Solusi Investasi Akhirat Anda

Hukum Hibah kepada Sebagian Cucu Saja

Sumber : (https://www.islamweb.net/ar/fatwa/489622/)

Teks Arab

حكم الهبة لبعض الأحفاد دون بعضهم

السؤال: وهبني جدي منزلا لم يكتمل بناؤه بحجة أني سأتزوج، وليس لدي عمل، ولدي مرض الصرع، وعارضته عماتي بحجة أن لديهن أختا غير متزوجة، وهي كذلك مريضة بالصرع؛ لكي تسكن في هذا المنزل بعد وفاة جدي على الرغم من وجود ضعف هذا المنزل ملكا لجدي. فهل عليه حرج في هذه الهبة، وهل ظلم عمتي؟

الجواب: فلا حرج على جدك في ذلك، وليس من الظلم أن يتصرف المرء في ماله، وهو حي، بالهبة، أو غيرها من التصرفات المشروعة؛ فإن التسوية في الهبة لا تجب، إلا بين الأبناء المباشرين، وأما غيرهم من الأحفاد، وسائر القرابات، فلا تجب، حتى على مذهب الحنابلة، والظاهرية الذين يوجبون التسوية بين الأبناء في العطية.

قال ابن قدامة في المغني: ليس عليه التسوية بين سائر أقاربه، ولا إعطاؤهم على قدر مواريثهم، سواء كانوا من جهة واحدة، كإخوة، وأخوات، وأعمام، وبني عم، أو من جهات، كبنات، وأخوات، وغيرهم. وقال أبو الخطاب: المشروع في عطية الأولاد، وسائر الأقارب، أن يعطيهم على قدر مواريثهم، فإن خالف، وفعل، فعليه أن يرجع، ويعمهم بالنحلة؛ لأنهم في معنى الأولاد، فثبت فيهم مثل حكمهم. ولنا، أنها عطية لغير الأولاد في صحته، فلم تجب عليه التسوية، كما لو كانوا غير وارثين، ولأن الأصل إباحة تصرف الإنسان في ماله كيف شاء، وإنما وجبت التسوية بين الأولاد بالخبر، وليس غيرهم في معناهم؛ لأنهم استووا في وجوب بر والدهم، فاستووا في عطيته. وبهذا علل النبي -صلى الله عليه وسلم- حين قال: “أيسرك أن يستووا في برك؟” قال: نعم. قال: “فسو بينهم”. ولم يوجد هذا في غيرهم؛ ولأن للوالد الرجوع فيما أعطى ولده، فيمكنه أن يسوي بينهم باسترجاع ما أعطاه لبعضهم، ولا يمكن ذلك في غيرهم؛ ولأن الأولاد لشدة محبة الوالد لهم، وصرف ماله إليهم عادة، يتنافسون في ذلك، ويشتد عليهم تفضيل بعضهم، ولا يباريهم في ذلك غيرهم، فلا يصح قياسه عليهم، ولا نص في غيرهم. اهـ.

وقال ابن حزم في «المحلى بالآثار»: لا يحل لأحد أن يهب، ولا أن يتصدق على أحد من ولده، إلا حتى يعطي، أو يتصدق على كل واحد منهم بمثل ذلك … ولا يلزمه ما ذكرنا في ولد الولد، ولا في أمهاتهم، ولا في نسائهم، ولا في رقيقهم، ولا في غير ولد. اهـ.

والله أعلم.

Terjemahan teks Arab

Pertanyaan: Kakekku memberikanku sebuah rumah yang bangunannya belum selesai dengan alasan bahwa saya akan menikah dan belum bekerja. Saya juga punya sakit epilepsi. Bibiku menguatkannya dengan alasan beliau memiliki saudari yang belum menikah yang juga mengidap sakit epilepsi agar dia juga tinggal di rumah ini setelah kakekku wafat, meskipun rumah ini adalah milik kakekku. Apakah ada kesalahan dalam pemberian ini, dan apakah dia telah menzalimi bibiku?

