Tahukan Anda pentil? Benda kecil yang tersembunyi dalam ban. Dia tidak tampak sebagai sesuatu yang bernilai bahkan terkesan sangat remeh. Tapi, apa yang terjadi jika mobil mewah tanpa keberadaannya? Bisakah mobil mewah tersebut berfungsi? Tentu tidak. Oleh karena itu, pandanglah pentil sebagai benda berharga yang tidak terlepas dari satu kesatuan bagian mobil.
Sebagaimana pentil, demikian pula amaliyah dalam Islam. Banyak diantaranya yang kurang diperhatikan alias terabaikan. Barangkali, karena terkesan bukan sebagai perkara besar. Padahal, harus disadari dan diyakini bahwa semua yang diajarkan Rasulullah ﷺ berasal dari Allah ﷻ. Dia ﷻ berfirman:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى ( ) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (النجم:3-4)
Dan beliau tidak berbicara dari hawa nafsunya. Tetapi, ia adalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm:3-4)
Allah ﷻ memerintahkan kita untuk mentaati apa yang Rasul ﷺtetapkan dengan disertai ancaman.
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (النور:63)
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih. (QS. An-Nur:63)
Syaikh Utsaimin memaparkan dalam Syarh Riyadhush Shalihin – saya terjemahkan secara bebas – bahwa para Sahabat ketika Nabi ﷺ memerintahkan mereka untuk melakukan suatu perkara, mereka tidak bertanya: Ya Rasulullah apakah ini suatu keharusan (baca: wajib) ataukah ada keleluasaan (baca: sunnah)? Tetapi, mereka langsung merespon: “sami’na wa atho’na” (kami dengar dan kami taati) dan kemudian menjalankannya. Jika hal tersebut adalah suatu keharusan maka mereka telah terbebas dari tanggungan, dan jika bukan suatu keharusan maka mereka telah mendapatkan kebaikan. Mereka tidak bertanya tentang hukumnya sejak awal ketika diperintahkan. Mereka baru bertanya tentang hukumnya ketika merasa tidak mampu melakukannya. Sementara kaum muslimin zaman sekarang, banyak yang tampak sebagai orang males. Setiap kali ada perintah syariat, langsung direspon dengan ungkapan “Itu wajib atau sunnah?, kalau wajib, kami akan melalukannya. Adapun kalau sunnah, bukankah tidak mengerjakannya tidak berdosa?”. Demikian pula ketika datang larangan syariat, “Itu haram atau makruh?, kalau sekedar makruh kan gak berdosa kalau dikerjakan?”. Semestinya kita mengikuti jejak para Sahabat, merekalah sebaik-baik ummat dalam beragama dan Allah ﷻ menyatakan mereka sebagai orang-orang yang telah diridhoi (radhiyallahu ‘anhum).
Berikut ini merupakan contoh-contoh perintah atau larangan syariat yang seringkali kaum muslimin kurang memperhatikan:
- Meluruskan dan merapatkan shaf shalat. Nabi ﷺ bersabda:
عن النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم : لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ (رواه البخارى و مسلم)
“Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata, Nabi ﷺ bersabda: Hendaklah kalian meluruskan shaf kalian atau (kalau tidak) Allah ﷻ akan membuat wajah-wajah kalian saling berselisih” (HR. Bukhari dan Muslim)
عن النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُسَوِّى صُفُوفَنَا حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّى بِهَا الْقِدَاحَ حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ يُكَبِّرُ فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدْرُهُ مِنَ الصَّفِّ فَقَالَ : عِبَادَ اللَّهِ لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ )رواه مسلم)
Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata: “Rasulullah ﷺpernah meluruskan shaf kami seolah-olah beliau meluruskan anak panah, hingga kami benar-benar telah memahaminya. Kemudian pada suatu hari beliau keluar (ke masjid), lalu berdiri dan hampir bertakbir, tiba-tiba beliau melihat seseorang yang dadanya condong ke depan, maka beliau bersabda: Wahai hamba-hamba Allah, hendaklah kalian meluruskan shaf kalian atau Allah akan membuat wajah-wajah kalian saling berselisih” (HR. Muslim).
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullahﷺ bersabda:
أقيموا الصفوف وحاذوا بين المناكب وسدوا الخلل ولينوا بأيدي إخوانكم ولا تذروا فرجات للشيطان، ومن وصل صفا وصله الله ومن قطع صفا قطعه الله
“Luruskanlah shaf-shaf, sejajarkanlah pundak dengan pundak, isilah bagian yang masih renggang, bersikap lembutlah terhadap lengan teman-teman kalian (ketika mengatur shaf), dan jangan biarkan ada celah untuk (dimasuki oleh) syaithan. Barangsiapa yang menyambung shaf maka Allah ﷻ akan menyambungnya (dengan rahmat-Nya), dan barangsiapa yang memutus shaf maka Allah ﷻ ﷻ akan memutuskannya (dari rahmat-Nya).” [HR Abu Daud.]
