A. Penyebutan Nama-Nama ini dalam Al-Qur’an
- Al-Qoodir (القادر)
Disebutkan sebanyak 12x. Dan, dalam bentuk mufrod (tunggal) sebanyak 7x. Di antaranya,
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ [الأنعام: 65]
Dalam bentuk jamak sebanyak 5x. Di antaranya,
وَإِنَّا عَلَى أَنْ نُرِيَكَ مَا نَعِدُهُمْ لَقَادِرُونَ [المؤمنون: 95]
- Al-Qodiir (القدير)
Disebutkan sebanyak 45x. Di antaranya,
أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ [البقرة: 148]
- Al-Muqtadir (المقتدر)
Disebutkan sebanyak 4x. Dalam bentuk jamak sebanyak satu kali,
أَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِي وَعَدْنَاهُمْ فَإِنَّا عَلَيْهِمْ مُقْتَدِرُونَ [الزخرف: 42، 43]
Dalam bentuk mufrod (tunggal) sebanyak 3x,
كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كُلِّهَا فَأَخَذْنَاهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُقْتَدِرٍ [القمر: 42]
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَهَرٍ () فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ(القمر:54-55)
وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا [الكهف: 45]
B. Makna Nama Al-Qoodir (القادر), Al-Qodiir (القدير), Al-Muqtadir (المقتدر) Secara Bahasa
Ketiganya berasal dari akar kata yang sama, yaitu; qo-da-ro (قدر).
- Al-Qoodir (القادر) berpola Al-faa’ilu (الفَاعِلُ).
- Al-Qodiir (القدير) berpola Al-fa’iilu (الفَعِيلُ).
- Al-Muqtadir (المقتدر) berpola Al-Mufta’ilu (المُفْتَعِلُ).
- Al-Qoodir (القادر) dan Al-Qodiir (القدير) menunjukkan Al-Qudroh (القدرة) bermakna kekuasaan.
- Adapun Al-Muqtadir (المقتدر) menunjukkan At-Taqdiir (التقدير) bermakna menetapkan kadar, menjadikan berkuasa.
C. Makna Al-Qoodir (القادر), Al-Qodiir (القدير), Al-Muqtadir (المقتدر) Pada Nama Allah ‘Azza wa Jalla
- Al-Qoodir (القادر) maksudnya Allah adalah Dzat Yang pada dirinya terdapat kekuasaan segala sesuatu.
- Al-Qodiir (القدير) maksudnya dengan kekuasaan yang ada pada diri-Nya, Allah berbuat apapun yang dikehendaki-Nya. Tidak ada siapa pun yang bisa menghalangi-Nya.
Contoh: Allah itu berkuasa penuh untuk mengadzab suatu kaum. Tapi Dia tidak melakukannya untuk suatu hikmah. Di sini Allah itu Al-Qoodir (القادر). Dan jika melakukannya, maka di sini Dia itu Al-Qodiir (القدير).
Contoh lain: Ada permasalahan berat pada suatu kaum. Tapi Dia tidak mengeluarkan mereka dari permasalahan tersebut untuk suatu hikmah. Padahal Dia berkuasa akan hal itu. Di sini Dia itu Al-Qoodir (القادر). Jika Dia berbuat mengeluarkan mereka dari permasalahan tersebut, maka Dia itu Al-Qodiir (القدير).
Contoh lain: Seseorang bisa saja berkuasa untuk balas menyakiti orang yang telah menyakitinya. Tapi kenyataannya dia urung melakukannya setelah tahu rivalnya itu rekanan preman. Orang ini berarti hanya Qoodir (قادر ) dan tidak Qodiir (قدير). Dia leluasa berbuat tapi tidak berani melangkah karena ada suatu hal yang menghalanginya.
Sedangkan Allah itu berkuasa untuk berbuat apapun karena Dia itu Al-Qoodir (القادر), dan kalau dia menghendaki Dia pun berbuat tanpa ada siapa pun yang bisa menghalanginya karena Dia itu Al-Qodiir (القدير).
- Al-Muqtadir (المقتدر), maksudnya Dia menetapkan kadar. Baik kadar kekuasaan, kadar kemampuan, kadar kekayaan, kadar kekuatan, dan dengan suatu kadar tertentu kepada seseorang berdasarkan pengetahuan-Nya tentang orang tersebut sehingga tidak memudhorotkannya.
Contoh: Allah menetapkan kadar kenikmatan untuk seseorang dengan kadar tertentu demi kemaslahatannya dan tidak memudhorotkannya seperti menjadikannya sombong dan melampaui batas.
Contoh lain: Allah menetapkan kadar curah hujan untuk suatu negeri dengan kadar tertentu demi kemaslahatan negeri tersebut dan tidak memudhorotkannya seperti akan menjadikannya kebanjiran dan longsor.
D. TADABBUR
- Tidak ada siapapun yang sifat kuasa dan pengejawantahan kekuasannya MUTLAK kecuali hanya Allah. Dia alah Al-Qoodir (القادر) dan Al-Qodiir (القدير).
- Memahami bahwa Allah itu Al-Muqtadir (المقتدر), maka hamba yang baik adalah yang berbuat sesuatu dengan mempertimbangkan kemaslahatan meskipun dia mampu berbuat segalanya. Contoh: Milyarder dengan hartanya bisa berbuat apa saja untuk menyenangkan putra-putrinya. Namun, dia tidak akan “jor-joran” dalam memberikan fasilitas kepada mereka demi suatu kemaslahatan meskipun dia sangat mampu.
- Tidaklah kekayaan, kekuasaan, kemampuan, kehebatan, kecerdasan, dan lain-lain yang Allah berikan kepada manusia melainkan dengan kadar yang tepat demi kemaslahatan mereka. Karena Allah mengetahui perihal mereka, maka Allah pun tetapkan kadar yang sesuai yang tidak memudhorotkan mereka. Jika yang terjadi pada mereka adalah kesombongan, kepongahan, semena-mena, tindak kezholiman, maka berarti manusianya itu sendiri yang KETERLALUAN TIDAK TAHU DIRI. Allahu A’lam.
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)
Untuk informasi lebih lanjut terkait bedah buku, silakan hubungi kontak di bawah ini