Mungkinkah orang tidak bekerja tapi dapat upah? Tidak mungkin, karena upah itu besar ataupun kecil didapatkan setelah seseorang menyelesaikan pekerjaan. Jika ada orang tidak bekerja tapi dapat uang, maka uang itu kemungkinannnya bisa jadi merupakan pemberiaan/hadiah atau infak atau hutang. Tetapi, dalam Islam ada upah yang diberikan kepada seseorang tanpa bekerja, yaitu memberi makanan berbuka bagi orang yang puasa. Nabi ﷺ bersabda:
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا (رواه الترمذى)
Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, dia mengatakan, Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa memberi buka orang puasa maka baginya adalah pahala sebagaimana pahala orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun (pahala orang yang diberi buka).” (HR. At-Tirmidzi)
Penjelasan tentang hadits ini adalah bahwa jika kita memberi buka orang puasa, maka kita mendapatkan pahala 100% sebagaimana pahala orang puasa yang kita beri buka tersebut. Jika kita memberi buka kepada 10 orang dan masing-masing –misalnya– berpahala 70 derajat. Maka kita mendapatkan 100% (70 derajat) x 10 = 700 derajat, InsyaAllah. Lalu, bagaimana jika kita memberi buka 50, 100, atau 200 orang? Subhanallah, betapa banyak pahala yang kita dapatkan. Upayakanlah!! Seandainya kita setiap hari memberi buka 10 orang saja maka dalam sebulan totalnya 300 orang. Mudah bukan??!! Tidak ada yang menghalangi kita untuk menyambut “proyek ukhrowi” ini kecuali sifat bakhil yang melekat pada kita. Allah ﷻ berfirman:
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا () إِلَّا الْمُصَلِّينَ () الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (المعارج: 21-22)
“Dan apabila (manusia) mendapat kebaikan (harta) dia jadi bakhil. Kecuali orang-orang yang melakukan shalat.” (QS. Al-Ma’arij: 21-22)
Kita bisa bercermin dengan ayat ini, apakah shalat kita sudah benar atau belum. Shalat yang benar membebaskan seorang muslim dari sifat bakhil. Hartanya tidak ditempatkan di hati tetapi di tangan saja. Kini, kita telah memasuki bulan Rajab, tidak lama lagi Ramadhan akan datang. Saatnya kita mendulang upah tanpa bekerja.
Selain memberi buka orang puasa, ada hal lain yang seseorang bisa mendapatkan upah tanpa bekerja, yaitu menunjukkan orang lain kepada kebaikan. Disebutkan dalam sebuah riwayat:
عَنْ أَبِى مَسْعُودٍ الأَنْصَارِىِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم: فَقَالَ إِنِّى أُبْدِعَ بِى فَاحْمِلْنِى فَقَالَ « مَا عِنْدِى ». فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَا أَدُلُّهُ عَلَى مَنْ يَحْمِلُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ ».
Dari Abu Mas’ud al-Anshari, dia berkata: Ada seorang laki-laki bertemu Nabi ﷺ lalu berkata: “Saya orang yang kehabisan bekal, maka bawalah aku.” Beliau bersabda: “Saya tidak memiliki bekal yang cukup untuk membawamu tapi datanglah kepada fulan.” Lalu dia mendatangi fulan dan dia pun membawanya. Lalu datang kepada Rasulullah ﷺ dan mengabarinya. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Hadits ini memotivasi kita untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya tanpa kita bersusah payah. Cukup dengan menunjukkan orang kepada suatu kebaikan, lalu orang tersebut melakukannya, maka kita mendapatkan pahala sama seperti pahala yang didapatkannya. Contoh: Jika Anda melihat orang berusia senja yang belum bisa membaca al-Qur’an, beritahukanlah dia tentang Rumah Qur’an YNF. Jika dia mendatangi lembaga Qur’an tersebut dan menjadi pesertanya maka Anda –insya Allah– akan mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut. Lalu, berapakah pahala yang didapatkan jika banyak orang yang menyambut ajakan ini. Subhanallah.
Contoh lain: Jika Anda melihat mahasiswa yang aktivitasnya sepulang dari kampus hanya berhura-hura belaka, maka beritahukanlah kepadanya tentang Pesantren Mahasiswa Thaybah. Sebuah pesantren yang sangat kondusif untuk berprestasi di kampus dan juga sangat kondusif untuk menjadi pemuda muslim sejati dengan program-programnya yang mendukung. Jika dia lantas mendatangi pesantren tersebut dan menjadi santrinya, maka Anda- insyaAllah- mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang didapatkannya.
Contoh lain: Ada orang yang di dalam tata cara beragamanya “pokoknya bagaimana kata mayoritas orang dan pak Ustadznya.” Padahal mereka tidak menyandarkan kepada al-Qur’an dan Hadits. Lalu Anda datang menasihatinya agar jangan tertipu dengan mayoritas suatu kaum dan popularitas pak Ustadz. Karena pengertian kebenaran adalah kesesuaian dengan al-Qur’an dan Hadits, meskipun pengikutnya cuma sedikit dan ustadznya tidak terkenal. Orang tersebut pun paham dan mau diajak ngaji yang haq dan akhirnya mengubah tata cara beragamanya. Berbahagialah Anda yang telah mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang didapatkannya. Lalu, bagaimanakah jika dia mengajak-ajak keluarga dan kerabatnya. Subhanallah, betapa banyak pahala yang Anda dapatkan.
