Assalamu’alaikum uts, Ana menemukan hadits seperti ini “Dan telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Muadz telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Kahmas bin Al Hasan Al Qaisi dari Abdullah bin Syaqiq katanya; “Aku bertanya kepada ‘Aisyah “Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah shalat dhuha? Dia menjawab; “Tidak, kecuali jika beliau pulang dari bepergian.”Apakah kalau sholat dhuha dilakukan Istiqomah setiap hari apa termasuk menyelisihi sunnah ? Hamba Allah di Gresik
Jawab: Wa’alaikumus salam wa rahmatullah. Ada Hadits-Hadits yang dipahami diperintahkannya shalat dhuha setiap hari. Di antaranya
عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى » (رواه مسلم)
“Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda: Pada pagi hari diperintahkan shodaqoh atas setiap persendian kalian. Setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, setiap tahlil adalah shodaqoh, setiap takbir adalah shodaqoh, amar ma’ruf adalah shodaqoh, dan nahi munkar adalah shodaqoh. Itu semua dicukupi (diganti) dengan dua rokaat shalat dhuha” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan diperintahkannya shalat dhuha setiap hari karena ia adalah pengganti untuk keseluruhan amalan yang disebutkan dalam Hadits ini di dalam rangka menshodaqohi persendian setiap hari.
Riwayat lain,
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ » (رواه الأمام أحمد)
“Abdullah bin Buraidah berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Pada manusia terdapat 360 persendian, maka wajib baginya menshodaqohi setiap persendian tersebut. Mereka (para Sahabat) bertanya: Siapa yang kuat berbuat demikian ya Rasulullah? Beliau menjawab: Dahak yang ada di masjid lalu kamu menimbunnya, atau sesuatu yang mengganggu di jalan lalu kamu menyingkirkannya (itu adalah shodaqoh). Jika kamu tidak mampu maka dua rakaat dhuha bisa menggantikan buat Anda” (HR. Ahmad)
Aktifitas persendian yang menjadikan manusia bebas bergerak adalah setiap hari. Ia harus dishodaqohi dengan amalan-amalan. Namun, amalan-amalan tersebut telah tercukupi dengan diganti dua rakaat shalat dhuha.
Juga wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Hurairah,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ أَوْصَانِى خَلِيلِى – صلى الله عليه وسلم – بِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku tiga perkara; puasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat dhuha, dan berwitir sebelum tidur” (HR. Bukhari)
Hadits ini tentu dipahami perintah shalat Dhuha setiap hari sebagaimana shalat witir sebelum tidur.
Lalu, bagaimana dengan Hadits Aisyah yang disebutkan dalam pertanyaan bahwa Nabi tidaklah shalat dhuha kecuali sepulang dari bepergian? Apakah berarti kalau kita menunaikan shalat dhuha setiap hari menyelisihi ajaran beliau? Tentu tidak. Karena Hadits itu ada qouly (ucapan Nabi), fi’ily (perbuatan Nabi) dan taqriry (ketetapan Nabi) semuanya adalah dalil yang dijadikan pedoman. Sehingga ketika secara fi’ly beliau tidak melakukan tapi secara qouly beliau menganjurkan maka tidak ada yang dipermasalahkan sama sekali. Sebagaimana secara fi’ly beliau shalat malam dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan dengan 11 Rakaat, tapi secara qouly tidak membatasi jumlah rakaat sehingga ummatnya mengerjakannya lebih dari 11 rakaat maka hal ini betul dan tidak dikatakan menyelisihi ajaran Nabi.
Demikian pula shalat dhuha setiap hari tidak menyelisihi ajaran Nabi, bahkan keutamaannya sangatlah besar sebagaimana Nabi sebutkan dalam Hadits-Hadits di atas Allahu A’lam.
(Muhammad Nur Yasin)