A. Penyebutan As-Salam (السَّلَام) dalam Nash
- Dalam Al-Qur’an disebutkan hanya sekali,
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ [الحشر: 23]
- Dalam Hadits
Yaitu sebagai doa ma’tsur setelah shalat,
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا وَقَالَ « اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ » (رواه مسلم)
B. Makna As-Salam (السَّلَام) secara Bahasa
As-Salam (السَّلَام) berasal dari salima- yaslamu- salaaman (سَلِمَ – يَسْلَمُ – سَلَامًا) artinya selamat. Surga dinamakan Darussalam (دار السلام) karena di dalamnya selamat dari malapetaka, bencana dan semacamnya. Firman Allah yang berbunyi,
وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى [طه: 47]
“Keselamatan lah bagi orang yang mengikuti petunjuk” (QS. Thoha:47)
Maksudnya, orang yang mengikuti petunjuk akan selamat dari adzab Allah.
C. Makna As-Salaam (السَّلَام) Sebagai Nama Allah
- Al-Imam Ibnu Katsir mengatakan: As-Salaam (السَّلَام) maksudnya selamat dari seluruh sifat aib, kurang karena kesempurnaan Dzat, sifat dan perbuatan-Nya.
- Disebutkan di dalam Al-I’tiqod Lil Baihaqi : As-Salaam (السَّلَام) maksudnya, Dzat yang orang mukmin selamat dari hukuman adzab-Nya.
- Al-Imam Ibnul Qoyyim mengatakan: Makna As-Salaam (السَّلَام) ada 2:
a. As-Salaam (السَّلَام) adalah bentuk kata mashdar (noun/ kata benda) sebagaimana nama Allah lainnya yaitu Al-‘Adl (العَدْلُ). Jadi, As-Salaam (السَّلَام) artinya adalah Dzus Salaam (ذُو السَّلَام) sebagaimana Al-‘Adl (العَدْلُ) artinya adalah Dzul ‘Adl (ذُو العَدْل).
b. As-Salaam (السَّلَام) adalah bentuk kata mashdar (noun/ kata benda) yang bermakna fa’il (فَاعِل) . Jadi, As-Salaam (السَّلَام) maknanya As-Saalim (السَّالِم) artinya Yang Selamat. Sebagaimana Lailatul Qodar disebut dengan As-Salaam (السَّلَام),
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (القدر:5)
Artinya As-Saalim (السَّالِم), maksudnya adalah yang selamat dari keburukan. Bahkan malam lailatul qodar itu seluruhnya kebaikan tidak ada keburukan padanya.
- Berikut ini penjelasan Al-Imam Ibnul Qoyyim lebih lanjut kurang lebihnya;
√∫ Allah adalah Dzat Yang Selamat dari istri dan anak. Selamat dari kesamaan dengan makhluk. Selamat dari persekutuan. Jika Anda memperhatikan seluruh sifat-sifat kesempurnaan-Nya niscaya Anda akan mendapati seluruh sifat tersebut selamat dari sifat kebalikannya.
√∫ Hidup-Nya selamat dari kematian, ngantuk dan tidur. Qoyyumiyah-Nya (senantiasa mengurus makhluk) dan kekuasaan-Nya selamat dari capek dan letih. Ilmu-Nya selamat dari terlewatkan-Nya sesuatu, lupa, membutuhkan ingatan dan pemikiran.
√∫ Kehendaknya selamat dari ketiadaan hikmah dan kemaslahatan. Firman-Nya selamat dari dusta dan kezhaliman bahkan firman-Nya itu sempurna kebenaran dan keadilannya.
√∫ Maha Kaya-Nya selamat dari hajat kepada selain-Nya dari sisi apapun. Setiap makhluk membutuhkan-Nya, sementara Dia sedikitkpun tidak membutuhkan makhluk-Nya. Kerajaan-Nya selamat dari pertentangan di dalamnya, dan selamat dari perserikatan dan bantuan-bantuan.
√∫ Ketuhanan-Nya selamat dari unsur-unsur persekutuan. Dia adalah Dzat Yang berhak diibadahi yang tidak ada persekutuan di dalamnya. Kelembutan-Nya, permaafan-Nya, dan ampunan-Nya selamat dari suatu tendensi apapun atau karena suatu kerendahan.
