Solusi Investasi Akhirat Anda

Makna Nama Allah Al-Muqoddim dan Al-Muakhkhir

Makna Nama Allah Al-Muqoddim (المُقَدِّمُ) dan Al-Muakhkhir (المُؤَخِّرُ)

A. Penyebutan Kedua Nama ini dalam Nash.

Kedua nama ini tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an, tetapi disebutkan di dalam Hadits,

عن أَبِي موسى الأشعري رضي الله عنه قال :  سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : اللهم إني أستغفرك لما قدمت و ما أخرت و ما أعلنت وما أسررت أنت المُقَدِّمُ و أنت المُؤَخِّرُ و أنت على كل شيء قدير 

(المستدرك على الصحيحين للحاكم)

“Dari Abu Musa al- Asy-‘ary radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya saya memohon  ampunan kepada-Mu atas (dosa) yang telah kuperbuat dan yang kutunda, apa yang aku terang-terangan dan aku sembunyikan. Engkau lah AL-MUQODDIM (Yang Mendahulukan) dan Engkau Al-MUAKHKHIR (Yang Mengakhirkan) dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Al-Mustadrok ‘alash Shohihaini lil Hakim)

 عن عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ ….ثُمَّ يَكُونُ مِنْ آخِرِ مَا يَقُولُ بَيْنَ التَّشَهُّدِ وَالتَّسْلِيمِ « اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ » (رواه مسلم)

Dari Ali bin Abi Tholib, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam….. beliau membaca di akhir antara tasyahhud dan salam: Ya Allah ampunilah untukku apa (dosa) yang telah aku perbuat dan yang apa yang aku tunda,  apa yang aku rahasiakan dan apa yang aku terang-terangkan, apa (yang aku perbuat dengan) berlebihan, dan (dosa) apa saja yang Engkau lebih tahu dariku. Engkaulah AL-MUQODDIM (Dzat Yang Mendahulukan) dan AL-MUAKHKHIR (Yang Mengakhirkan), tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau” (HR. Muslim)

B. Makna Al-Muqoddim (المُقَدِّمُ) dan Al-Muakhkhir (المُؤَخِّرُ) secara bahasa.

Al-Muqoddim (المُقَدِّمُ) artinya yang mendahului/mendahulukan. Adapun Al-Muakhkhir (المُؤَخِّرُ) adalah kebalikannya yaitu mengakhiri/mengakhirkan.

C. Makna Al-Muqoddim (المُقَدِّمُ) dan Al-Muakhkhir (المُؤَخِّرُ) pada nama Allah

Al-Khuthobi mengatakan kurang lebihnya berikut ini: Tidaklah Allah mendahulukan atau mengakhirkan sesuatu kecuali hal itu sesuai pada tempat yang semestinya,

  • Dia Al-Muqoddim (المُقَدِّمُ), mendahulukan takdir-takdir seluruh makhluk sebelum menciptakannya. Dia mendahulukan (mengutamakan) para hamba-hamba-Nya dari kalangan para wali atas manusia yang lainnya. Dia mengangkat derajat sebagian manusia atas manusia yang lainnya. Dia mendahulukan orang-orang tertentu dengan taufiq-Nya hingga mencapai kedudukan tinggi atas orang lainnya.

  • Dia Al-Muakhkhir (المُؤَخِّرُ), mengakhirkan derajat-derajat orang yang dikehendakinya atas manusia lainnya. Dia menunda sesuatu untuk tidak terjadi terlebih dahulu berdasarkan ilmu-Nya bahwa ditundanya tersebut tidak lain untuk suatu hikmah. Tidak ada yang bisa mendahulukan apa saja yang Dia akhirkan, sebaliknya tidak ada yang bisa mengakhirkan apa saja yang Dia dahulukan.

An-Nawawi rahimahullahu mengatakan: Dia mendahulukan seseorang untuk meraih rahmat-Nya dengan taufiq-Nya, dan mengakhirkan orang  lain dari meraih rahmat-Nya karena suatu kehinaan yang diperbuatnya.

Ibnul Qoyyim mengatakan: Allah ketika mendahulukan atau mengakhikan sesuatu, adakalanya secara kauniyyah dan juga secara syar’iyyah. Contoh:

  • Secara kauniyyah, misalnya: Dia mendahulukan suatu ikhtiar  sebelum hasil. Mendahulukan suatu sebab sebelum akibat dan mendahulukan persyaratan sebelum tujuan. Maksudnya Dia menetapkan bahwa suatu hasil/akibat/tujuan tertentu tidak akan bisa diraih kecuali seseorang melakukan ikhtiar/sebab/persyaratan tertentu terlebih dahulu.

 (Contoh dari saya, Penulis) Dia menghilangkan musibah karena adanya ikhtiar manusia. Dia tidak memberikan panen  karena petani berbuat lalai.

Intinya: Pemberlakuan hukum kausalitas (hubungan sebab dan akibat) dalam suatu perkara yang Dia kehendaki

  • Secara syar’iyyah, misalnya: Dia mengutamakan para Nabi atas sekalian manusia. Meninggikan keutamaan sebagian Nabi atas nabi lainnya. Mengutamakan sebagian hamba atas hamba lainnya dalam hal ilmu, iman dan amal. Sebaliknya ada orang-orang yang tidak Dia  utamakan. Semua ini adalah untuk suatu hikmah.

Intinya: Pengaturan alam semesta baik yang terkait dengan kehidupan manusia atau lainnya dimana di dalamnya ada keberhasilan atau kegagalan, kenyamanan atau ketidaknyamanan yang tidak didasarkan pada hukum kausalitas, tapi semata-mata masyiatullah (kehendak Allah)

D. Tadabbur

Tentu kita ingin didahulukan dalam hal keutamaan, derajat, kedudukan dan semisalnya. Pada saat yang sama kita ingin dihindarkan dari perkara-perkara kehinaan yang semestinya menimpa kita. Bagaimana caranya? Lakukanlah upaya-upayanya. Karena dari nama-Nya Al-Muqoddim (المُقَدِّمُ) dan Al-Muakhkhir (المُؤَخِّرُ), pahamlah kita bahwa di antara pengertiannya adalah kehidupan kita baik dunia dan Akherat tidaklah dibiarkan dengan panen, hasil, akibat tanpa suatu ikhtiar, persyaratan dan sebab. Pendek kata, kehidupan kita tidak dilepaskan dari HUKUM KAUSALITAS (Keterikatan sebab dan akibat). Allahu A’lam

Judul Buku : Memahami Al-Asma’ul Husna Jilid 3

 

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa THAYBAH Surabaya)

Untuk informasi lebih lanjut terkait bedah buku, silakan hubungi kontak di bawah ini