Solusi Investasi Akhirat Anda

Oh..Kematian?! (Kematian Sebaik-baiknya Nasehat bag. 1)

A. Kematian Sebaik-baiknya Nasehat

Kita semua membutuhkan nasehat.
Ketika kita bengkok bisa menjadi lurus kembali setelah dinasehati.
Ketika keliru bisa sadar setelah dinasehati.
Ketika kita salah bisa kembali benar setelah dinasehati.
Hidup terasa lebih bermakna setelah Bapak dan Ibu guru memberi nasehat
Ketahuilah sebaik-baiknya nasehat adalah kematian!!!

Karena kematian sebaik-baiknya nasehat, maka Nabi shallahu’alaihi wasallam memerintahkan kita agar banyak mengingat kematian. Disebutkan di dalam Hadits,

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسولُ الله ﷺ: أكثروا ذكر هادم اللَّذات: الموت (رواه الترمذي، والنَّسائي، وصحَّحه ابن حبَّان)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, dia berkata, Rasulullah shallahu’alaihi wasallam bersabda: Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu kematian (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i, di-shahih-kan oleh Ibnu Hibban)
Kita benar-benar menyadari betapapun hebatnya fasilitas, lezatnya makanan dan minuman, tingginya kedudukan, glamournya fasilitas, menariknya permainan, indahnya pemandangan, nyamannya rekreasi, asyik-masyuknya pelampiasan hobi, megahnya gedung, ganteng cantiknya rupawan, dan manisnya bercengkerama semuanya itu tidak langgeng. Semuanya terbatas. Kematianlah yang membatasinya. Maka dengan mengingat kematian dan semakin banyak mengingatnya akan menjadikan kita berhati-hati dalam menjalani hidup dan kita betul-betul menyadari akan terjadinya peralihan dari kehidupan di dunia ke kehidupan di Akhirat yang dimulai dari alam barzah. Kita pun tidak akan membabi buta, semena-mena dan “sekarepe dhewek” dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Bersamaan dengannya kita akan memperbanyak amalan.
Disebutkan dalam riwayat-riwayat tentang keadaan dan perkataan para Salafush sholih,


a. Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallhu’anhu
Ia berkata,

كُلُّ امْرِئٍ مُصَبَّحٌ فِي أَهْلِهِ:. وَالمَوْتُ أَدْنَى مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ. (رواه البخاري)

Setiap orang pada pagi hari bersantai dengan keluarganya. Padahal kematian lebih dekat dari pada tali sandalnya.” (HR. Bukhari)


b. Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu’anhu
Ia radhiallahu’anhu yang sedang berpuasa dihidangkan makanan untuk berbuka, tetapi tangannya tidak sanggup menyentuhnya ketika teringat kematian Mush’ab dan Hamzah radhiallahu’anhum,

أنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بنَ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عنْه، أُتِيَ بطَعَامٍ وكانَ صَائِمًا، فَقالَ: قُتِلَ مُصْعَبُ بنُ عُمَيْرٍ وهو خَيْرٌ مِنِّي، كُفِّنَ في بُرْدَةٍ، إنْ غُطِّيَ رَأْسُهُ، بَدَتْ رِجْلَاهُ، وإنْ غُطِّيَ رِجْلَاهُ بَدَا رَأْسُهُ – وأُرَاهُ قالَ: وقُتِلَ حَمْزَةُ وهو خَيْرٌ مِنِّي – ثُمَّ بُسِطَ لَنَا مِنَ الدُّنْيَا ما بُسِطَ – أَوْ قالَ: أُعْطِينَا مِنَ الدُّنْيَا ما أُعْطِينَا – وقدْ خَشِينَا أَنْ تَكُونَ حَسَنَاتُنَا عُجِّلَتْ لَنَا، ثُمَّ جَعَلَ يَبْكِي حتَّى تَرَكَ الطَّعَامَ (رواه البخارى)

“Abdurrahman bin ‘Auf dihidangkan makanan yang saat itu ia sedang berpuasa. Lalu ia berkata, Mus’ab bin Umair telah terbunuh. Ia adalah orang yang lebih baik dariku tetapi ketika (hendak dikafani) tidak ada kain kafan yang bisa membungkusnya kecuali hanyalah burdah (kain bergaris) yang apabila ditutupkan pada kepalanya, kakinya terbuka (karena kain yang pendek) dan bila ditutupkan pada kakinya kepalanya terbuka. Dan aku melihatnya, dia lanjut berkata; “Hamzah juga lebih baik dariku ia telah terbunuh. Dunia telah dilapangkan untukku sebagaimana yang telah dilapangkan ini, dan sungguh kami khawatir bila kebaikan-kebaikan kami telah disegerakan balasannya buat kami (berupa kenikmatan dunia). Lalu ia pun mulai menangis dan meninggalkan makanan tersebut(HR. Bukhari)


c. Abu Hurairah radhiallahu’anhu,

كان إذا رأى جنازة قال : امضوا فإنا على الأثر

Ketika melihat janazah, ia mengatakan: Berlalulah kalian, kami pun pasti akan menyusul.


d. Abu Darda’ radhiallahu’anhu,
Dia berkata,

إذا ذكرت الموتى فعد نفسك كأحدهم

Kalau Anda mengingat orang-orang mati maka masukkan diri Anda salah satu dari mereka.

