Abul ‘Aliyah, di saat terjadi fitnah antara Ali dan Muawiyah radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: Saat itu aku adalah seorang pemuda yang sangat mencintai peperangan. Perang lebih aku sukai daripada makanan lezat. Aku sendiri sudah mempersiapkan diri dengan persiapan yang prima. Begitu aku mendatangi lokasi, ternyata yang ada adalah dua pasukan besar muslim yang saling berhadapan. Ketika yang satu bertakbir maka yang satunya lagi bertakbir. Ketika yang satu bertahlil maka yang satunya lagi juga demikian. Aku berbicara pada diriku: ‘Mana di antara dua pasukuan itu yang terjebur pada kekafiran?’ Lalu, akupun pulang meninggalkan mereka”
Lihatlah! Abul ‘Aliyah, dia tidak mengikuti hawa nafsunya. Padahal jiwanya sangat senang berperang. Perang baginya lebih dicintai daripada makanan lezat. Namun, ketika perkara ini baginya tidak jelas maka diapun memastikan diri untuk menjauhkan darinya. Inilah “sikap ‘uzlah”. Allahu A’lam
Judul buku : 30 Materi Kultum
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)