G. Nikmat dan Adzab Kubur
Pertama : Keniscayaan nikmat dan adzab Kubur
Nikmat dan adzab kubur adalah haq, benar adanya dan kita harus mengimaninya. Berikut ini dalil-dalil tentangnya;
أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال “المسلمُ إذا سُئِلَ في قبره فشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدًا رسول الله” فذلك قول الله “يُثَبِّتُ اللهُ الذينَ آمنوا بالقَوْلِ الثَّابِتِ في الحياةِ الدُّنْيَا وفي الآخرَةِ). وفي لفظٍ: نزلتْ في عذاب القبر، يُقال له: مَنْ ربك؟ فيقول: الله ربي ومحمد نَبِيِّي، فذلك قول الله: (يُثَبِّتُ اللهُ الذينَ آمنوا بالقولِ الثابتِ في الحياةِ الدنيا وفي الآخرة” (إبراهيم: 27). (رواه البخاري ومسلم وأصحاب السنن)
Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim apabila ditanya di dalam kubur, maka akan bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah. itulah firman Allah yang berbunyi: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat.” (Ibrahiim: 27). Di dalam lafazh lain: Ayat ini turun berkenaan dengan adzab kubur, dikatakan kepadanya: Siapa Tuhanmu? Dia menjawab: Allah Tuhanku dan Muhammad Nabiku. Yang demikian itu sebagaimana firman Allah ta’ala “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di Akhirat.” (Ibrahiim: 27) (HR. Bukhari, Muslim dan Ash-habu-s-Sunan)
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ (رواه البخارى ومسلم عن أنس بن مالك)
“Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika jenazah sudah diletakkan di dalam kuburnya dan teman-temannya sudah berpaling dan pergi meninggalkannya, dia mendengar gerak langkah sandal sandal mereka, maka akan datang kepadanya dua Malaikat yang keduanya akan mendudukkannya seraya keduanya berkata kepadanya: “Apa yang kamu komentari tentang laki-laki ini, Muhammad shallahu’alaihi wasallam?”. Maka jenazah itu menjawab: “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya”. Maka dikatakan kepadanya: “Lihatlah tempat dudukmu di Neraka yang Allah telah menggantinya dengan tempat duduk di Surga”. Nabi shallahu’alaihi wasallam selanjutnya berkata,: “Maka dia dapat melihat keduanya”. Adapun (jenazah) orang kafir atau munafiq akan menjawab: “Aku tidak tahu, aku hanya berkata, mengikuti apa yang dikatakan kebanyakan orang”. Maka dikatakan kepadanya: “Kamu tidak mengetahuinya dan tidak mengikuti orang yang mengerti”. Maka kemudian dia dipukul dengan palu godam besar terbuat dari besi diantara kedua telinganya sehingga mengeluarkan suara teriakan yang dapat didengar oleh yang ada di sekitarnya kecuali oleh dua makhluk (jin dan manusia) “ (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).
أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ مَرَّ بقبور ثم قال: “إن هذه الأمة تُبْتَلَى في قبورها، فلولا ألا تُدافنوا لَدَعَوْتُ الله أن يُسمعكم من عذاب القبر الذي أَسَمَعُ منه” ثم قال: “تَعَوَّذُوا بالله من عذاب القبر” (رواه مسلم)
“Nabi shallahu’alaihi wasallam melewati kuburan, beliau bersabda: Sesungguhnya ummat ini akan diuji di kuburnya. Seandainya kalian tidak saling menguburkan niscaya saya akan berdoa kepada Allah ta’ala agar memperdengarkan kepada kalian adzab kubur sebagaimana yang saya dengar. Lalu beliau bersabda: Berlindunglah kalian dari adzab kubur” (HR. Muslim)
كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ إذَا صَلَّى صَلَاةً أقْبَلَ عَلَيْنَا بوَجْهِهِ فَقالَ: مَن رَأَى مِنْكُمُ اللَّيْلَةَ رُؤْيَا؟ قالَ: فإنْ رَأَى أحَدٌ قَصَّهَا، فيَقولُ: ما شَاءَ اللَّهُ فَسَأَلَنَا يَوْمًا فَقالَ: هلْ رَأَى أحَدٌ مِنكُم رُؤْيَا؟ قُلْنَا: لَا، قالَ: لَكِنِّي رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أتَيَانِي فأخَذَا بيَدِي، فأخْرَجَانِي إلى الأرْضِ المُقَدَّسَةِ، فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ، ورَجُلٌ قَائِمٌ، بيَدِهِ كَلُّوبٌ مِن حَدِيدٍ قالَ بَعْضُ أصْحَابِنَا عن مُوسَى: إنَّه يُدْخِلُ ذلكَ الكَلُّوبَ في شِدْقِهِ حتَّى يَبْلُغَ قَفَاهُ، ثُمَّ يَفْعَلُ بشِدْقِهِ الآخَرِ مِثْلَ ذلكَ، ويَلْتَئِمُ شِدْقُهُ هذا، فَيَعُودُ فَيَصْنَعُ مِثْلَهُ، قُلتُ: ما هذا؟ قالَا: انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا حتَّى أتَيْنَا علَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ علَى قَفَاهُ ورَجُلٌ قَائِمٌ علَى رَأْسِهِ بفِهْرٍ – أوْ صَخْرَةٍ – فَيَشْدَخُ به رَأْسَهُ، فَإِذَا ضَرَبَهُ تَدَهْدَهَ الحَجَرُ، فَانْطَلَقَ إلَيْهِ لِيَأْخُذَهُ، فلا يَرْجِعُ إلى هذا حتَّى يَلْتَئِمَ رَأْسُهُ وعَادَ رَأْسُهُ كما هُوَ، فَعَادَ إلَيْهِ، فَضَرَبَهُ، قُلتُ: مَن هذا؟ قالَا: انْطَلِقْ فَانْطَلَقْنَا إلى ثَقْبٍ مِثْلِ التَّنُّورِ، أعْلَاهُ ضَيِّقٌ وأَسْفَلُهُ واسِعٌ يَتَوَقَّدُ تَحْتَهُ نَارًا، فَإِذَا اقْتَرَبَ ارْتَفَعُوا حتَّى كَادَ أنْ يَخْرُجُوا، فَإِذَا خَمَدَتْ رَجَعُوا فِيهَا، وفيهَا رِجَالٌ ونِسَاءٌ عُرَاةٌ، فَقُلتُ: مَن هذا؟ قالَا: انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا حتَّى أتَيْنَا علَى نَهَرٍ مِن دَمٍ فيه رَجُلٌ قَائِمٌ علَى وسَطِ النَّهَرِ – قالَ يَزِيدُ، ووَهْبُ بنُ جَرِيرٍ: عن جَرِيرِ بنِ حَازِمٍ – وعلَى شَطِّ النَّهَرِ رَجُلٌ بيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ، فأقْبَلَ الرَّجُلُ الذي في النَّهَرِ، فَإِذَا أرَادَ أنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بحَجَرٍ في فِيهِ، فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ، فَجَعَلَ كُلَّما جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى في فيه بحَجَرٍ، فَيَرْجِعُ كما كَانَ، فَقُلتُ: ما هذا؟ قالَا: انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا حتَّى انْتَهَيْنَا إلى رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ، فِيهَا شَجَرَةٌ عَظِيمَةٌ، وفي أصْلِهَا شيخٌ وصِبْيَانٌ، وإذَا رَجُلٌ قَرِيبٌ مِنَ الشَّجَرَةِ بيْنَ يَدَيْهِ نَارٌ يُوقِدُهَا، فَصَعِدَا بي في الشَّجَرَةِ، وأَدْخَلَانِي دَارًا لَمْ أرَ قَطُّ أحْسَنَ منها، فِيهَا رِجَالٌ شُيُوخٌ وشَبَابٌ، ونِسَاءٌ، وصِبْيَانٌ، ثُمَّ أخْرَجَانِي منها فَصَعِدَا بي الشَّجَرَةَ، فأدْخَلَانِي دَارًا هي أحْسَنُ وأَفْضَلُ فِيهَا شُيُوخٌ، وشَبَابٌ، قُلتُ: طَوَّفْتُمَانِي اللَّيْلَةَ، فأخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ، قالَا: نَعَمْ، أمَّا الذي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ، فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بالكَذْبَةِ، فَتُحْمَلُ عنْه حتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ، فيُصْنَعُ به إلى يَومِ القِيَامَةِ، والذي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَنَامَ عنْه باللَّيْلِ ولَمْ يَعْمَلْ فيه بالنَّهَارِ، يُفْعَلُ به إلى يَومِ القِيَامَةِ، والذي رَأَيْتَهُ في الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، والذي رَأَيْتَهُ في النَّهَرِ آكِلُوا الرِّبَا، والشَّيْخُ في أصْلِ الشَّجَرَةِ إبْرَاهِيمُ عليه السَّلَامُ، والصِّبْيَانُ، حَوْلَهُ، فأوْلَادُ النَّاسِ والذي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ، والدَّارُ الأُولَى الَّتي دَخَلْتَ دَارُ عَامَّةِ المُؤْمِنِينَ، وأَمَّا هذِه الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَدَاءِ، وأَنَا جِبْرِيلُ، وهذا مِيكَائِيلُ، فَارْفَعْ رَأْسَكَ، فَرَفَعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا فَوْقِي مِثْلُ السَّحَابِ، قالَا: ذَاكَ مَنْزِلُكَ، قُلتُ: دَعَانِي أدْخُلْ مَنْزِلِي، قالَا: إنَّه بَقِيَ لكَ عُمُرٌ لَمْ تَسْتَكْمِلْهُ فَلَوِ اسْتَكْمَلْتَ أتَيْتَ مَنْزِلَكَ (رواه البخاري عن سمرة بن جندب)
“Nabi shallahu’alaihi wasallam jika seusai sholat, beliau menghadapkan wajah beliau kepada kami seraya bersabda: “Siapakah di antara kalian yang melihat suatu mimpi tadi malam?” Jika ada seseorang melihatnya, dia akan bercerita, lalu Nabi mentakwilkannya sesuai dengan kehendak Allah. Lalu pada suatu hari beliau bertanya pada kami: “Siapakah di antara kalian yang melihat suatu mimpi tadi malam?” kami menjawab: “Tidak ada.” Beliau bersabda: “Tapi aku tadi malam melihat dalam mimpi ada dua orang yang mendatangiku seraya mengambil tanganku lalu mengeluarkan aku dari tanah suci. Tiba-tiba saja ada seseorang yang duduk, dan yang lainnya berdiri sambil membawa cakar besi di tangannya. Dia memasukkan cakar besi tadi ke dalam tepi mulutnya lalu menariknya hingga mencapai tengkuknya. Lalu dia berbuat seperti itu pada sisi mulut yang lain. Lalu tepi mulut yang robek tadi mengatup kembali, dan selanjutnya dirobek lagi seperti sebelumnya. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah” maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi seseorang yang sedang berbaring di atas tengkuknya, dan yang lainnya berdiri di kepalanya dengan membawa batu pemukul atau batu karang, lalu dipergunakannya batu tadi untuk memecahkan kepalanya, setelah batu itu dipukulkan, batu tadi menggelinding, maka orang tadi beranjak mengejar batu tadi untuk mengambilnya. Belumlah dia kembali ke orang yang berbaring tadi, tetapi kepala orang itu mengatup dan kembali seperti semula. Lalu orang itu kembali kepadanya, seraya memukulnya lagi. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah” maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi lubang seperti tungku, atasnya sempit, dan bagian bawahnya luas, di bawahnya ada api yang dinyalakan. Jika mendekati permukaan tungku, orang-orang (yang di dalamya) terbawa naik sampai hampir mau keluar darinya, tapi jika apinya padam, mereka kembali ke dalam. Mereka para pria dan wanita yang telanjang. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah” maka kamipun berangkat lagi hingga kami mendatangi sungai darah yang terdapat orang di dalamnya. Di tengah sungai –atau berkata:- di tepi sungai ada orang yang di hadapannya ada bebatuan. Maka orang yang di sungai itu menuju ke arahnya, jika orang itu ingin keluar dari sungai, orang yang ini melemparinya dengan batu ke mulutnya sehingga mengembalikannya ke tempatnya semula. Dan demikian seterusnya, setiap kali orang tersebut hendak keluar, orang tadi melempari dengan batu pada mulutnya hingga mengembalikannya ke tempatnya semula. Aku bertanya: “Apa ini?” Keduanya berkata: “Berangkatlah” maka kamipun berangkat lagi hingga kami tiba di sebuah kebun yang hijau yang di dalamnya ada pohon besar, dan di