ghafir ayat: 16-17)

Pada ayat yang pertama Allah ta’ala berkata:

الْقَارِعَةُ (1)

“Hari Kiamat”

Jika kita melihat pada sebagian besar Al Qur’an terjemahan yang ada pada sisi kita, maka kita akan mendapati bahwa kata-kata ‘al qari’ah’ hanya diartikan sebagai ‘hari kiamat. Namun kalau kita melihat nama-nama hari kiamat di dalam Al Qur’an, Allah ta’ala memberikan nama yang berbeda – beda. Bahkan setiap nama tersebut memiliki makna tersendiri yang mungkin tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain.

Di dalam ayat ini ‘al qari’ah’ maknanya adalah apa-apa yang mengetuk hati dan mengejutkan hati. Terkejutnya hati ini disebabkan ditiupnya sangkakala secara tiba-tiba. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلُّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ

Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah, Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri“. (QS. An Naml ayat: 87)

Banyak sekali nama-nama hari kiamat yang disebutkan di dalam Al Qur’an, diantaranya:

1. Al Ghasyiyyah

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

“Sudahkah datang kepadamu berita (tentang) hari pembalasan“. (QS. AI Ghasyiyyah ayat: 1)

2. Al Qiyamah

لَآ اُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيٰمَةِۙ

Aku bersumpah dengan hari kiamat“. (QS. Al Qiyamah ayat: 1)

3. Ath Thammah

فَاِذَا جَاۤءَتِ الطَّاۤمَّةُ الْكُبْرٰىۖ

Maka apabila malapetaka (bencana) yang besar telah datang“. (QS. An Nazi’at ayat:

34)

4. Ash Shakhkhah

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخة

Apabila telah datang suara yang memekakkan (sangkakala)”. (QS. ‘Abasa ayat: 33)

5. Al Aazifah

أَزِفَتِ الْآزِفَةُ

“Apabila telah dekat hari yang dekat (hari kiamat)”. (QS. An Najm ayat: 57)

Diantara hal yang membuat hati terkejut keras ialah saat ditiupnya sangkakala oleh malaikat Israfil. Ini adalah peristiwa pertama yang sangat mencekam dan mengerikan yang terjadi saat hari kiamat. Para ulama’ berselisih pendapat tentang berapa kali sangkakala akan ditiup. Sebagian mereka mengatakan tiga kali, dengan hujjah sebagai berikut:

Tiupan yang Pertama (Nafkhotu Al Faza’) berdalil dengan firman Allah ta’ala :

وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلُّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah, Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri”. (QS. An Naml ayat: 87)

Tiupan yang Kedua (Nafkhotu Ash Sha’qi) berdalil dengan firman Allah ta’ala:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”. (QS. Az Zumar ayat: 68)

Tiupan yang Ketiga (Nafkhotu Al Ba’tsi wa An Nusyur) berdalil dengan firman Allah c:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِن الْاَجْدَاثِ اِلٰى رَبِّهِمْ يَنْسِلُوْنَ

“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka“. (QS. Yasin ayat: 51)

Sebagian mereka (ulama’) berpendapat bahwa sangkakala akan ditiup dua kali. Wallahu ‘alam ini adalah pendapat yang dipegang oleh penulis. Dalilnya ialah firman Allah c:

يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ

“Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam. Tiupan pertama itu diringi oleh tiupan ke dua“. (QS. An Nazi’at ayat: 6-7)

Imam Ibnu Katsir 5 berkata tentang ayat di atas:

قَالَ ابْنُ عَبَّاسِ : هَمَّا النَّفْخَتَانِ الأولى وَالثَّانِيَةُ، وَهَكَذَا قَالَ مُجَاهِدٌ وَالحَسَنُ وَقَتَادَةُ وَالضَّحَّاكُ وَغَيْرُ وَاحِدٍ

“Ibnu ‘Abbas berkata: ‘Keduanya adalah tiupan pertama dan kedua.’ Dan demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Al Hasan, Qotadah, Adh Dhahhak, dan yang lainnya“. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/315)

مَا الْقَارِعَةُ () وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ

“Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?”

Pada ayat yang kedua Allah c menanyakan kepada manusia tentang apa hari kiamat itu. Maka dari itu Imam Ath Thabari 5 berkata tentang ayat yang kedua:

يقول تعالى ذكره معظما شأن القيامة والساعة التي يقرع

“Allah berkata demikian untuk mengagungkan (membesarkan) tentang perkara hari kiamat yang mengejutkan tersebut“. (Tafsir Ath Thabari, 24/574)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin 5 senada juga berkata :

(ما) هنا استفهام بمعنى التعظيم والتفخيم يعني: ما هي القارعة التي ينوه عنها

“Kata-kata (ما) disini adalah pertanyaan yang bermakna pengagungan dan pembesar- besaran. Yaitu apa itu al qari’ah yang dibesar-besarkan itu“. (Tafsir Juz ‘Amma milik Syaikh ‘Utsaimin hal: 296)

Lalu Allah c mengulangi pertanyaan itu (hari kiamat) lagi pada ayat yang ketiga. Imam Ath Thabari 5 berkata:

وما أشعرك يا محمد أي شيء القارعة  

Apa yang engkau timbulkan (dari perasaan) wahai Muhammad tentang hari kiamat“. (Tafsir Ath Thabari 24/574)

Imam Al Qurthubi 5 juga berkata:

كلمة استفهام على جهة التعظيم والتفخيم لشأنها، كما قال: الحاقة ما الحاقة وما أدراك ما الحاقة

“Ini adalah pertanyaan yang bermakna pengagungan dan pembesar-besaran tentang keadaan (hari kiamat) tersebut. Seperti yang juga Allah firmankan dalam surat Al Haqqah (ayat 1-3)”. (Al Jami’ li Ahkamil Qur’an 20/73)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin 5 juga berkata:

هذا زيادة في التفخيم والتعظيم والتهويل

“Ini adalah tambahan (penekanan) dalam rangka membesar-besarkan, mengagungkan, serta memberikan (perasaan) memilukan“. (Tafsir Juz ‘Amma milik Syaikh ‘Utsaimin hal: 296)

Lihatlah betapa agung dan dahsyatnya tentang perkara hari kiamat, sampai Allah c dalam tiga ayat yang bergandengan bertanya dalam dua ayat-Nya. Hati mana yang tak pilu mendengar tentang nama hari kiamat? Mata mana yang tidak meneteskan air mata ketika melihat peristiwa hari kiamat?

Apakah kita bisa melihat peristiwa – peristiwa hari kiamat? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ رَأْيُ الْعَيْنِ، فَلْيَقْرَأُ (إِذَا الشَّمْسُ كُوّرَتْ) ، وَ(إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ) ، وَ(إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ)

“Barangsiapa yang ingin melihat (peristiwa-peristiwa yang akan terjadi) pada hari kiamat dengan kedua matanya, hendaknya dia membaca ‘Idzasy Syamsu Kuwwirot’ (surat AtTakwir), ‘Idzas Samaa Unsyaqqot’ (surat Al Insyiqaq), dan ‘Idzas Samaa Unfathorot’ (surat Al Infithar)”. (HR. At Tirmidzi no: 3333 dan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no: 1080)

يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ

“Pada hari itu manusia adalah seperti laron yang bertebaran”

Lalu Allah ta’ala menceritakan sebagian kondisi manusia yang berada pada hari kiamat. Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata tentang ayat di atas:

أي في انتشارهم وتفرقهم وذهابهم ومجيئهم من حيرتهم مما هم فيه كأنهم فراش مبثوث

“Mereka bertebaran dan berhamburan kesana dan kemari disebabkan kebingungan saat menghadapi huru-hara yang sangat menakutkan pada hari itu, sehingga mereka mirip dengan laron yang bertebaran”. (Tafsir Ibnu Katsir 4/609)

Kemudian makna dari الفَرَاشِ pada ayat ini adalah:

هذه الطيور الصغيرة التي تتزاحم عند وجود النار في الليل وهي ضعيفة وتكاد تمشي بدون هدى

“Burung-burung kecil yang (terbang) berdesakan ketika munculnya api (cahaya) pada malam hari. Dia lemah dan hampir- hampir terbang tanpa adanya petunjuk“. (Tafsir Juz ‘Amma milik Syaikh ‘Utsaimin hal: 296)

