A. Penyebutan Al-Haliimu (الحَلِيْمُ) di dalam Nash
Disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak sebelas kali. Di antaranya,
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيم [البقرة:225]ٌ
وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ [أل عمران: 155]
B. Makna Al-Haliimu (الحَلِيْمُ) secara Bahasa
Ia berasal dari mashdar Al-Hilmu (الحِلْمُ). Ar-Roghib mengatakan: Menahan jiwa dari gejolaknya emosi.
C. Makna Al-Haliimu (الحَلِيْمُ) Sebagai Nama Allah
Ibnu Jarir: Dia Pemilik sifat sabar, Yang tidak menyegerakan hukuman atas suatu dosa kepada hamba-hamba-Nya
Al-Ashbahani: Dia sabar terhadap orang yang bermaksiat kepada-Nya. Jika Dia menghendaki untuk mengadzab seseorang seketika itu, maka Dia tinggal melakukannya saja. Tetapi, Dia sabar darinya dan menundanya hingga suatu waktu. Meskipun manusia juga memiiki sifat sabar, tetapi keduanya pasti berbeda. Ketika manusia masih bocah tidak ada padanya sifat sabar. Ketika sudah besar baru ada pada dirinya. Dan sifat sabar ini bisa berubah sesuai kondisi yang melingkupinya, misal ketika sehat dan sakit, ketika emosi dan tidak emosi, dan suatu kejadian-kejadian yang bisa mengubahnya. Sabarnya manusia hilang bersama kematiannya. Sementara sabarnya Allah terus ada dan tidak pernah hilang. Manusia bisa sabar dari suatu hal tapi tidak dari hal lainnya. Dan, manusia mau tak mau harus bersabar dari suatu perkara yang dirinya tidak mampu. Sementara Allah bersabar dengan ke-MAHA KUASA-an-Nya.
As-Sa’di: Dia lah Dzat Yang menganugerahkan berbagai macam kenikmatan lahir dan bathin kepada seluruh manusia bersamaan dengan kemaksiatan yang diperbuat oleh mereka. Dia pun sabar tidak menyegerakan hukuman agar mereka bertaubat dan senantiasa kembali kepada Tuhannya.
Al-Ghozali: Dia melihat kemaksiatan dan berbagai bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya, tetapi murka-Nya tidak lantas membinasakan mereka. Dia tidak segera mengadzab bersamaan dengan ke-Maha Kuasa-an-Nya. Sebagaimana Allah berfirman,
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ [النحل:61]
Dan kalau Allah menghukum manusia karena kesalahannya, niscaya tidak ada yan ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau permintaan sesaat pun. (QS. An-Nahl:61)
Al-Khuthobi: Tidaklah disebut Al-Haliimu (الحَلِيْمُ) jika bersabar karena ketidakberdayaan. Allah Al-Haliimu (الحَلِيْمُ), Dzat Yang Maha Sabar bersamaan dengan ke-Maha Kuasa-an-Nya.
Ibnu Katsir: Allah melihat hamba-Nya berbuat kekufuran dan kemaksiatan, tetapi Dia bersabar tidak menyegerakan hukuman tetapi menundanya……
D. Apakah Ash-Shobuur (الَّصُبوْرُ) Nama Allah?
Tidak disebutkan di dalam Nash baik Al-Qur’an maupun Hadits penamaan Allah untuk diri-Nya dengan Ash-Shobuur (الَّصُبوْرُ). Jadi, ia bukanlah nama Allah karena tidak ada lafadz eksplisit yang menunjukkannya sebagai nama Allah. Tetapi MAKNA dari lafadz ini disebutkan di dalam sebuh riwayat,
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِنَّهُ يُشْرَكُ بِهِ وَيُجْعَلُ لَهُ الْوَلَدُ ثُمَّ هُوَ يُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ » (رواه البخارى و مسلم)
Dari Abu Musa, dia mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tidak ada siapapun yang lebih sabar terhadap sesuatu menyakitkan yang didengarnya daripada Allah ‘Azza wa Jalla. Dia dipersekutukan dengan sesuatu dan dinyatakan punya anak, tetapi Dia memaafkan mereka dan tetap memberi rizki kepada mereka. (HR. Bukhari dan Muslim)
Di antara ulama yang menyatakan Ash-Shobuur (الَّصُبوْرُ) sebagai nama Allah adalah Al-Khutobi, Ibnu Mandah, Al-Hulaimi, Al-Baihaqi, Ibnul ‘Arobi, Al-Qurthubi, Ibnul Qoyyim dan lainnya (Mu’taqpd Ahlussunnah Wal Jamaah fi Asmail Husna, Dr. Muhammad Hanifah At-Tamimi)
TADABBUR
1. Dengan memahami nama Allah ini, akan semakin meningkatkan perasaan malu kita kepada Allah
2. Senantiasa menjaga diri dari murka Allah. Karena sabarnya Allah bersumber dari ke-Maha Kuasa-an-Nya. Allah Al-Haliimu (الحَلِيْمُ) tidaklah murka hanya kepada orang-orang yang berhak mendapatkan rahmat. Adapun kepada orang-orang yang yang tidak berhak mendapatkan rahmat, Allah murka kepada mereka. Yaitu, orang-orang pendosa yang telah diberi tenggat waktu yang sangat mencukupi untuk bertobat dan memperbaiki diri tapi mereka tidak melakukannya.
Disebutkan di dalam Al-Qur’an tentang adzab yang ditimpakan kepada Fir’aun dan para pengikutnya, orang-orang yang terus berkelanjutan di dalam kesesatannya, padahal Allah telah bersabar terhadap mereka dan memberi tenggat waktu yang sangat mencukupi,
فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ [الزخرف: 55]
Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut) (QS. Az-Zuhfuf: 55)
3. Semakin besar roja’ (rasa harap) kita kepada Allah, tidak berputus asa dari rahmat-Nya, dan segera bertaubat dan berinabah kepada-Nya betapapun besarnya dosa.
4. Kita menjadi semakin mengerti kenapa Allah tidak segera mengadzab kaum kafir, baik ketika terjadi peperangan dengan kaum muslimin maupun ketika mereka meminta disegerakan adzab. Disebutkan di dalam Al-Qur’an:
a. Allah berfirman kepada Nabi-Nya,
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ [آل عمران: 128]
Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad), apakah Allah menerima taubat mereka atau mengadzab mereka karena sesungguhnya mereka orang-orang zhalim (QS. Ali Imran: 128)
b. Firman Allah tentang orang kafir,
وَقَالُوا رَبَّنَا عَجِّلْ لَنَا قِطَّنَا قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ [ص:16]
Dan mereka berkata: Ya Tuhan kami, segerakanlah adzab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari perhitungan (QS. Shood:16)
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ [الحج: 47]
Dan mereka meminta kepadamua agar adzab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu (QS. Al-Hajj: 47)
5. Berupaya keras untuk memiliki karakter sabar. Karena mencintai orang yang sabar. Sebagaimana disebutkan tentang pujian Allah kepada Nabi Ibrahim karena kesabarannya,
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ [هود: 75]
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang sabar, lemah- lembut dan munib (suka kembali kepada Allah) (QS. Hud:75)
Judul Buku : Memahami Al-Asma’ul Husna Jilid 5
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)
Untuk informasi lebih lanjut terkait bedah buku, silakan hubungi kontak di bawah ini