Nama Allah Al-Jamiil (الجَمِيْل)
A. Penyebutan Nama Allah Al-Jamil (الجَمِيْل) di dalam Nash
Ia tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an, melainkan di dalam Hadits.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ». قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ « إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ » (صحيح مسلم)
B. Makna Al-Jamiil (الجَمِيْل) Secara Bahasa
Ia adalah isim fa’il dari mashdar al-jamaal (الجمال) yang berarti indah. Jadi Al-Jamiil (الجَمِيْل) artinya pemilik keindahan.
C. Makna Al-Jamiil (الجَمِيْل) Sebagai Nama Allah
Ibnul Qoyyim mengatakan yang kurang lebihnya berikut ini: Al-Jamiil (الجَمِيْل) mengandung dua pengertian, yaitu: tinjauan pengetahuan dan tinjauan aplikasi.
- Tinjauan pengetahuan: kita harus mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Pemilik keindahan yang tidak ada bandingannya di dalam sifat-Nya, perbuatan-Nya dan ketetapan-Nya
- Tinjauan aplikasi: Allah harus diibadahi dengan perkara-perkara keindahan yang Dia cintai baik berupa perkataan, perbuatan dan perangai. Dia suka jika hamba-Nya memperindah lisannya dengan kejujuran. Memperindah hatinya dengan keikhlasan, mahabbah, inabah, tawakkal. Memperindah anggota badannya dengan ketaatan; di antaranya memperlihatkan kenikmatan dari-Nya pada pakaiannya yang indah dan dibersihkan dari najis yang mengenainya. Membersihkan badannya dari hadats, kotoran dan hal lainnya yang memperburuknya. Juga memperindahnya dengan berkhitan, potong kuku [selesai].
Syaikh As-Sa’di mengatakan yang ringkasannya berikut ini dengan tambahan dari penulis: Al-Jamiil (الجَمِيْل) adalah Dzat yang memiliki sifat indah dan memperindah. Dia Indah di dalam Dzat-Nya, Nama-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya.
- Tentang Dzat-Nya; tidak mungkin bagi seorang hamba untuk membayangkan keindahan-Nya. Ahli Surga saja yang sedang berasyik-masyuk dan sibuk dengan berbagai puncak kenikmatan di Surga menjadi lupa akan kenikmatan-kenikmatan tersebut ketika mereka melihat Allah Al_Jamiil. Kenikmatan Surga yang sangat tinggi yang tidak bisa dibayangkan oleh manusia ketika di dunia menjadi tidak artinya karena kalah oleh kenikmatan melihat Allah Al-Jamiil.
- Tentang Nama-Nya; sangatlah indah. Setiap Nama-Nya mengandung makna yang otomatis merupakan sifat-Nya. Hal ini tidak terjadi pada selain Allah. Misalnya ada orang bernama Slamet yang berarti keselamatan. Pertanyaannya, apakah keselamatan otomatis merupakan sifatnya? TIDAK. Orang yang bernama Slamet terkadang tergelincir, sakit, rugi, terkena musibah dan lainnya. Jadi, nama baik yang bermakna baik pada manusia tidak otomatis mengandung makna yang merupakan sifatnya.
- Tentang sifat-Nya; merupakan sifat kesempurnaan dan sifat terpuji. Ia adalah sifat yang paling luas, paling mencakup dan paling banyak keterkaitannya.
- Tentang perbuatan-Nya; seluruh perbuatan-Nya tidak ada yang sia-sia. Semuanya terpuji dan mengandung hikmah.
D. TADABBUR
1. Kita harus menetapkan nama Allah Al-Jamiil (الجَمِيْل) dan menetapkan sifat indah bagi-Nya. Keindahan yang sesuai dengan keagungan-Nya yang ada sesuatupun yang menyerupainya.
2. Rasa cinta kepada Allah harus semakin meningkat. Karena Dia indah di dalam segalanya; dzat, nama, sifat, ketetapan, dan perbuatan-Nya. Jika dijumpai pada makhluk suatu keindahan, maka ia tidak lain adalah perbuatan Allah. Lalu, bagaimana dengan keindahan Pembuatnya? Penghuni Surga saja menjadi lupa dengan kenikmatan-kenikmatan Surga ketika melihat Allah Al-Jamiil (الجَمِيْل)
3. Keridhoan kita kepada takdir dari Allah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pemahaman bahwa semua ketetapan-Nya itu indah. Semuanya mengandung hikmah dan tidak ada yang sia-sia
4. Rindu untuk sesering mungkin melihat Allah di Surga. Sebagaimana doa Nabi,
أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ (سنن النسائى صححه الألباني)
“Saya memohon kepada-Mu kenikmatan melihat Wajah-Mu dan kerinduan pertemuan dengan-Mu bukan dalam keadaan bahaya yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan (Sunan An-Nasa’I, dishahihikan oleh Al-Albany)
5. Hadits Nabi ,إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَال mengajarkan kita untuk senantiasa bersih dan berhias. Baik pada zhahirnya; tubuh, pakaian, makanan, tempat tinggal dan lain-lain ataupun pada bathinnya; akhlak dan hatinya. Akhlaknya bagus dan hatinya bersih dari perkara-perkara yang mengotorinya.
Judul Buku : Memahami Al-Asma’ul Husna Jilid 5
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)
Untuk informasi lebih lanjut terkait bedah buku, silakan hubungi kontak di bawah ini