Hal ini (makna al farosy) juga tertuang dalam sebuah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَ الْجَنَادِبُ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهَا وَهُوَ يَذُبُّهُنَّ عَنْهَا وَأَنَا آخِذُ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ وَأَنْتُمْ تَفَلَّتُونَ مِنْ يَدِي

“Perumpamaan diriku dan perumpamaan kalian, bagaikan seorang yang menyalakan api. Lalu mulailah kupu-kupu dan laron-laron berjatuhan pada api itu. Sedangkan ia selalu mengusir (serangga-serangga tersebut) dari api tersebut. Demikian pula aku, memegang (menarik) ujung-ujung pakaian kalian dari neraka, namun kalian (ingin) melepaskan diri dari tanganku”. (HR. Muslim no: 4236)

Begitulah kondisi manusia saat dibangkitkan dari dalam kuburnya. Mereka bangkit, kebingungan, bertebaran tanpa arah. Di ayat lain, Allah ta’ala menggambarkan kondisi manusia pada hari kiamat layaknya belalang. Allah ta’ala berkata:

خُشْعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنتَشِرٌ (7) مهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ

Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan. Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu, lalu orang-orang kafir berkata: “Ini adalah hari yang berat“”. (QS. Al Qamar ayat: 7-8)

وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ

“Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan

Kalau kita melihat apa fungsi dari gunung, kita bisa melihat dalam sebuah ayat:

وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًاۖ

“Dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An Naba’ ayat: 7)

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata tentang makna gunung sebagai pasak maksudnya adalah:

جعلها لها أوتادا أرساها بها وثبتها وقررها حتى سكنت ولم تضطرب بمن عليها

“Dia menjadikan pada bumi sebagai pasak-pasak untuk menstabilkan dan mengokohkannya serta memantapkannya sehingga bumi menjadi tenang dan tidak mengguncangkan orang-orang dan makhluk yang ada di atasnya“. (Tafsir Ibnu Katsir 8/302)

Kemudian pada ayat ini Allah ta’ala menceritakan Kembali tentang sebagian kisah yang terjadi pada saat hari kiamat ditegakkan. Gunung-gunung yang selama ini kita anggap indah, tinggi menjulang ke langit, kokoh sebagai pasak bumi ternyata dihambur-hamburkan oleh Allah ta’ala. Dalam ayat yang lain, Allah ta’ala berkata:

وَيُسَتِ الْجِبَالُ بَسًّا فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثَّا

“Dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur- hancurnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan”. (QS. Al Waqi’ah ayat: 5-6)

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata:

فتتت فتا. قاله ابن عباس ومجاهد، وعكرمة، وقتادة، وغيرهم وقال ابن زيد : صارت الجبال كما قال الله تعالى: يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيبًا مُّبِيلًا

“Bumi hancur sehancur-hancurnya, ini pendapat Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Qotadah, dan selainnya. Ibnu Zaid berkata: Bumi akan seperti firman Allah ta’ala dalam surat Al Muzammil ayat 14: ‘Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan””.(Tafsir Ibnu Katsir 4/311)

Bisa kita bayangkan betapa kokohnya gunung, namun dengan kekuasaan-Nya Dia jadikan seperti debu-debu yang beterbangan. Lalu bagaimana dengan diri kita wahai manusia? Yang tidak lebih besar dan tidak lebih kokoh daripada gunung-gunung ciptaan-Nya.

Kemudian pada ayat yang keenam hingga kesebelas Allah ta’ala menceritakan dua golongan yang masing-masing mendapatkan balasan atas apa yang terlah diperbuat ketika di dunia. Allah ta’ala berkata:

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (6) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan“.

Orang-orang yang melakukan kebaikan-kebaikan saat di dunia ikhlas karena Allah ta’ala dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kebaikan tersebut akan menjadi pemberat timbangannya ketika di akhirat kelak. Amalan-amalan pemberat timbangan kebaikan sangatlah banyak. Diantaranya ialah kalimat tauhid dan perbuatan mentauhidkan Allah ta’ala. Seperti dalam kisah sahabat Abu Dzar radhiallahu ‘anhu dia berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللهِ أَوْصِنِي

“Wahai Rasulullah, berilah wasiat kepada diriku”

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

إِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً فَأَتْبِعْهَا حَسَنةٌ تَمحُهَا

“Apabila engkau melakukan keburukan, maka ikutilah keburukan tadi dengan kebaikan. Niscaya kebaikan tersebut akan menghapusnya“.

