Saya membaca postingan di group Whats App tanggal 4 Dzulqo’dah 1436/19 Agustus 2015, saya nukilkan sebagiannya; “….Ada ikhwan (sebutan seorang lelaki yang ahli ngaji/bermajlis taklim. Pen) di Facebook, sebut saja namanya A. Ikhwan ini menggoda akhwat (sebutan seorang wanita yang ahli ngaji/bermajlis taklim.Pen) via inbox, bahkan akhwat yang sudah bersuaminpun diincarnya. Sampai suatu ketika, ada akhwat bersuami yang terfitnah, chat via inbox sampai berkirim photo vulgar kepada ikhwan abal-abal tersebut. Hampir-hampir menjurus kepada perbuatan zina. Akhirnya suami sang akhwat tahu, diincarnya A ini sampai 2 tahun lamanya. Sang suami membuat akun palsu dengan identitas akhwat, yang akhirnya berhasil menjebaknya untuk janjian kopdar dengan ikhwan KW ketika tabligh akbar….. Selanjutnya saya menonton video di mana beberapa orang sedang mengelilingi seorang laki-laki. Laki-laki itu kelihatan sangat terpojok dengan raut wajah ketakutan, tengah diintograsi oleh beberapa orang tadi. Sedang satu orang yang tadinya kalem nggak banyak bicara, tiba-tiba melayangkan tinjunya kepada laki-laki itu, yang langsung dilerai oleh yang lain. Laki-laki yang sedang diintograsi itu adalah ikhwan genit yang suka menggoda akhwat di facebook tadi, sedang yang melayangkan tinju adalah suami akhwat yang ia goda via inbox. Denger ceritanya dan nonton videonya langsung bikin saya merinding, gemas sekaligus geram…akhirnya jiwa kepo saya dibikin kumat sama si A tersebut. Search di FB….keluarlah profilnya. Sekilas, ia termasuk sosok yang shalih. Aktif memposting status nasehat, timelinenya bersih, looks like a pious one, lah……”
Allahu Akbar…laa haula wa laa quwwata illa billah wa na’udzu billah min dzalik…Terlepas dari benar atau tidaknya postingan ini, memang masih banyak terjadi bahwa seseorang peduli kebaikan kepada orang lain dengan banyak menasehati, memposting artikel-artikel dakwah dan memberi taushiyah, juga berceramah bahkan sebagian mereka alumni pesantren dan bergelar akademik tinggi, namun…ia tidak mempedulikan dirinya. Ia membiarkan dirinya berada dalam jurang kenistaan. Di manakah akal dan agamanya?
Yang seharusnya adalah lakukan apa yang kita perintahkan kepada orang lain, dan tinggalkan segala apa yang kita larang orang lain melakukannya. Ingatlah baik-baik bahwa meskipun kita melanggarnya secara sembunyi-sembunyi, yakinlah bahwa semuanya akan tersingkap pada hari Kiamat dan akan dipermalukan di hadapan seluruh makhluk. Janganlah kita seperti lilin yang menerangi orang lain, sementara dirinya sendiri meleleh hancur. Tapi, jadilah Anda seperti ikan sapu-sapu. Ia makan lumut yang bermanfaat untuk dirinya dari kaca akuarium, dan bermanfaat pula untuk habitat di sekitarnya karena kaca akuarium menjadi bersih. Waffaqanallahu wa iyyakum jami’an
(Ustadz Muhammad Nur Yasin)