Banyak acara di TV yang kontennya membeberkan aib orang lain. Mereka mengumbarnya tanpa beban. Seakan-akan bukan suatu dosa. Jangankan membeberkan aib orang lain, padahal sekedar ridha atau senang dengan tersebarnya aib muslim saja kita diancam oleh Allah dengan adzab yang pedih di dunia dan Akherat sebagaimana dalam QS. Annur: 19. Ironisnya, acara semacam itu penggemarnya banyak dan mereka adalah muslim, bahkan mungkin menduduki rating atas. Apakah ajaran Islam yang gamblang ini tidak lagi dikenal oleh mereka. Terlebih ketika pemilu atau pilkada atau apalah namanya…, masing-masing calon demi meraup suara sebanyak-banyaknya dengan ringan sekali lisannya membeberkan aibnya rivalnya. Mungkin, itulah konsekwensi logis dari demokrasi. Demokrasi itu sendiri bukan dari Islam. Sebaliknya, saya menjumpai seseorang yang sangat hati-hati di dalam berbicara. Saya bergaul dengan beliau cukup lama, tetapi saya tidak pernah mendengar beliau membicarakan tentang orang lain kecuali kebaikan-kebaikannya. Jika ditanya tentang aib seseorang, beliau memilih diam tidak menjawab lalu mengalihkan kepada pembicaraan lainnya. Allahu Akbar.
Wahai muslim, tidak inginkah kesalahan-kesalahan Anda ditutup oleh Allah?? Sembunyikanlah aib saudaramu!
Bukan saja menyembunyikan aib orang lain, aib kita sendiri harus kita sembunyikan. Kalau kita menyebarkannya maka kita masuk katogori mujahir yang Allah tidak akan memaafkan dosa-dosanya padahal Allah Al-Ghofur senantiasa memaafkan hamba-Nya.
Bukankah Anda sering menjumpai orang tanpa perasaan bersalah dan menyesal membeberkan aib masa lalunya ketika masih muda, misalnya. Atau ketika masih masa-masa sekolah. Atau ketika lembaran hidupnya masih hitam. Itulah mujahir. Wal ‘iyadzu billah. Sembunyikanlah aib Anda, niscaya Anda menang. Yuk, kita ikuti pembahasan selengkapnya di rubrik Bahasan Utama.
(Ustadz Muhammad Nur Yasin)