أضحكني؛ مؤمِّل دنيا والموتُ يطلبه، وغافل وليس مغفولًا عنه، وضاحك بملء فِيه ولا يدري أأرضى الله أم أسخطه

Aku jadi tertawa; ada orang memimpikan dunia padahal kematian tengah memburu dirinya, orang yang lalai padahal kematian tidak lalai terhadapnya, orang yang terbahak-bahak padahal dia tidak tahu apakah Allah ta’ala ridho terhadapnya ataukah murka.


e. Sa’id bin Jubair rahimahullah (665-714M)
Ia seorang ahli tafsir murid Ibnu Abbas, berkata,

لو فارق ذكر الموت قلبي لخشيت أن يفسد عليّ قلبي

“Kalau hatiku lepas dari mengingat mati, saya khawatir hatiku rusak”


f. Umar bin Abdul Aziz rahimahullah (681-720)
Ia cicit Umar bin Al Khothob, seorang khalifah Bani Umayyah berkata :

ألا ترون أنكم تجهزون كل يوم غاديا أو رائحا إلى الله عز وجل تضعونه في صدع من الأرض قد توسد التراب ، وخلف الأحباب ، وقطع الأسباب

Tidakkah kalian mengetahui bahwa kalian setiap hari pagi dan sore berjalan menuju Allah ta’ala menyiapkan diri kalian untuk kalian baringkan di liang lahat yang diurug dengan tanah, sementara kerabat kalian pulang maka terputuslah semua ikatan.


g. Abu Haazim rahimahullah
Dia seorang Tabi’in lahir di zaman sahabat Ibnu Umar, berkata,

انظُر كل عمل كرهت الموت لأجله فاترُكه، ولا يضرُّك متى متَّ

Lihatlah setiap pekerjaan yang karenanya Anda membenci kematian lalu tinggalkanlah, niscaya tidak akan memudharatkan Anda kapanpun Anda mati


h. Dzun Nun al-Mishry rahimahullah (796-859)
Ada seseorang yang menemuinya, bersamanya orang-orang para pecinta dunia. Dzun Nun pun mengatakan kepada mereka,

تَوَسَّدُوا المَوْتَ إِذَا نِمْتُمْ، وَاجْعَلُوهُ نُصْبَ أَعْيُنِكُمْ إِذَا قُمْتُمْ، كونوا كأنكم لا حاجة لكم إلى الدنيا، ولا بُدَّ لكم من الآخرة(الزهد الكبير للبيهقي)

Berbantallah kalian dengan kematian jika kalian tidur. Jadikalan ia penyangga mata kalau kalian bangun. Jadilah kalian sebagai orang-orang yang seakan-akan tidak membutuhkan dunia. Tetapi Akheratlah yang wajib bagi kalian.


i. Daud Ath-Tho-i rahimahullah (wafat tahun 781 M)
Ia belajar kepada Imam Abu Hanifah. Suatu hari Haris bin Idris berkata kepadanya, Berilah aku nasehat. Dia menjawab,

عسكر الموت ينتظرونك

“Tentara kematian tengah mengintaimu”


j. Lukman rahimahullah
Ibnu Abi Syaibah, Imam Ahmad di dalam kitab “Zuhud” dan ibnu Jarir, Ibnu Mundzir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Imam Mujahid ia berkata : Lukman itu seorang budak Habasyah berbibir tebal dan telapak kaki tebal, Ia seorang Qodhi untuk Bani Israil. Dia menasehati anaknya,

يا بني، أمرٌ لا تدري متى يلقاك، استعدَّ له قبل أنْ يفجأك

Wahai anakku, ada perkara yang kamu tidak tahu kapan ia akan menemuimu. Bersiaplah untuknya sebelum mendatangimu secara tiba-tiba


k. Hasan al-Bashri rahimahullah
Dia seorang Tabi’in yang hidup ditengah-tengah Para Pembesar Shahabat seperti Ustman bin Affan dan Thalhah bin Ubaidillah. Suatu hari sekelompok orangtua dan anak-anak muda bermajlis bersama Hasan al-Bashri rahimahullah. Dia bertanya kepada mereka,

معشر الشيوخ، ما يصنع بالزرع إذا طاب؟! فقالوا: يحصد! ثم التفت فقال: معشر الشباب، كم مِن زرع لم يَبلغ قد أدركته الآفة فأهلكته، وأتت عليه الجائحة فأتلفته؟! ثم بكى وتلا: وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ( إبراهيم: 25)

Wahai para orangtua! Apa yang mesti diperbuat terhadap tanaman yang sudah matang? Mereka menjawab: Dipanen. Lalu, dia menoleh, Wahai para pemuda! Betapa banyak tanaman belum sampai matang tapi rusak karena diserang hama. Lalu dia menangis dan membaca, “Allah ta’ala memberikan perumpamaan kepada manusia agar mereka menyadari (QS. Ibrahim:25)

Judul buku : Oh..Kematian?!

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)