Biasanya diterjemahkan dengan MAHA MENGETAHUI. Apa perbedaan dari keduanya? Mari kita simak.
A. Penyebutan Al-‘Aliim (العَلِيْمُ) dan Al-Khobiir (الخَبِيْرُ) di dalam Nash
• Al-‘Aliim (العَلِيْمُ) disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 157 kali.
Di antaranya:
وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ [المائدة: 97]
إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ [البقرة: 32]
إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ [النمل: 78]
• Al-Khobiir (الخَبِيْرُ) disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 45 kali
Di antaranya:
إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ (العاديات:11)
قَالَ نَبَّأَنِيَ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ [التحريم: 3]
إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ [فاطر: 31]
B. Makna Al-‘Aliim (العَلِيْمُ) dan Al-Khobiir (الخَبِيْرُ) secara Bahasa
• Al-‘Aliim (العَلِيْمُ) adalah isim fa’il dari mashdar al-‘ilmu (العِلْمُ) artinya ilmu (mengetahui). Ia adalah kebalikan dari al-jahlu (الجَهْلُ) artinya bodoh. Disebutkan di dalam kamus Lisanul ‘Arab,
علمت الشيئ
“Saya mengetahui sesuatu”
• Al-Khobiir (الخَبِيْرُ) adalah isim fa’il dari mashdar al-khubrotu (الخُبْرَةُ) artinya mengetahui. Disebutkan di dalam kamus Lisanul ‘Arab,
من أين خبرت هذا الأمر, معناه من أين علمت؟
“Dari mana kamu tahu masalah ini?”
C. Makna Al-‘Aliim (العَلِيْمُ) dan Al-Khobiir (الخَبِيْرُ) pada Nama Allah
Kedua nama ini memiliki kesamaan makna bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatunya secara mutlak. Tidak ada sesuatupun yang terlepas dari liputan pengetahuan-Nya. Di mana letak perbedaan antara keduanya?
Letak perbedaannya ada pada dua sisi;
1. Sesuatu yang terkait dengan keadaan
2. Sesuatu yang terkait dengan zaman
1. Sesuatu yang terkait dengan keadaan
• Al-‘Aliim (العَلِيْمُ) , maksudnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui segala Sesutu yang kongkrit. Meskipun sangat lembut sekalipun. Disebutkan di dalam Al-Qur’an,
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (الأنعم:59
“Dan semua kunci-kunci yang ghoib ada pada-Nya. Tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daunpun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh)” (QS. Al-An’am:59)
• Al-Khobiir (الخَبِيْرُ) , maksudnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang abstrak, terkait apa pun; pemikiran, perasaan, niat, kehendak, keinginan dan lain-lain.
Contoh: Pada musim haji, ada sekitar 3 juta jamaah haji di Masjidil Haram. Allah Maha Mengetahui jumlah mereka, bentuknya, nama-namanya, kondisinya, perbutan-perbuatannya dan semacamnya. Dalam hal ini Allah itu Al-‘Aliim (العَلِيْمُ)
Adapun Allah Maha Mengetahui tentang niat mereka, motivasi mereka, kekhusyuan mereka, ketulusan mereka, pemikiran, perasaan dan semacamnya, maka dalam hal ini Allah itu Al-Khobiir (الخَبِيْرُ)
.
2. Sesuatu yang terkait dengan zaman
.
• Al-‘Aliim (العَلِيْمُ), maksudnya adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi
• Al-Khobiir (الخَبِيْرُ), maksudnya adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi dengan serinci-rincinya dan juga perkara-perkara yang tidak akan terjadi dengan sedetail-detailnya.
Ringkasnya, perbedaan keduanya adalah bahwa Al-‘Aliim (العَلِيْمُ) itu pengetahuan tentang sesutu dengan tepat, sedikitpun tidak mungkin salah. Adapun Al-Khobiir (الخَبِيْرُ) itu maknanya lebih mencakup daripada Al-‘Aliim (العَلِيْمُ). Dia Maha Mengetahui sesuatu meliputi detail-detailnya , lalu mengurusinya dan menjelaskan sisi-sisinya.
Ada yang menyimpulkan, Al-‘Aliim (العَلِيْمُ) itu ilmu nazhory (teori), sedangkan Al-Khobiir (الخَبِيْرُ) itu ilmu ‘amaly (aplikasi)
D. Tadabbur
Bagaimana kita bermuamalah dengan dua nama Allah ini? Di antaranya:
1. Hendaknya seseorang itu mengetahui perkara apapun yang terkait dengan dirinya, sehingga tepat dalam memutuskan dan berbuat. Akhirnya tidak ada pihak manapun yang dirugikan, baik dirinya ataupun orang lain.
2. Imam Al-Ghozali mengatakan: Di antara adab di dalam bermuamalah dengan dua nama Allah ini adalah hendaknya seorang muslim itu mengetahui kepribadian dirinya, karakternya, kemampuannya, kelebihannya dan kekurangannya sehingga dia tidak akan tergelincir akibat kebodohan tentang dirinya.
3. Selalu menghadirkan muroqobah, perasaan kuat bahwa Allah senantiasa mengawasi kita, akhirnya kitapun senantiasa berhati-hati untuk tidak melanggar rambu-rambu-Nya. Juga, senantiasa mengontrol niat karena Allah mengetahui yang tampak dan yang tersembunyi.
4. Hendaknya manusia itu mempelajari apa saja yang terkait dengan kehidupannya baik urusan dunia yang merupakan bidangnya ataupun Akhiratnya. Sehingga dia tidak menjadi orang bodoh yang tidak tahu pedoman. Allahu A’lam
Silahkan share, semoga bermanfaat
Marilah menjadi donatur YNF,
Bank Syariah Mandiri norek 7036976009 an. Yayasan Nidaul Fithrah. Konfirmasi: 081 331 232 795. Barakallahu fikum
Kunjungi website kami www.nidaulfithrah.com
Judul Buku : Memahami Al-Asma’ul Husna Jilid 3
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)
Untuk informasi lebih lanjut terkait bedah buku, silakan hubungi kontak di bawah ini