Coba kita perhatikan masjid-masjid dan musholla-musholla yang ada di sekitar kita, niscaya kita menyaksikan shaf-shaf mereka tidak lurus dan renggang-renggang. Betapa kaum muslimin telah mengabaikan sunnah Nabi ini!!!
2. Makan dan minum dengan tangan kanan.
عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ حَدَّثَنِى إِيَاسُ بْنُ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِشِمَالِهِ فَقَالَ : كُلْ بِيَمِينِكَ. قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ : لاَ اسْتَطَعْتَ. مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ (رواه مسلم)
“Dari Ikrimah bin Ammar, Iyyas bin Salamah bin al-Akwa’ memberitahuku bahwa ayahnya memberitahukannya: Ada seseorang yang makan di sisi Rasulullah dengan tangan kirinya, maka beliau menegurnya: Makanlah dengan tangan kananmu. Dia menjawab: Aku tidak bisa. Beliau bersabda: Kamu tidak akan pernah bisa. Tidak ada yang menghalanginya menggunakan tangan kanan kecuali kesombongan. Akhirnya orang itu tidak dapat mengangkat tangannya itu ke mulutnya” (HR. Muslim)
Perhatikanlah kejadian dalam Hadits ini, orang yang menyelisihi ajaran Nabi ﷺ langsung Allah timpakan adzab seketika itu pula. Inilah hukumannya sebagaimana Allah nyatakan dalam QS. An-Nur:63)
Betapa masih banyak dijumpai kaum muslimin yang makan dan minum dengan tangan kiri. Lebih ironis lagi, ketika ditegur mereka bersikap seakan-akan tidak ridha untuk diingatkan.
3. Menjilati jari-jari tangan setelah makan sebelum dibersihkan dengan tissue atau air
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم أَمَرَ بِلَعْقِ الأَصَابِعِ وَالصَّحْفَةِ وَقَالَ : إِنَّكُمْ لاَ تَدْرُونَ فِى أَيِّهِ الْبَرَكَةُ )رواه مسلم)
“Dari Jabir bahwa Rasulullah memerintahkan untuk menjilati jari-jari tangan dan piring seraya berkata: Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di mana letak berkah makanan itu berada” (HR. Muslim)
Kalau ada makanan yang jatuh, Nabi memerintahkan agar dipungutnya lalu kotoran yang melekat dibersihkan lalu dimakan. Nabi bersabda:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ : إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَىْءٍ مِنْ شَأْنِهِ حَتَّى يَحْضُرَهُ عِنْدَ طَعَامِهِ فَإِذَا سَقَطَتْ مِنْ أَحَدِكُمُ اللُّقْمَةُ فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى ثُمَّ لْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ فَإِذَا فَرَغَ فَلْيَلْعَقْ أَصَابِعَهُ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِى فِى أَىِّ طَعَامِهِ تَكُونُ الْبَرَكَةُ )رواه مسملم)
“Dari Jabir, ia berkata: Saya mendengar Nabi ﷺbersabda: Sesungguhnya syetan itu selalu menyertai salah seorang di antara kalian pada setiap kesibukannya, sehingga dia menyertainya pada saat makannya. Maka jika ada makanan salah seorang di antara kalian yang jatuh, hendaklah dia membersihkannya dari kotoran tersebut dan kemudian memakannya, dan hendaklah dia tidak membiarkannya dimakan syetan”(HR. Muslim)
Coba kita perhatikan, apakah cuma sedikit atau masih banyak kaum muslimin yang mengabaikan sunnah Nabi ini??!!
4. Masuk masjid dengan kaki kanan dan keluarnya dengan kaki kiri, sebaliknya masuk kamar mandai/WC dengan kaki kiri dan keluarnya dengan kaki kanan.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ (رواه البخارى)
“Nabi ﷺlebih suka mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik)” (HR. Bukhari)
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Adapun mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke tempat buang hajat dan kaki kanan ketika keluar, maka itu memiliki alasan dari sisi bahwa Nabi ﷺ lebih suka mendahulukan yang kanan untuk hal-hal yang baik-baik. Sedangkan untuk hal-hal yang jelek (kotor), beliau lebih suka mendahulukan yang kiri. Hal ini berdasarkan dalil yang sifatnya global.”
5. Membaca dzikir/doa harian
Dari mulai bangun tidur (pagi) sampai tidur lagi (malam), Nabi ﷺ mengajarkan dzikir/doa harian. Kita harus mempelajarinya. Dani inilah termasuk ajaran Islam yang terabaikan. Lafadz-lafadz dzikir dan doanya bisa dilihat pada buku “Hishnul Muslim” karya Dr. Sa’id bin Wahf Al-Qahthani. Jika kita tidak hapal, paling tidak dengan membaca dari buku dzikir/doa harian tersebut.
Itulah diantara sunnah-sunnah Nabi yang sering sekali terabaikan. Semoga kita mendapatkan taufiq dari Allah sehingga berkemampuan mengamalkan apa saja yang merupakan sunnah Nabi secara maksimal. Amin
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)
Majalah Bulan April, 2015 Edisi 34