Hukumnya adalah wajib. Disebutkan dalam Hadits Zaid bin Tsabit,
وَلَوْ كَانَ لَكَ جَبَلُ أُحُدٍ أَوْ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا أنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قَبِلَهُ اللهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ وَتَعَلَّمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَإِنَّكَ إِنْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ (رواه أحمد)
“…… Jika Anda memiliki emas sebesar gunung Uhud atau seperti gunung Uhud yang Anda menginfakkannya di jalan Allah niscaya Allah tidak akan menerimanya dari Anda sehingga Anda beriman kepada takdir; Anda mengetahui bahwa apa yang menimpa Anda tidak akan meleset dari Anda, dan apa yang meleset dari Anda tidak akan menimpa Anda. Dan jika Anda mati di atas selain ini niscaya Anda masuk Neraka”
(HR. Ahmad)
Judul buku : Memahami Takdir
Penulis : Muhammad Nur Yasin Zain, Lc. Hafidzahullah
(Pengasuh Pesantren Mahasiswa Thaybah Surabaya)