Jawab: Tidak mengapa bagi kakekmu melakukan yang demikian. Bukan merupakan kezhaliman bagi seseorang untuk berbuat dengan hartanya sendiri. Dalam keadaan masih hidup dia bisa melakukan hibah atau muamalah apapun yang syar’i. Penyamarataan dalam hibah tidaklah wajib, kecuali antara anak-anak kandung (anak-anak langsung). Adapun selain mereka seperti cucu-cucu dan semua kerabat lainnya, maka tidak wajib, bahkan menurut mazhab Hanbali dan Zhahiri yang mewajibkan penyamarataan antara anak-anak dalam hibah.

Ibnu Qudamah berkata di dalam al-Mughni: Tidak ada keharusan penyamarataan antara kerabat-kerabat. Dan tidak ada kewajiban untuk memberi mereka sesuai dengan bagian warisan mereka. Baik mereka dari satu jalur seperti saudara laki-laki, saudara perempuan, paman, dan sepupu, atau dari jalur yang berbeda seperti anak perempuan, saudara perempuan, dan lainnya.

Dan Abu al-Khattab berkata: Yang disyariatkan dalam pemberian kepada anak-anak dan semua kerabat adalah memberi mereka sesuai dengan bagian warisan mereka. Jika dia menyalahi (ketentuan ini) dan melakukan (pemberian tidak sesuai), maka dia harus kembali (mengatur ulang) dan memberi mereka semua dengan hibah; karena mereka memiliki makna yang sama dengan anak-anak, sehingga berlaku bagi mereka hukum yang sama seperti anak-anak.

Dalam pandangan kami, hibah kepada selain anak-anak adalah sah, maka tidak wajib menyamaratakan, sebagaimana jika mereka bukan ahli waris. Dan karena pada asalnya diperbolehkan bagi seseorang untuk mengatur hartanya sesuai keinginannya. Penyamarataan antara anak-anak hanya diwajibkan berdasarkan Hadits, dan selain mereka tidak termasuk dalam makna yang sama. Karena mereka (anak-anak) sama dalam kewajiban berbakti kepada orang tua, maka mereka disamakan dalam pemberian orang tua. Dan dengan alasan inilah Nabi shalallahu alaihi wasallam memberikan alasan di mana beliau bersabda: ‘Apakah kamu suka mereka (anak-anakmu) sama dalam berbakti kepadamu?’ Dia menjawab: ‘Ya.’ Beliau bersabda: ‘Maka samakanlah di antara mereka.’ Dan hal ini tidak didapati pada selain mereka (anak-anak).

Dan karena orang tua boleh menarik kembali apa yang telah dia berikan kepada anaknya, sehingga memungkinkan dia untuk menyamaratakan di antara mereka dengan meminta kembali apa yang telah diberikan kepada sebagian mereka. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada selain anak-anak. Dan karena kuatnya kasih sayang orang tua kepada mereka dan biasanya harta orang tua pasti dipersiapkan untuk mereka. Biasanya yang terjadi mereka saling bersaing untuk mendapatkannya, dan tentu dirasa berat bagi mereka jika sebagian mereka ada yang lebih diutamakan. Tidak ada yang menandingi kuatnya keberadaan anak-anak dalam hal ini, sehingga tidak tepat selain mereka di-qiyas-kan kepada anak-anak, dan tidak ada nash (dalil) untuk selain anak-anak.

Ibnu Hazm berkata di dalam “Al-Muhalla”: Tidak halal bagi seseorang untuk memberikan atau bersedekah kepada seseorang dari anak-anaknya hingga dia memberikan atau bersedekah kepada setiap anak pemberian yang sama…. dan, tidak ada keharusan apa yang kami sebutkan tersebut pada cucu, tidak pula pada ibu-ibunya mereka, tidak pula pada budak-budak mereka, dan tidak pula selain anak [selesai]. Allahu A’lam.

Judul buku : Terkadang Ditanyakan 26

Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)