Lalu Abu Dzar radhiallahu ‘anhu berkata lagi:

يَا رَسُولَ اللهِ أَمِنَ الْحَسَنَاتِ لَا إِلَهَ إلَّا اللهٌ؟

“Ya Rasulullah, apakah kalimat ‘Laa Ilaaha Illallahu’ termasuk kebaikan?”

Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

هِيَ أَفْضَلُ الْحَسَنَاتِ

Kalimat itu adalah kebaikan yang paling utama“. (HR. AI Albani dalam Shahih At Targhib no: 21525)

Dalam hadis lain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengucapkan ‘Laa Ilaaha illallahu’, dan dia berharap wajah Allah dari ucapannya tersebut”. (HR. Al Bukhari no: 425)

Lalu amalan yang memberatkan timbangan kebaikan kita kelak ialah mengikuti jalannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam serta para sahabat radhiallahu ‘anhum. Baik dalam ibadah, muamalah, keseharian, maka kita wajib mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman:

تِلْكَ حُدُودُ اللهِ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تحتها الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar”. (QS. An Nisaa’ ayat: 13)

Diantara amalan lain yang memberatkan timbangan dan membuat manusia bahagia pada hari kiamat ialah seseorang berusaha untuk memiliki akhlak yang baik. Dengan tidak karena mengharapkan sesuatu atau menghindar dari sesuatu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:

ما من شيءٍ أَثْقَلُ في الميزانِ مِن حُسْنِ الخُلُقِ

“Tidak ada sesuatu yang paling berat di dalam timbangan melainkan akhlak yang baik“. (HR. Abu Dawud no: 4799)

Masih banyak amalan-amalan lain yang memberatkan timbangan kebaikan kita di akhirat. Untuk menjadi golongan yang pertama, kita harus mewaspadai dosa- dosa. Baik itu dosa-dosa yang besar dan dosa-dosa yang kecil. Karena sering sekali setan menjerumuskan manusia ke dalam dosa melalui pintu-pintu kebaikan.

Maksudnya adalah seseorang beramal yang zahirnya (nampaknya) adalah kebaikan, namun dalam hatinya dia melakukan kebaikan tersebut bukan karena Allah ta’ala

Lalu pada ayat yang kedelapan dan kesembilan Allah ta’ala menceritakan golongan yang lainnya. Golongan yang nasibnya memilukan ketika hari kiamat. Golongan yang kesedihannya tak ada akhirnya. Golongan yang tidak akan merasakan kenikmatan- Kenikmatan lagi sebagaimana yang ia rasakan saat di dunia. Allah ta’ala berkata:

وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9)

“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah“.

Betapa menyedihkan kondisi golongan yang kedua ini. Merugilah golongan yang kedua ini. Allah ta’ala berfirman dalam ayat yang lain:

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ

“Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam“. (QS. Al Mu’minun ayat: 103)

Lalu pada ayat yang kesembilan pada kata-kata ’أُمّ‘ ada perbedaan maknanya adalah:

أم الدماغ والمعنى: أنه يلقى في النار على أم رأسه

“Maksudnya adalah Ad Dimagh yang berarti dia akan dilemparkan ke neraka dengan bagian kepalanya tertebih dahulu (berada di bawah)”. (Tafsir Juz ‘Amma milik Syaikh ‘Utsaimin hal: 298)

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata dalam tafsirnya:

وقال ابن زيد : الهاوية : النار، هي أمه ومأواه التي يرجع إليها ويأوي إليها، وقرأ: (ومأواهم النار) آل عمران : 151

“Ibnu Zaid mengatakan bahwa Hawiyah adalah neraka yang merupakan tempat kembali dan tempat berpulang bagi orang yang amal keburukannya lebih berat daripada amal kebaikannya. Lalu Ibnu Zaid membacakan firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat: 151: ‘sedangkan tempat tinggal mereka (di akhirat) adalah neraka“”. (Tafsir Ibnu Katsir 4/609)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullahu berkata:

وإذا كانت الآية تحتمل معنيين لا يترجح أحدهما على الآخر ولا يتنافيان فإنه يؤخذ بالمعنيين جميعاً فيقال: يرمى في النار على أم رأسه، وأيضاً ليس له مأوى ولا مقصد إلا النار

“Apabila ayat ini mengandung dua makna yang kedua-duanya tidak bisa dikuatkan dan juga tidak bisa dilemahkan, maka kita ambil kedua penafsiran ini. Kita katakan: Orang ini dilemparkan ke neraka dengan bagian depannya terlebih dahulu, dan tidak ada tempat kembali baginya selain neraka”.