√∫ Kelembutan-Nya, permaafan-Nya dan ampunan-Nya sempurna (terlepas dari apapun yang mempengaruhi).
√∫ Adzab-Nya, siksaan-Nya, dan cepat-Nya menghakimi selamat dari kezhaliman dan kesewang-wenangan bahkan merupakan kesempurnaan dari kebijaksanaan, keadilan-Nya dan penempatan sesuatu pada tempatnya. Oleh karena itu Dia lah yang sesungguhnya berhak dipuji.
√∫ Ketetapan-Nya selamat dari kesia-siaan, kezhaliman, kesewenangan. Syariat dan agama-Nya selamat dari kontradiksi di dalamnya.
√∫ Pemberian-Nya selamat dari unsur barter dan suatu kepentingan dari makhluk-Nya. Menahan-Nya (tidak memberi) selamat dari bakhil dan pailit. Justru Pemberian-Nya itu semata-mata karena sempurna kebaikan-Nya. Dan Menahan-Nya itu semata-mata karena sempurna keadilan dan kebijaksanaan-Nya.
√∫ Keberadaan dan ketinggian-Nya di atas ‘arsy selamat dari apapun yang menopang keberadaan dan ketinggian-Nya. Dia
‘Azza wa Jalla selamat dari sesuatu yang melingkupi-Nya. Keberadaan-Nya tidak terbatasi oleh sesuatu apapun. Dia tidak butuh ‘arsy dan malaikat pembawanya. ‘Arsy dan para Malaikat pembawanya lah yang membutuhkan-Nya. Dia sedikitpun tidak membutuhkan kepada makhluk apa pun. Jadi, keberadaan-Nya di atas ‘arsy selamat dari apa yang dikatakan oleh kelompok mu’aththilah (meniadakan sifat bagi Allah) dan musyabbihah (menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk).
√∫ Perlindungan-Nya kepada para wali-Nya selamat dari kerendahan sebagaimana perlindungan makhluk kepada makhluk karena suatu kepentingan. Perlindungan-Nya kepada para wali-Nya semata-mata karena kesempurnaan rahmat dan kebaikan-Nya. Sebagaimana Allah berfirman,
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا (الإسراء:111)
Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula) mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak memerlukan penolong dari kehinaan. Dan agungkanlah Dia seagung-agungnya. (QS. Al-Isra’:111)
√∫ Cinta-Nya kepada para wali-Nya selamat dari barter sebagaimana cintanya makhluk kepada makhluk yang tidak lepas dari suatu kepentingan.
Tangan dan Wajah-Nya selamat dari apa yang dibayangkan oleh manusia [selesai].
D. Tadabbur
1. Meningkatnya keyakinan bahwa barangsiapa yang menginginkan keamanan dan keselamatan baik pada dirinya sendiri, rumah tangganya, komunitasnya, masyarakatnya dan negrinya maka haruslah dengan keimanan, ketaatan, dan komitmen dengan hukum-hukum dan syariat-Nya. Dimana seluruh hukum-hukum dan syariat-Nya adalah keamanan dan keselamatan di dalam seluruh aspek kehidupan.
2. Setiap mukmin harus mengupayakan tersebarnya keselamatan di tengah-tengah kaum muslimin dengan berbagai cara; menebarkan ucapan salam karena ia adalah doa keselamatan setiap saat (jangan diganti dengan selamat pagi/sore/malam), mencegah keburukan, mencegah saling mencela, saling menuduh, dan saling bermusuhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو – رضى الله عنهما – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (صحيح البخارى)
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda: “Muslim adalah orang yang kaum muslimin di sekitarnya selamat dari lisan dan tangannya” (Shohih Al-Bukhari)
3. Semakin semangat untuk menyebarkan Islam kepada seluruh manusia dengan menguatkan dakwah-dakwah, karena Islam adalah agama kedamaian dan keselamatan.
Judul Buku : Memahami Al-Asma’ul Husna Jilid 4
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)
Untuk informasi lebih lanjut terkait bedah buku, silakan hubungi kontak di bawah ini