Merupakan perkara yang sangat penting bahwa nilai-nilai keutamaan yang seorang anak dituntut untuk melaksanakannya, telah diaplikasikan oleh tokoh-tokoh yang ia anggap sebagai teladan bagi dirinya. Teladan yang paling dekat tidak lain adalah ayah dan ibunya. Ketika orangtua menginginkan anaknya berkarakter jujur, maka sifat ini harus sudah melekat pada keduaorangtuanya, sehingga dengan mudah anak mencontohnya. Demikian pula sifat-sifat keutamaan lainnya, semuanya harus sudah ada pada orangtunya, sehingga si anak dengan mudah bisa mentransfernya.
Sering sekali yang terjadi tidak demikian, sang ayah ingin anaknya rajian shalat berjamaah di masjid sementara dia sendiri tidak mencontohkan. Dia اhanya memaksa-maksa anaknya ketika terdengar adzan sementara dia sendiri duduk-duduk santai. Seorang ibu menginginkan putra-putranya berperangai lemah lembut, sabar dan pemaaf sementara dia sendiri sering mempertontonkan di hadapan mereka “pertunjukan gratis”, membantah suaminya dengan meninggikan suara, melempar-lempar benda yang di dekatnya ketika emosi, dan berperilaku kasar. Sungguh bagai pungguk merindukan bulan.
Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua manusia menjadikan beliau sebagai teladan. Maka, sebagai apapun posisi seseorang, baik sebagai suami, guru, pedagang, kepala pemerintah, tetangga, pendidik, pegawai, pebisnis dan lain-lain pasti mendapati semua keteladanan ada pada diri beliau. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ (الأحزاب:21)
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri teladan yang baik bagi kamu sekalian” (QS. Al-Ahzab:21)
≈ الحمد لله رب العالمين ≈