Siksa neraka itu adalah siksa yang abadi dan tiada hentinya. Allah ta’ala berkata:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصلِيهِمْ نَارًا كَلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُم بُدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا العَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam Neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. An Nisa’ ayat: 56)

وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (10) نَارُ حَامِيَةٌ (11)

“Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? Api yang sangat panas”.

Pada ayat yang kesepuluh ini Allah ta’ala bertanya kembali kepada manusia. Allah ta’ala bertanya demikian dalam rangka mengingatkan manusia dengan sesungguh-sungguhnya bahwa neraka bukanlah hal yang dipandang sebelah mata. Hendaknya manusia tidak bertingkah yang membuat dia panen dosa pada hari kiamat. orang yang masuk neraka adalah Kehinaan, Allah ta’ala berkata:

رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِل النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Ya Rabb kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun“. (QS. Ali Imran ayat: 192)

Api neraka sangatlah panas. Bahkan panasnya dunia ini satu per tujuh puluh bagian dari api neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نارُكم هذه ما يُوقدُ بنُو آدمَ جُزْءٌ واحد من سبعين جزءاً من نار جهنَّم

“Api yang dinyalakan oleh anak keturunan Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya api Jahannam”. (HR. AI Bukhari no: 3265 dan Muslim no: 2834)

Neraka panasnya sangat tinggi. Sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَهْوَنَ أهل النارِ عذاباً مَنْ لَهُ نَعْلانِ وشراكان من نار يغلي منهما دماغه كما يغلي المِرْجَل ما يَرَى أَنَّ أحداً أَشدُّ مِنْهُ عَذَاباً وَإِنَّهُ لَأَهُونُهُمْ عذابا

“Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya di neraka adalah seseorang yang memakai dua sandal neraka yang memiliki dua tali. Kemudian otaknya mendidih karena panasnya sebagaimana mendidihnya air di kuali. Orang tersebut merasa tidak ada orang lain yang siksanya lebih pedih dari siksaannya. Padahal siksaannya adalah yang paling ringan diantara mereka”. (HR. Muslim no: 213)

Bahkan dalam hadis lain, satu celupan di dalam api neraka membuat lupa semua kenikmatan- kenikmatan dunia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يؤتى بأنعم أَهلِ الدُّنيا من أَهلِ النار يومَ القيامةِ فيُصبغ في النَّارِ صبغة ثم يقال يا ابن آدم هل رأيت خيرا قط هل مرَّ بِك نعيم قط فيقول لا والله يا ربّ ويؤتى بأشدّ النَّاسِ بؤسا في الدُّنيا من أَهلِ الجنَّةِ فيُصبَغُ صبغة في الجنَّةِ فيقال له يا ابن آدم هل رأيت بؤساً قط هل مرَّ بِك شدَّةٌ قط فيقول لا واللَّهِ يا رَبِّ مَا مَرَّ بي بؤس قط ولا رأيتُ شَدَّةً قط

“Didatangkan penduduk neraka yang paling banyak nikmatnya di dunia pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan ke neraka dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya: ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan sedikit saja? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sedikit saja?’ la mengatakan: ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku.” Didatangkan pula penduduk surga yang paling sengsara di dunia. Kemudian dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya: ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan keburukan sekali saja? apakah engkau pernah merasakan Kesulitan sekali saja? la menjawab: ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-kul Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali dan aku tidak pernah melihatnya tidak pula mengalaminya“. (HR Muslim no: 2807)

Wahai kaum muslimin, renungkanlah kejadian-kejadian di atas. Jangan anggap remeh perkara hari kiamat. Atau jika tidak, engkau menyesali harimu kelak selama-lamanya.

Penulis : Ustadz Ananda Ridho Gusti

Majalah Bulan Maret, 2019 Edisi 75