Pada edisi terakhir ini, edisi 4 akan dibahas tentang hikmah beriman kepada takdir dan argumentasi kelompok sesat beserta bantahannya.
Barangkali ada yang sudah mengikuti edisi-edisi sebelumya edisi 1, 2 dan 3 tetapi masih belum bisa memahami atau masih bingung, cobalah ulangi lagi membacanya dengan pelan-pelan insyaAllah Bi idznillah nanti bisa memahaminya. Demikianlah yang saya saksikan ketika menyampaikan kajian tentang tema ini sebagian ada yang langsung memahami dan yang lainnya masih bingung lalu. kita ulangi menjelaskannya secara pelan-pelan akhirnya. mereka pun paham. Jangan sampai kita tidak paham tentang masalah takdir ini lalu terjerumus ke dalam pemahaman sesat qodariyah atau jabriyah sebagaimana dijelaskan dalam edisi terakhir ini. Waffaqonallahu wa iyyakum
Nilai dari pekerjaannya hanyalah dua juta. Jadi 1 milyar yang didapatkannya bukan karena pekerjaannya tapi karena kemurahan sang majikan.
Bantahan untuk Qodariyyah
Mereka membawakan ayat-ayat al-Qur’an sebagai dalilnya. Dengan ayat-ayat yang sama itu juga kita akan membantahnya,
جزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ السجدة: 17
“Sebagai balasan atas apa yang mereka telah kerjakan” (QS. As-Sajdah:17)
وَتِلْكَ الجنَّةُ التي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ الزخرف :72
“Dan itulah Surga yang diwariskan kepadamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan” (QS.Az-Zukhruf:72)
Makna huruf “BA” (الباء) pada kalimat بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ dan بما كنتم تعملون adalah BA’ sababiyah. Artinya Surga itu didapatkan dengan sebab amalan yang dikerjakan. Bukan amalan itu semata-semata yang harus diganti dengan Surga. Tetapi, amalan sebagai sebab saja. Allah lah yang menciptakan sebab dan akibat, maka semuanya secara mutlak kembali kepada karunia dan rahmat Allah Azza wa Jalla.
Adapun ayat yang berbunyi:
فَتَبَارَكَ الله أَحْسَنُ الخَالِقِينَ المؤمنون: 14
“Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik” (QS. Al-Mukminum:14)->(Terjemah versi Jabriyah)
Makna ayat ini bukanlah bahwa apa yang diciptakan Allah pasti berupa kebaikan. Segala apapun Allah lah yang menciptakan, dan Dia ‘Azza wa Jalla telah menjelaskan diantaranya ada yang baik dan yang buruk, ada yang dicintai dan yang dibenci, ada keimanan dan ada kekufuran, ada kemaksiatan dan ada ketaatan. Jadi, apa maksud ayat tersebut di atas? Maksudnya adalah Allah itu sebaik-baiknya Pencipta. Tidak sebagaimana yang dipahami mereka bahwa semua yang Allah ciptakan adalah paling baik, sehingga Allah tidak mungkin menciptakan kekufuran dan kemaksiatan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
الله خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ الزمر :62
“Allah Pencipta segala sesuatu” (QS.Az-Zumar:62)
Segala sesuatu itu diciptakan oleh Allah. Include di dalamnya amalan manusia; yang baik ataupun yang buruk Sebagaimana sudah di sebutkan di atas dalam hadits Jibril tentang iman, beliau bersabda.
فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيمَانِ. قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِه رواه مسلم
“…. Maka beritahukanlah kepadaku tentang iman. Beliau menjawab: Anda beriman kepada Allah, MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya, Hari Kiamat, dan beriman kepada takdir baik dan buruknya” (HR. Muslim)
Jadi, Allah lah yang menciptakan segala sesuatu. Termasuk perbutan manusia BAIK dan BURUKNYA. |
I. HIKMAH BERIMAN KEPADA TAKDIR
Hikmah beriman kepada takdir ada 3. yaitu:
1. Agar manusia tidak berputus asa atas hal-hal yang belum atau tidak bisa diraihnya.
2. Agar manusia tidak membanggakan diri sombong atas hal-hal yang telah dicapainya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ ولا في أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُل مُختال فخور الحديد: 23-22
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan putus asa terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. “(al-Hadiid: 22-23)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عجبا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنْ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فكَانَ خَيْرًا لَّهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صبرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. رواه مسلم
“Sungguh mengagumkan. keadaan seorang mukmin. seluruh perkaranya adalah baik; dan tidaklah demikian bagi seseorang pun kecuali mukmin. Jika ia diberikan kesenangan ia bersyukur, maka itu baik baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan ia sabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim)
3. Menunjukkan sikap beradab kepada Allah ‘Azza wa Jalla
Dengan beriman kepada takdir, maka kita akan bersikap dengan tepat dan menyatakan bahwa seluruh kebaikan, keberhasilan, kegembiraan dan kesuksesan adalah dari Allah Azza wa Jalla. Kemudian mensyukurinya dengan ucapan alhamdulillah dan menggunakan kenikmatan dan kebaikan tersebut untuk hal-hal yang Allah ‘Azza wa Jalla ridhai.
Jika mendapatkan musibah, kita pun akan bersikap dengan tepat dan menyadari bahwa seluruh kejelekan, kesedihan, dan kegagalan berpulang kepada sebab terjadinya musibah tersebut, Dan, bisa juga untuk suatu ujian agar kita bersabar yang dibalik semuanya itu ada keutamaan besar.
PENUTUP
Demikianlah secuil tentang masalah takdir, semoga bermanfaat. Apabila ada benarnya maka itu semata-mata dari Allah Azza wa Jalla. Kalau ada salahnya maka itu tidak lain dari diri saya sendiri yang tidak luput dari lupa dan salah. Terlebih, tidaklah saya kecuali hanya sebagai tholibul ilmi, Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin
Judul buku : Memahami Takdir
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc.Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)