Syaikh Mamduh Farhan al-Bukhary bercerita kepada kami, Saya punya kawan sudah meninggal dunia. Ketika saya membuka-buka daftar kontak di HP untuk menghubungi seseorang, saya mendapati nama kawan yang sudah meninggal itu, berhentilah saya di situ untuk menghapusnya karena tidak mungkin lagi berkomunikasi dengannya. Namun, hati ini seakan berbisik memerintahkan saya untuk membiarkannya. Sayapun urung, tidak jadi menghapusnya.
Waktu berjalan hingga 6 tahun kemudian….
Kring…kring…kring…HP berdering, beliau mengambilnya. Ketika hendak diangkat betapa kagetnya Syaikh melihat yang menelpon adalah kawannya yang sudah meninggal itu. “Diangkat apa nggak yah…?”, gumam beliau dalam hati.
Beliau memutuskan untuk mengangkatnya…
“Assalamu’alaikum….Ami Mamduh”, beliau kaget keduakalinya mendengar suara anak kecil menyapanya. Ternyata dia putra kawannya yang telah meninggal tersebut.
Air matapun berlinang membasahi pipi Syaikh karena terharu dengan kejadian itu. Terlebih setelah mengetahui bahwa semua nomor HP kawan-kawan ayah si bocah kecil itu masih disimpan semua tidak ada yang hilang satupun.
Setelah bercerita, beliau mengajukan pertanyaan kepada kami, “Siapakah yang hebat dalam kejadian ini?” Beliau sendiri menjawab, “Tidak lain adalah istri kawan saya yang telah meninggal itu. Ia dengan sabarnya menyimpankan seluruh nomor hingga anaknya berusia tamyiz lalu dikenalkan kawan-kawan ayahnya dengan menghubunginya satu per satu”. MasyaAllah. Inilah Mengorangkan orang.
Bagaimana sich ajaran Islam tentang mengorangkan orang? Yuk, ikuti selengkapnya dalam rubrik Bahasan Utama majalah FITHRAH.