Saya pernah menjumpai suatu komunitas yang saya sangat terkesan dengan perangainya. Bagaimana tidak, hal itu sangatlah islami dan rasanya perangai itu sudah mulai memudar dari tubuh kaum muslimin. Bagaimana ceritanya? Mereka makan bersama satu nampan. Lauknya sayur, tempe, krupuk dan daging. Rupanya daging adalah makanan yang paling favorit dan bergengsi bagi mereka. Apa yang terjadi? Satu pun tidak ada yang menyentuh daging. Masing-masing mengatakan “silahkan buat sampean saja”. Hingga nasinya mendekati habis, tetap saja dagingnya tidak tersentuh. Karena mereka bersikukuh untuk mengutamakan orang lain. Akhirnya, ada satu orang yang mengambilnya dengan mengatakan, “ Wis gini aja…daripada gak dimakan mubadzir, saya bagi rata aja yah…”. Daging itupun dibagi rata. Inilah itsar, yaitu mendahulukan orang lain.
Pada kesempatan yang lain, saya melihat suatu komunitas sedang antri makan prasmanan. Tampak sekali semuanya ketakutan kalau tidak kebagian jatah. Apalagi beberapa makanannya adalah makanan favorit. Mereka yang dapat giliran di depan dengan leluasa ngambil-ngambil sepuasnya. Yang paling belakang semakin kelihatan was-was. Apa yang terjadi? Betul-betul yang antri belakangan tidak mendapatkan apa-apa kecuali sisa-sisanya. Dan dari awalpun suara riuh sangat keras terdengar, “hai…hai…yang di depan pengertian dong…nich di belakang masih banyak orang…Di manakah sifat itsar mereka?
Ketahuilah muslim yang satu dengan muslim yang lainnya itu harus saling menyayangi.
(Ustadz Muhammad Nur Yasin)