Berbahagialah Anda yang telah menjadi mediator bagi orang lain sehingga mendapatkan hidayah. Nabi ﷺ bersabda:
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ (رواه البخارى و مسلم)
“Demi Allah, seandainya Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui dirimu maka yang demikian itu lebih baik bagimu daripada (mendapatkan) seekor unta merah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa unta merah ketika itu merupakan harta yang paling berharga.
Ada riwayat lain yang menguatkan lagi:
Dari Al-Mundzir bin Jarir dari ayahnya, dia bercerita: Pada suatu siang kami pernah bersama Rasulullah ﷺ kemudian ada sekelompok kaum yang mendatangi beliau dalam keadaan telanjang dan hanya memakai kain bergaris-garis yang terbuat dari bulu dengan menggantungkan pedang di tubuh-tubuh mereka. Kebanyakan atau bahkan mereka semua berasal dari Mudhar. Ketika melihat kemiskinan yang mereka alami, wajah Rasulullah ﷺ pun berubah. Kemudian beliau masuk rumah dan setelah itu keluar lagi. Selanjutnya, beliau menyuruh Bilal mengumandangkan adzan. Maka Bilal pun mengumandangkan adzan dan iqamah. Lalu beliau mengerjakan shalat kemudian berkhutbah. Beliau membaca: “Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu…dan seterusnya sampai akhir ayat.” (Dan juga ayat lainnya yang saya tidak cantumkan di terjemah ini, Pen). (Setelah itu) Ada seseorang yang menyedekahkan sebagian dari dinarnya, dirhamnya, pakaiannya, satu sha’ gandum, dan satu sha’ kurma. Hingga akhirnya beliau bersabda: “Meski hanya dengan separuh biji kurma.” Lalu datanglah seorang Anshar dengan membawa satu pundi yang telapak tangannya hampir tidak mampu mengangkatnya, bahkan tidak mampu lagi. Lalu, orang-orang pun mengikutinya, sampai aku melihat dua gundukan besar yang terdiri dari makanan dan pakaian. Aku melihat wajah Rasulullah ﷺ berbinar seolah-olah bersinar. Maka, Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa memulai sunnah yang baik dalam Islam, maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sepeninggalnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa memulai sunnah yang buruk dalam Islam, maka baginya dosanya dan dosa orang orang yang mengamalkan sepeninggalnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR. Muslim)
Saya tidak pernah bosan untuk menyampaikan kepada para mahasiswa agar jangan sampai tidak berkesempatan untuk mengajar di TPQ-TPQ (Taman Pendidikan al-Qur’an). Mengajar santri-santri di TPQ tentu tidak saja mengajar membaca al-Qur’an melainkan juga mengajar aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlaq. Berapa santri yang Anda arahkan kepada kebaikan dan keshalihan? Sebanyak itulah pahala yang Anda dapatkan, yaitu: 100% x jumlah santri. Belum lagi yang lainnya, bahwa pahala itu akan terus mengalir ketika Anda sudah di alam barzah (di saat Anda sudah tidak bisa beramal lagi). Inilah ilmu bermanfaat yang pahalanya tidak pernah putus. Ditambah lagi, jika santri-santri tersebut mengajarkannya lagi kepada orang lain. Benar-benar ia merupakan multilevel pahala. Allahu Akbar… Nabi ﷺbersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ (رواه الترمذي)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya (orang tuanya).” (HR. At-Tirmidzi)
Seandainya Anda tidak bisa andil langsung dengan tenaga dan ilmu Anda, maka bukan berarti jalan telah tertutup, Anda bisa andil dengan apa pun yang merupakan faktor pendukung suatu “proyek Akhirat”. Anda bisa melakukannya dengan sesuatu yang lain misalnya menyediakan sarana dan prasarananya. Kalau tidak, maka bisa dengan yang lain lagi misalnya menjadi koordinator penggalangan donasinya dan lain-lain. Nabi ﷺbersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ فَتًى مِنْ أَسْلَمَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى أُرِيدُ الْغَزْوَ وَلَيْسَ مَعِى مَا أَتَجَهَّزُ قَالَ « ائْتِ فُلاَنًا فَإِنَّهُ قَدْ كَانَ تَجَهَّزَ فَمَرِضَ ». فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقْرِئُكَ السَّلاَمَ وَيَقُولُ أَعْطِنِى الَّذِى تَجَهَّزْتَ بِهِ قَالَ يَا فُلاَنَةُ أَعْطِيهِ الَّذِى تَجَهَّزْتُ بِهِ وَلاَ تَحْبِسِى عَنْهُ شَيْئًا فَوَاللَّهِ لاَ تَحْبِسِى مِنْهُ شَيْئًا فَيُبَارَكَ لَكِ فِيهِ.
(رواه مسلم)
Dari Anas bahwa ada seorang pemuda dari suku Aslam berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku ingin ikut berperang.” Beliau bersabda: “Datanglah kepada si fulan, karena dia telah bersiap-siap untuk berperang tetapi jatuh sakit.” Maka dia pun mendatangi fulan itu seraya berkata: “Sesungguhnya Rasulullah menyampaikan salam kepadamu.” Kemudian pemuda itu berkata: “Berikanlah kepadaku bekal yang telah engkau persiapkan untuk perang.” Maka orang itu berkata: “Hai Fulanah (istriku), berikan bekal yang telah aku persiapkan itu kepadanya dan janganlah engkau menyisakan sedikitpun. Demi Allah, jangan sekali-kali engkau menyimpan sedikit pun dari bekal yang telah kupersiapkan itu, sehingga ia akan membawa berkah bagimu.” (HR. Muslim)
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)
Majalah Bulan Mei, 2015 Edisi 35
‘