Awal saya datang di Surabaya tahun 2004, saya menjumpai seorang Ibu sekitar 50 tahunan dengan kedua anaknya; lelaki dan perempuan yang masih kecil-kecil. Kira-kira yang lelaki berumur 3 tahun dan yang perempuan 6 tahun. Ketiganya sejak pagi buta sudah menyusuri jalan-jalan memunguti barang-barang bekas. Barangkali dari situlah sumber penghidupannya. Sang Ibu berkerudung tampak kulitnya menghitam karena sengatan sinar matahari. Kedua anaknya kumal, kotor dan busik. Sering kali saya menjumpai mereka di jalan-jalan dengan aktifitas tersebut. Saya berencana untuk mendekati mereka dan menanyakan perihalnya . Tapi, mereka tidak muncul lagi. Lama sekali saya tidak melihat mereka. Suatu ketika, sekitar dua bulan yang lalu ketika saya sedang berkendara saya melihat mereka sebagaimana biasanya dengan aktifitas memunguti barang-barang bekas. Ibunya tampak sangat tua dan badannya mengecil. Sementara anak-anaknya kelihatan sudah tumbuh dewasa. Qaddarallah, saya belum berkesempatan mendatangi mereka. Saya merasa iba. Saya tidak bisa banyak berbuat untuk mereka. Saya bergumam dalam hati, saya yakin dia seorang muslimah…. betapa berat keadaanya. Betapa berat hari-hari yang dijalaninya. Apakah dia dan kedua anaknya bisa menjalankan ibadah dengan semestinya?
Saya pun berdoa semoga pemerintah dan kaum muslimin yang diberi kelapangan rizki bisa mendirikan tempat untuk mereka. Baik tempat tinggal ataupun tempat bekerja, sehingga mereka bisa menjalani hidup dengan wajar tidak sampai luput dari peribadahan yang merupakan tujuan diciptakannya manusia. Memang kita mengetahui sudah ada beberapa aghniya (orang-orang kaya) yang mendirikan perumahan untuk para janda dan keluarganya. Alhamdulillah. Tetapi, berapakah jumlah janda-janda yang tertampung? Tentu baru sedikit sekali. Mari, jangan menutup mata. Coba renungkanlah jika mereka tersebut adalah Anda, bagaimanakah perasaan Anda?! Mereka membutuhkan kepedulian kita. Masih banyak janda-janda dan kawannya!!!
Lho, koq janda dan kawannya. Siapa kawannya itu? Untuk mengetahui pembahasan selengkapnya mari kita simak dalam rubrik BAHASAN UTAMA.
(Ustadz Muhammad Nur Yasin)