pangkal pohon tadi ada seorang syaikh (tua) dan anak-anak kecil, tiba-tiba saja ada orang di dekat pohon itu, yang di depannya ada api yang dinyalakannya. Lalu dua orang ini membawaku naik di pohon itu lalu memasukkan aku ke sebuah rumah yang belum pernah aku lihat ada rumah yang lebih bagus darinya. Di dalamnya ada orang-orang tua, anak-anak muda, para perempuan dan anak-anak kecil. Lalu keduanya mengeluarkan aku dari rumah itu, membawaku naik lagi ke pohon itu lalu memasukkan aku ke sebuah rumah yang lebih bagus dan lebih mulia. Di dalamnya ada orang-orang tua dan anak-anak muda. Aku berkata: kalian berdua telah membawaku berkeliling malam ini, maka kabarilah aku tentang apa yang aku lihat. Keduanya menjawab: “Iya. Adapun orang yang kau lihat ujung mulutnya dirobek, maka dia itu adalah pembohong besar yang berbicara dengan kedustaan, lalu kedustaan itu dibawa darinya hingga mencapai ufuk-ufuk. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari Kiamat. Dan orang yang engkau lihat kepalanya dipecahkan, dia adalah orang yang Allah ta’ala telah mengajarinya Al Qur’an, lalu dia tidur meninggalkannya di malam hari dan tidak mengamalkannya di siang hari. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari Kiamat. Dan yang engkau lihat berada di dalam lubang tadi, mereka itu adalah para pezina. Dan orang yang engkau lihat ada di sungai, dia itu pemakan riba. Dan orang tua yang engkau lihat ada di pangkal pohon tadi, dia adalah Ibrohim alaihissalam . dan anak-anak yang di sekitarnya adalah anak-anak manusia. Dan orang yang menyalakan api tadi adalah Malik penjaga Neraka. Rumah yang pertama yang engkau masuki adalah rumah keumuman orang yang beriman. Adapun rumah yang kedua adalah rumah para syuhada. Dan aku adalah Jibril, dan ini Mikail. Angkatlah kepalamu.” Maka aku mengangkat kepalaku, ternyata di atasku ada seperti awan. Keduanya berkata: “Itu adalah tempat tinggalmu.” Aku berkata: “Biarkanlah aku memasuki tempat tinggalku.” Keduanya berkata: “Masih tersisa untukmu umur yang belum engkau selesaikan. Jika engkau telah menyelesaikannya, engkau akan mendatangi tempat tinggalmu.” (HR. Bukhari )
أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال في سعد بن معاذ “هذا الذي تَحَرَّكَ له العرش وفُتحتْ له أبواب السماء، وشَهده سبعون ألفًا من الملائكة، لقد ضُمَّ ـ هي ضَمَّةُ القبر ـ ثم فُرِجَ عنه”( رواه البخاري ومسلم)
“Nabi shallahu’alaihi wasallam bersabda mengenai Sa’ad bin Mu’adz: Ini orang yang ‘Arsy bergetar karenanya, dibukakan baginya pintu-pintu langit, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu Malaikat. Dia telah dihimpit oleh kubur lalu dilapangkan darinya” (HR. Bukhari dan Muslim)
أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ مَرَّ بقبرينِ فقال: “إنهما يُعذَّبانِ وما يُعذبان في كبير، بلى إنه كبير، أما أحدهما فكان يمشي بالنميمة وأما الآخر فكان لا يَستترُ من بوله”( رواه البخاري ومسلم)
“Nabi shallahu’alaihi wasallam melewati dua makam, lalu bersabda: Kedua (penghuni)nya lagi diadzab. Keduanya tidak diadzab karena urusan besar. Iya, tetapi ia besar. Salah satunya berbuat adu domba, Adapun satunya lagi tidak menjaga diri dari kencing” (HR. Bukhari dan Muslim)
النارُ يُعْرَضُونَ عليها غُدُّوًا وَعَشِيًّا ويومَ تَقُومُ الساعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ العذابِ ( غافر: 46)
Kepada mereka ditampakkan Neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada Malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras” (QS. Ghofir:46)
“ditampakkan Neraka pada pagi dan petang” maksudnya adalah sebelum terjadinya hari Kiamat. Jelaslah itu di alam barzah.
