1. Mengangkat Tangan
a. Mengangkat tangan sejajar dengan kedua bahu
عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، قَالَ: «كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ لِلصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكُونَا حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ، ثُمَّ كَبَّرَ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ، وَإِذَا رَفَعَ مِنَ الرُّكُوعِ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ، وَلَا يَفْعَلُهُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ مِنَ السُّجُودِ (صحيح مسلم)
“Dari Salim bin Abdillah bahwa Ibnu Umar berkata: Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendirikan shalat beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya, kemudian bertakbir, lalu jika hendak ruku’ beliau mengerjakan seperti itu, dan jika berdiri dari ruku’ beliau mengerjakan seperti itu, tetapi beliau tidak mengerjakannya ketika mengangkat kepalanya dari sujud” (Shahih Muslim).
b. Mengangkat tangan sejajar dengan kedua telinga
عَنْ أَبِيهِ، عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ، قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «حِينَ افْتَتَحَ الصَّلَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِيَالَ أُذُنَيْهِ»، قَالَ: ثُمَّ أَتَيْتُهُمْ فَرَأَيْتُهُمْ يَرْفَعُونَ أَيْدِيَهُمْ إِلَى صُدُورِهِمْ فِي افْتِتَاحِ الصَّلَاةِ وَعَلَيْهِمْ بَرَانِسُ وَأَكْسِيَةٌ (سنن أبي داود)
“Dari Wail bin Hujr, dia berkata, Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua telinganya. Lebih lanjut dia menuturkan: kemudian aku mendatangi mereka, aku melihat mereka mengangkat tangan sampai ke dada mereka sewaktu memulai shalat. Mereka mengenakan mantel yang menutup kepala dan juga mengenakan pakaian” (HR. Abu Daud)
2. Bersedekap dengan tiga cara dan posisinya di atas dada
ثُمَّ أَتَيْتُهُمْ فَرَأَيْتُهُمْ يَرْفَعُونَ أَيْدِيَهُمْ إِلَى صُدُورِهِمْ فِي افْتِتَاحِ الصَّلَاةِ (سنن أبي داود)….
“…. Kemudian saya mendatangi mereka, dan saya melihat mereka mengangkat tangannya pada dada mereka di permulaan shalat” (Sunan Abu Daud)
Hadits di atas menunjukkan bahwa posisi tangan itu bersedekap di dada. Adapun bagaimana bersedekapnya, maka ada tiga cara, yaitu:
a]. telapak tangan kanan diletakkan di atas telapak tangan kiri,
b]. telapak tangan kanan diletakkan di atas pergelangan,
c]. telapak tangan kanan diletakkan di atas lengan, sebagaimana disebutkan dalam
riwayat berikut ini:
ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ (سنن أبي داود)….
“….. Kemudian beliau meletakkan tangannya di atas punggung telapak tangan kirinya, pergelangan dan lengannya” (Sunan Abu Daud)
3. Pandangan mata tertuju pada tempat sujud
حديث عائشة – دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَعْبَةَ مَا خَلَفَ بَصَرُهُ مَوْضِعَ سُجُودِهِ حَتَّى خَرَجَ مِنْهَا (المستدرك على الصحيحين للحاكم)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki Ka’bah. Beliau tidaklah mengalihkan pandangannya pada tempat sujudnya hingga keluar darinya” (HR. Hakim dalam Al-Mustadrok ‘ala-sh- Shohihain)
- Makmum boleh melihat Imam untuk suatu keperluan
عَنْ أبِي مَعْمَرٍ، قَالَ: قُلْنَا لِخَبَّابٍ: أَكَانَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ؟ قَالَ: نَعَمْ, قُلْنَا: بِمَ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ ذَلكَ؟ قَالَ: بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ.( المختصر النصيح في تهذيب الكتاب الجامع الصحيح)