Kedua : Nikmat dan adzab kubur langgeng?
Disebutkan di dalam Syarh al-‘Aqidah ath-Thohawiyyah” li-b-ni Abi-l-‘Iz: Apakah adzab kubur itu langgeng atau tidak langgeng (terputus)? Jawabannya ada dua macam; ada yang langgeng dan ada yang terputus. Pertama yaitu jenis yang langgeng sebagaimana firman Allah ta’ala,
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Kepada mereka ditampakkan Neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada Malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras” (QS. Ghafir: 46)
Demikian juga dalam Hadits Ibnu ‘Azib tentang kisah orang Kafir “….lalu dibukakan baginya pintu menuju Neraka maka dia melihat tempat duduknya di dalamnya hingga hari Kiamat” (HR. Ahmad).
Jenis yang kedua: Adzab berlangsung sampai waktu tertentu lalu terputus. Yaitu, adzab untuk pelaku maksiat yang dosanya ringan, dia diadzab sesuai kadar dosanya lalu dihentikan [selesai].
Ibnul Qoyyim juga mengatakan yang kurang lebihnya berikut ini: Apakah adzab kubur langgeng atau tidak? Jawabannya ada dua macam; langgeng dan tidak langgeng. Yang tidak langgeng, sebagaimana dijumpai di dalam Hadits bahwa adzabnya diringankan dan dihentikan. Ketika mereka bangkit dari kuburnya, mengatakan:
يَا وَيْلَنَا مَن بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا هَذَا (يس: 52)
“Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?” (QS. Yasin: 52)
Adapun yang langgeng, sebagaimana firman Allah ta’ala,
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Kepada mereka ditampakkan Neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada Malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras” (QS. Ghafir: 46).
Dalil lainnya sebagaimana disebutkan di di dalam Hadits Samuroh yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
أمَّا الذي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ، فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بالكَذْبَةِ، فَتُحْمَلُ عنْه حتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ، فيُصْنَعُ به إلى يَومِ القِيَامَةِ، والذي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ، فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَنَامَ عنْه باللَّيْلِ ولَمْ يَعْمَلْ فيه بالنَّهَارِ، يُفْعَلُ به إلى يَومِ القِيَامَةِ،
Adapun orang yang kau lihat ujung mulutnya dirobek, maka dia itu adalah pembohong besar yang berbicara dengan kedustaan, lalu kedustaan itu dibawa darinya hingga mencapai ufuk-ufuk. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari Kiamat. Dan orang yang engkau lihat kepalanya dipecahkan, maka dia adalah orang yang Allah ta’ala telah mengajarinya Al Qur’an, lalu dia tidur meninggalkannya di malam hari dan tidak mengamalkannya di siang hari. Maka dia disiksa seperti itu sampai hari Kiamat.
Juga Hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu tentang dua penghuni kubur yang sedang diadzab lalu adzabnya diringankan dengan pelepah kurma yang ditancapkan oleh Rasulullah shallahu’alaihi wasallam pada kedua makamnya. Dirigankannya adzab di sini dikaitkan dengan pelepah kurma selama masih basah.
Hadits lainnya riwayat Al-Bazzar dari Abu Hurairah,
ثمَّ أَتَى عَلَى قَوْمٍ تُرضَخ رُءُوسُهُمْ بِالصَّخْرِ، كُلَّمَا رُضخت عَادَتْ كَمَا كَانَتْ، وَلَا يُفَتَّرُ عَنْهُمْ مِنْ ذَلِكَ شَيْءٌ، فَقَالَ: “مَا هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ ” قَالَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ تَتَثَاقَلُ رُءُوسُهُمْ عَنِ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ
….Nabi menghampiri suatu kaum yang membentur-benturkan kepala dengan batu besar, setiap kali hancur kembalilah kepala mereka itu seperti sedia kala, dan hal itu berlangsung terus menerus tidak henti-hentinya. Nabi bertanya kepada Jibril yang kemudian dijawabnya : Mereka adalah orang-orang yang terasa berat kepalanya ketika hendak melakukan shalat wajib…….
Hadits lain,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ (رواه مسلم)
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dahulu ketika ada seseorang yang berjalan dan ia merasa bangga dengan mantelnya yang indah, tiba-tiba bumi beserta isinya ditenggelamkan, dan diapun ikut terbenam ke dalam perut bumi sembari meronta-ronta hingga hari Kiamat nanti “ (HR.Muslim)
Dalam Hadits lain tentang orang kafir di alam barzakh,
ثم يُفتَحُ له بابٌ من نارٍ فينظرُ إلى مقعدِه منها حتى تقومَ الساعةُ (رواه أحمد عن البراء بن عازب)
… kemudian dibukakan baginya pintu menuju Neraka, maka dia pun melihat tempa duduknyai di Neraka hingga hari Kiamat (HR. Ahmad dari Albaro bin ‘Azib)
Ketiga : Nikmat dan adzab kubur terjadi pada ruh atau jasad?
Asal dari nikmat atau adzab kubur adalah pada ruh. Terkadang juga pada ruh dan jasad sekaligus. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah berkata: Ketahuilah, madzhab salaful ummah dan para imamnya adalah bahwa orang yang telah meninggal dunia berada dalam nikmat atau adzab kubur. Itu terjadi pada ruh dan jasadnya. Ruh kekal setelah berlepas dari jasad dalam keadaan mendapatkan kenikmatan atau adzab. Kadang-kadang ia bersambung ke jasad. Maka, ruhnya pun merasakan nikmat atau siksa bersamaan dengan jasad. Adapun pada hari Kiamat nanti ruh akan kembali ke jasad untuk bangkit dari kuburnya menghadap Allah ta’ala Tuhan semesta alam [sesesai].
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya apakah adzab kubur itu pada jasad ataukah pada ruh? Beliau menjawab: Yang asal itu terjadi pada ruh. Karena hukum setelah kematian itu berkaitan dengan ruh. Karena jasad telah mati. Untuk itu jasad tidak butuh untuk dikekalkan di mana ia tidak makan dan tidak minum lagi. Bahkan ia dimakan oleh blatung. Jadi, asalnya itu pada ruh, tetapi Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah telah menjelaskan bahwa terkadang terjadi juga pada keduanya. Untuk itu para ulama mengatakan bahwa ruh terkadang bersambung ke jasad sehingga adzab terjadi pada keduanya. Bisa jadi landasan mereka adalah Hadits,
ويضيَّقُ عليْهِ قبرُهُ حتَّى تختلِفَ فيهِ أضلاعُهُ
“Sesungguhnya kubur disempitkan untuknya (orang kafir) sehingga tulang rusuknya bersilangan” (HR. Abu Daud dari Albaro bin ‘Azib)
Ini menunjukkan adzab bisa terjadi pada jasad, karena tulang rusuk itu dzat badan [selesai].
Judul buku : Oh..Kematian?!
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)