“Dari Abu Ma’mar, dia berkata: Kami bertanya kepada Khobbab: Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca di dalam Zhuhur dan Ashar? Dia menjawab: Iya. Kami bertanya lagi: Bagaimana kamu tahu? Dia menjawab: dengan (melihat) gerakan jenggotnya” (Al-Mukhtashor an-Nasiih fi Tahdziibi-l-Kitaab al-Jaami’ ash-Shohiih)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ خَسَفَتْ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ رَأَيْنَاكَ تَنَاوَلْتَ شَيْئًا فِي مَقَامِكَ ثُمَّ رَأَيْنَاكَ تَكَعْكَعْتَ قَالَ إِنِّي أُرِيتُ الْجَنَّةَ فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا عُنْقُودًا وَلَوْ أَخَذْتُهُ لَأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَا بَقِيَتْ الدُّنْيَا (صحيح البخارى)
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata, “Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau melaksanakan shalat gerhana. Orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah, kami lihat tuan mengambil sesuatu saat di posisimu, lalu tuan mundur kembali?” Beliau menjawab: “Aku diperlihatkan surga, lalu aku diberikan setandan anggur. Jika aku mengambilnya niscaya kalian akan memakannya yang akan mengakibatkan terabaikannya urusan dunia.” (Shahiihu-l-Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan di dalam kitabnya Fathul Bari:
أَنْ يُفَرَّقَ بَيْنَ الْإِمَامِ وَالْمَأْمُومِ فَيُسْتَحَبُّ لِلْإِمَامِ النَّظَرُ إِلَى مَوْضِعِ السُّجُودِ وَكَذَا لِلْمَأْمُومِ إِلَّا حَيْثُ يَحْتَاجُ إِلَى مُرَاقَبَةِ إِمَامِهِ وَأَمَّا الْمُنْفَرِدُ فَحُكْمُهُ حُكْمُ الْإِمَامِ وَاللَّهُ أَعْلَم (فتح الباري لابن حجر)
Hendaknya dibedakan antara Imam dan Makmum. Imam disukai untuk melihat ke tempat sujudnya, demikian juga makmum. Kecuali jika membutuhkan untuk memperhatikan gerakan imamnya. Adapun orang yang shalat sendirian hukumnya sebagaimana imam. Allahu A’lam.
- Tidak mengarahkan pandangan ke atas
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَرْفَعُونَ أَبْصَارَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ فِي الصَّلَاةِ، أَوْ لَا تَرْجِعُ إِلَيْهِمْ» (صحيح مسلم)
Dari Jabir bin Samurah dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hendaklah suatu kaum menghentikan untuk mengangkat pandangan mereka ke langit dalam shalat atau (kalau tidak), niscaya pandangan tersebut tidak kembali kepada mereka (buta).” (Shahih Muslim)
- Posisi kedua telapak kaki tidak dirapatkan dan tidak direnggangkan melebar, tetapi pertengahan
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُهُ وَهُوَ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمْ أَبُو قَتَادَةَ بْنُ رِبْعِيٍّ، يَقُولُ: أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لَهُ: مَا كُنْتَ أَقْدَمَنَا صُحْبَةً، وَلَا أَكْثَرَنَا لَهُ تَبَاعَةً، قَالَ: بَلَى. قَالُوا: فَاعْرِضْ ، قَالَ: كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اعْتَدَلَ قَائِمًا (مسند أحمد)
Dari Abu Humaid As Sa’idi, ia berkata; “Aku mendengarnya -waktu itu ia berada di antara sepuluh sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya adalah Abu Qatadah bin Rib’i- ia berkata; “Aku adalah orang yang paling tahu tentang shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di antara kalian.” Mereka berkata; “Engkau bukan orang yang lebih dulu menjadi sahabat beliau dan tidak lebih banyak mendatanginya ketimbang kami!” ia berkata; “Benar, ” mereka berkata; “Maka ceritakanlah!” ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika berdiri shalat selalu tegak dan berimbang
Judul buku : Variasi Bacaan & Gerakan Shalat Sholat
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc.Hafizhahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)